29 kurikulum reguler yang berlaku disekolah umum. Namun demikian karena ragam
hambatan yangdialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat bervariasi, mulaidari yang sifatnya ringan, sedang sampai yang berat, maka dalam
implementasinya, kurikulum reguler perlu dilakukan modifikasi penyelarasan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dalam sekolah
inklusi perlu adanya pembelajaran yang adaptif. Mengingat bergamnya kemampuan dan hambatan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus.
Adaptasi dalam kurikulum juga merupakan salah satu cara untuk pemenuhan hak bagi ABK yang berada di sekolah inklusi. Kurikulum adaptif merupakan
kurikulum khusus bagi ABK dalam sekolah inklusi.
7. Komponen Pembelajaran Inklusi
Pembelajaran merupakan istilah yang diambil dari terjemahan kata Instruction. Seringkali orang membedakan kata pembelajaran ini dengan
pengajaran, akan tetapi tidak jarang pula orang memberikan pengertian yang sama untuk kedua kata tersebut. Menurut Arief S. Sadiman dalam Cepi Riyana,
2007: 1, kata pembelajaran dan kata pengajaran dapat dibedakan pengertiannya. Kalau kata pengajaran hanya ada di dalam konteks guru-murid di kelas formal,
sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri oleh
guru secara fisik di dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber
belajar agar terjadi proses belajar.
30 Dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen sebagai berikut;
tujuan, materibahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik siswa, dan adanya pendidikguru Cepi Riyana, 2007: 3.
Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai, oleh kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan antara dalam
upaya mencapai tujuan-tujuan lain yang lebih tinggi tingkatannya, yakni tujuan pendidikan dan tujuan pembangunan nasional. Materi belajar dalam pembelajaran
inklusi menurut Nana Syaodih 2005 dalam Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 172 materi belajar disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Untuk ABK
dengan inteligensi yang tinggi, materi belajar dapat diperluar, diperdalam, dan ditambahkan materi belajar baru, yang tidak ada dalam kurikulum sekolah reguler,
namun materi ini dianggap penting bagi anak berbakat. Sementara untuk ABK yang memiliki intelegensi yang relatif normal, materi beljar dipertahankan atau
tingkat kesulitannya diturunkan sedikit. Bagi ABK dengan intelegensi di bawah normal, maka materi belajar dalam sekolah dapat dikurangi atau diturunkan
tingkat kesulitannya seperlunya atau dihilangkan pada bagian tertentu. Strategi pembelajaran dalam sekolah inklusi meliputi media dan metode
belajar. dalam proses belajar mengajar di kelas inklusi yng terdapat ABK, dibutuhkan strategi untuk keberhasilan proses belajar mengajar. Penggunaan
media dalam pembelajaran memiliki fungsi yang sangat penting dalam terciptanya lingkungan belajar yang kondusif. Nana Sanjaya dalam Muhammad Takdir Ilahi,
2013: 175 mengatakan penggunaan media belajar pada dasarnya sebagai alat
31 bantu yang mewujudkan situasi belajar yang lebih efektif. Media belajar dalam
kelas inklusi Evaluasi pembelajaran dalam pendidikan inklusi menurut Muhammad
Takdir Ilahi, 2013: 187 bagi ABK mengtakan bahwa sesuai dalam pasal 7 PermendiknasNomor 70 Tahun 2009 yang berisi bahwa satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusi menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai
dengan bakat, dan minatnya. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah inklusi untuk ABK mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang disesuaikan
dengan karakteristik belajar peserta didik dengan cara melakukan evaluasi simultan dan berkelanjutan.
Evaluasi pembelajaran di sekolah inklusif hendaknya dapat menjangkau kemampuan seluruh anak, baik reguler maupun ABK. Bagi reguler, evaluasi hasil
belajarnya dapat mengacu pada standar yang berlaku, namun bagi ABK perlu memperhatikan kondisi, kemampuan, dan kebutuhannnya, serta progam
pendidikan dan pembelajaran yang telat dibuat Sari Rudiyati, 2013: 79. Tenaga pendidik yang profesional menjadi salah satu penentu dalam
keberhasilan pelaksaaan pembelajaran inklusi. Tenaga pendidik dalam sekolah inklusi menurut Sari Rudiyati 2013: 37 meliputi guru umum dan guru
pendamping. Guru umum meliputi guru kelas dan guru bidang studi, sedangkan guru pendamping merupkan guru pendamping khusus GPK.
Guru kelas adalah pendidik atau pengajar pada suatu kelas tertentu di sekolah dasar yang sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan, bertanggung
32 jawab pada pengelolaan pembelajaran dan administrasi kelasnya. Kelas yang
dipegang tidak menetap. Tiap tahun dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi sekolah.
Guru pembimbing khusus adalah guru yang mempunyai latar belakang pendidikan luar biasa atau yang pernah mendapat pelatihan khusus terkait dengan
pendidikan luar biasa Sari Rudiyati, 2013: 40. Tugas pembimbing khusus antara lain: menyusun assessment pendidikan bersama guru kelas dan guru mata
pelajaran, membangun sistem organisasi antara guru, pihak sekolah dengan orang tua siswa, memberikan bimbingan kepada anak berkelainan, sehingga anak
mampu mengatasi hambatan kesulitannya dalam belajar, memberikan bantuan kepada guru kelas dan guru mata pelajaran agar dapat memberikan pelayanan
pendidikan khusus kepada anak yang luar biasa yang membutuhkan.
B. Pembelajaran di TK