19 sehingga menjadikan berkembanganya perkembangan peserta didik menjadi
optimal, dan menghargai perbedaan.
5. Model Pembelajaran Inklusi
Peserta didik yang beragam karakternya perlu adanya model belajar yang dapat menyesuaikan. Model belajar adalah suatu usaha dengan perencanaan,
proses kombinasi dari berbagai kegiatan untuk pencapaian secara optimal individu menyerap, mengolah, dan mengatur informasi, ada beberapa model dan gaya
belajar Syamsul Huda Rohmadi, 2012: 67 yaitu: gaya belajar visual, gaya belajar auditif, dan gaya belajar kinestetik
Gaya belajar visual, peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual lebih bisa menyerap informasi melalui penglihatannya. Ciri-cirinya antara lain,
teliti terhadap detail, pembaca tekun dan cepat, menjawab dengan jawaban singkat, basanya tidak terganggu keributan, mengingat apa yang dilihat daripada
yang didengar, lupa menyampaikan pesan verbal, lebih suka seni dari musik, mencoret-coret tanpa arti ketika berbicara di telpon atau dalam rapat, biasanya
tidak terganggu keributan. Gaya belajar auditif, peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditif
lebih bisa menyerap informasi melalui pendengarannya. Cirinya antara lain, mudah terganggu oleh keributan, senang membaca keras dan mendengarkan,
menggerakkan bibir dan mengucapkan ketika membaca, lebih suka musik dari seni, biasanya pembicara yang fasih, suka berbicara, suka berdiskusi, dan
menjelaskan sesuatu panjang lebar.
20 Gaya belajar kinestetik, peserta didik yang mempunyai gaya belajar
kinestetik lebih bisa menyerap informasi melalui gerak tubuh. Cirinya antara lain, berbicara pelan, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain, menggunakan
jari ketika membaca, kemungkinan tulisannya jelek, belajar melalui manipulasi dan praktis, banyak menggunakan bahasa tubuh, tidak dapat duduk diam untuk
waktu lama, tidak dapat mengingat geografi kecuali jika pernah berada di tempat itu, selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.
Dengan mengetahui model gaya pembelajaran dan potensi, maka fungsi kurikulum akan mempunyai nilai fungsi bagi peserta didik, adapun fungsi
kurikulum baik yang rata-rata kemampuan dan juga termasuk bagi peserta didik yang khusus.
Lombardi dalam Smith, 2006: 401 menjelaskan beberapa model pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan keberhasilan kelas inklusi.
Model-model tersebut meliputi: pengajaran langsung, intervensi dan strategi, tim asistensi guru, dan model guru sebagai konsultan. Pengajaran Langsung Direct
Instruction: dibuat suatu penekanan pada penggunaan struktur yang ringan dan jadwal waktu kelas, menggunakan seluruh sumber daya guru secara efisien baik
pendidikan umum maupun khusus di kelas umum dan pemantauan kemajuan secara seksama.
Intervensi dan strategi strategy intervention yaitu dibuat suatu penekanan pada kemampuan pengajaran seperti: mendengar listening, membuat catatan
note talking, pertanyaan mandiri self questioning, tes lisan test talking dan pemantauan kesalahan error monitor.
21 Tim asistensi guru teacher assistance team yakni guru umum dan guru
pendidikan khusus bekerja sebagai tim, mereka bertemu secara teratur untuk mengatasi masalah dan memberikan bantuan kepada anggota mereka dalam
mengatur sikap siswa dan pertanyaan mengenai kesulitan akademis. Model guru sebagai konsultan consulting teacher model yaitu guru-guru
khusus dilatih sebagai konsultan untuk memberikan bimbingan dan bantuan kepada guru kelas umum. Mereka juga melatih para professional yang ditugaskan
di kelas umum untuk membantu siswa penyandang hambatan. Dari uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa model pembelajaran
yang sesuai kebutuhan siswa dapat membantu meningkatkan kemampuan dan keberhasilah siswa dalam belajar.
6. Kurikulum Pembelajaran Inklusi