Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
110 informasi dan akses, sehingga modal sosial memiliki kontribusi
yang signifikan utamanya dalam kegiatan ekonomi. Berdasarkan tesis Putnam, pada level individual, jaringan
memiliki peran potensial sebagai sumber-sumber keuntungan dan batas-batas bagi tindakan individu Beugelsdijk 2009:66.
Pada jaringan tebal dari asosiasi dapat meningkatkan artikulasi kepentingan dan agregasi kepentingan, serta memberikan
kontribusi membangun efektivitas kolaborasi sosial Beugelsdijk 2009:72. Jaringan hubungan dan interaksi juga menyediakan
berbagai
keuntungan, seperti
mendapatkan pekerjaan,
memperoleh informasi, dan meningkatkan akses pada sumber- sumber Beugelsdijk 2009:74.
6. Jenis-jenis Modal Sosial
Modal sosial memiliki tipologi yang memberikan karakter pada suatu kelompok atau komunitas. Ada dua tipe modal
sosial, yang dalam realitasnya dapat diamati di suatu organisasi, kelompok, atau komunitas. Dua tipe modal sosial ini diduga
melekat pada kelompok PKL yang akan diteliti.
Pertama, adalah modal sosial terikat atau
bonding social capital. Kedua, modal sosial yang menjembatani atau
bridging social capital Hasbullah 2006.
Modal sosial terikat atau bonding social capital cenderung
bersifat ekslusif dan berorientasi ke dalam inward looking.
Individu yang menjadi anggota kelompok cenderung homogen dan bersifat konservatif.
Solidarity making lebih diutamakan daripada hal-hal yang lebih nyata untuk membangun diri dan
kelompok sesuai dengan tuntutan nilai-nilai dan norma masyarakat. Kelompok yang lebih banyak memiliki modal
sosial jenis
bonding ini, para anggotanya terhubung secara kuat, positif, dan bersifat timbal balik Oh, et.al. 2006. Ikatan
hubungan yang negatif relatif kurang dan jaringan yang dibentuk cenderung sangat padat atau tebal. Kepercayaan yang
111
KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL
dibangun diantara anggota sangat kuat dan dalam kelompok seperti itu, jaringan pertukaran sosial tercipta dengan baik.
Kelompok yang tertutup sangat kuat ini memiliki kelebihan, seperti kerjasama yang lebih besar, konformitas yang
lebih besar untuk menyetujui norma bersama, berbagi informasi lebih besar, tetapi cenderung kurang terlibat dalam
kaitannya dengan sesuatu yang berada di luar kelompok. Namun terlepas dari semua itu, kelompok bertipe
bonding cenderung memiliki efektivitas yang lebih baik.
Tipologi kelompok tertutup dengan modal sosial terikat ini tampak pada karakter PKL yang ada di kota Semarang. Dari
hasil observasi awal, tampak bahwa kelompok PKL cenderung loyal dan solider dengan kelompoknya sendiri dan kurang
perhatian atau pun terlibat dengan kelompok PKL lainnya. PKL terorganisasi atau resmi cenderung kurang apresiatif terhadap
kelompok PKL tidak terorganisasi atau yang sering disebut PKL liar. Sebaliknya, PKL liar, juga memiliki persepsi yang tidak
jauh berbeda dengan kelompok PKL terorganisasi. Meskipun tidak ada rivalitas diantara kelompok-kelompok PKL tersebut,
tetapi jika ada PKL yang sedang digusur, PKL lain bukannya sedih dengan menunjukkan perasaan empati dan simpati, tetapi
justru senang karena kompetitornya berkurang.
Bonding social capital ini mirip dengan thick trust, yaitu modal sosial yang terbentuk akibat adanya rasa percaya
antarkelompok orang yang saling mengenal Hasbullah 2006. Kelompok dengan
bonding social capital sebagaimana dijumpai pada komunitas PKL Basudewo dan PKL Sampangan memiliki
resistensi kuat terhadap perubahan, misalnya berkenaan dengan kebijakan relokasi.
Bentuk modal sosial yang menjembatani bridging social
capital merupakan bentuk modern dari suatu pengelompokan, grup, asosiasi, atau masyarakat. Prinsip-prinsip yang dianut
didasarkan pada nilai-nilai universal, seperti persamaan,
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
112 kebebasan, kemajemukan, kemanusiaan, terbuka, dan mandiri
Hasbullah 2006. Mekanisme perantara dalam hubungan yang menjembatani ini memutus kesenjangan gap diantara
anggota-anggota yang tidak terkoneksi. Lubang struktural
structural holes dalam bridging social capital mengandaikan adanya tipe dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan dimensi
vertikal Oh, et.al. 2006. Dimensi
pertama menunjukkan apakah individu secara vertikal terdiferensiasi, misalnya antara mereka yang berposisi
sebagai pemimpin dan yang berkedudukan sebagai pengikut dan menunjukkan apakah individu secara horizontal
terdiferensiasi, misalnya individu-individu yang memiliki fungsi yang berbeda di dalam kelompok atau subkelompok.
Kedua, dimensi yang berbeda antara hubungan dalam kelompok dan hubungan antar kelompok. Modal sosial yang
menjembatani ini dalam realitasnya memberikan kontribusi besar bagi perkembangan, kemajuan, dan kekuatan masyarakat,
misalnya
terkontrolnya perbuatan
korupsi, pekerjaan
pemerintah makin efisien, penanggulangan kemiskinan makin efektif, kualitas hidup manusia makin meningkat, dan bangsa
menjadi semakin kuat.
Dalam konteks PKL, modal sosial yang menjembatani ini, sangat dibutuhkan tidak hanya dalam mengakses sumber-
sumber informasi terkait dengan masa depan mereka, tetapi juga memberikan jalur bagi PKL untuk memperkokoh daya
tawar mereka ketika berhadapan dengan kekuasaan.
7. Manfaat Modal Sosial