93
KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL
Konsep kekerasan simbolik Bourdieu ini mirip dengan konsep
hegemoni Gramsci. Konsep hegemoni menawarkan gagasan tentang bagaimana kekuasaan bisa diterima oleh pihak
yang dikuasai Sugiono 1999. Melalui hegemoni, pihak ruling
class atau siapapun yang ingin memiliki kekuasaan menancapkan
hegemoni melalui kepemimpinan moral dan intelektual secara konsensual. Konsep
hegemoni ini berbeda dengan dominasi. Kekuasaan dalam dominasi ditopang oleh
kekuatan fisik, sedangkan dalam hegemoni, kekuasaan
kelompok atau elit diperoleh secara konsensual. Dari strateginya yang tidak mengandalkan kekuatan fisik dan koersi,
maka dapat disimpulkan bahwa konsep hegemoni Gramsci tidak
berbeda secara substansial dengan konsep kekerasan simbolis Bourdieu.
Pemkot Semarang dan kebanyakan pemerintah daerah lainnya
dalam melaksanakan
pembangunan ditengarai
menggunakan kekerasan simbolik dalam bentuk peraturan daerah atau peraturan bupatiwalikota untuk menjinakkan
warganya. Kekerasan simbolis Bourdieu atau hegemoni
Gramsci dilakukan dengan dalih untuk kepentingan pembangunan, yang pada gilirannya dapat memperteguh
keabsahan kekuasaan para penguasa.
5. Unsur-unsur Modal Sosial
Modal sosial memiliki unsur-unsur yang jika semuanya berfungsi akan memiliki manfaat besar dalam bidang ekonomi,
politik, dan sosial. Unsur-unsur modal sosial meliputi kepercayaan
trust, norma norm, dan jaringan network. Kepercayaan atau
trust dalam bahasa Inggris bisa bermakna sebagai kata benda dan kata kerja Lawang 2005:45. Sebagai
kata benda, trust berarti kepercayaan, keyakinan, atau rasa
percaya; sedangkan sebagai kata kerja, trust berarti proses
mempercayai sesuatu yang jelas sasarannya. Kepercayaan trust
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
94 antar manusia memiliki tiga komponen penting, yaitu 1
hubungan sosial antara dua orang atau lebih, 2 harapan yang akan terkandung dalam hubungan tersebut, yang jika
direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak, 3 interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan
harapan tersebut terwujud Lawang 2005:45-46.
Hubungan sosial berlangsung melalui struktur sosial, mulai dari yang paling kecil mikro hingga yang paling besar makro.
Dalam hubungan sosial ini, harapan yang ada pada seseorang bisa berupa dari yang kurang mengharapkan dan sangat
mengharapkan atau bisa berupa rumusan hipotetik, semakin kuat dan baik hubungan sosial semakin tinggi harapan yang
ingin diperoleh. Harapan menunjuk pada sesuatu yang masih akan terjadi di masa yang akan datang, baik dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang Lawang 2005:46.
Bagi seseorang, harapan berkaitan dengan sesuatu yang menjadi cita-cita untuk diwujudkan. A percaya kepada B
dengan harapan ia akan memperoleh sesuatu yang berguna dirinya dan mungkin juga bagi B. Jika harapan tersebut hanya
berguna bagi A saja, harapan tersebut bersifat unilateral. Orangtua A berharap agar anaknya B bisa menjad
i “wong” dalam bahasa Jawa, orang yang berhasil ketika sudah besar.
Apabila anaknya B mengetahui bahwa itulah harapan orangtua dan bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan
orangtua, maka harapan tersebut berubah sifatnya menjadi bilateral atau saling mengharapkan.
Selain komponen hubungan sosial dan harapan, aspek interaksi sosial merupakan bagian penting dari kepercayaan.
Salah satu konsep yang memiliki kaitan erat dengan interaksi sosial adalah tindakan sosial. Tindakan sosial menunjuk pada
apa yang dilakukan oleh individu dalam mewujudkan sebuah kepercayaan atau harapan, yang sifatnya unilateral; sedangkan
interaksi sosial merujuk pada apa yang dilakukan oleh kedua
95
KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL
belah pihak yang secara bersama-sama sadar dalam mewujudkan harapan dari masing-masing pihak terhadap satu
sama lainnya Lawang 2005:47.
Dalam hubungan kepercayaan, terdapat dua pihak, yaitu pihak yang mempercayai atau
trustor dan pihak yang dipercayai atau
trustee. Kedua-duanya memiliki tujuan untuk memenuhi kepentingan mereka Coleman 2009. Seorang pemberi
kepercayaan trustor harus memutuskan apakah akan menaruh
kepercayaan atau tidak dan juga trustee memiliki pilihan untuk
memutuskan apakah akan menjaga kepercayaan atau akan mengkhianati kepercayaan yang diberikan. Seorang pemberi
kepercayaan trustor umumnya adalah agen rasional. Biasanya
ia akan memberikan kepercayaan kepada penerima kepercayaan trustee ketika rasio peluang perolehan dengan peluang
kekalahannya lebih besar daripada rasio jumlah potensi kerugian dengan jumlah potensi keuntungan.
Trustee yang menerima kepercayaan akan mengubah relasi asimetris menjadi relasi simetris, ketika ia merasakan ada
keuntungan timbal balik yang dapat diperoleh dan diharapkan dari si
trustor. Ketika penerima kepercayaan trustee melakukan tindakan yang jauh lebih menguntungkan daripada
sekadar membalas kewajiban, maka penerima kepercayaan trustee telah menunaikan kewajiban dan sekaligus
menciptakan kewajiban bagi pemberi kepercayaan trustor.
Kewajiban ini tercipta jika balasan kewajiban tersebut tidak hanya bernilai dan menguntungkan si pemberi kepercayaan
trustor, tetapi juga menuntut pengorbanan dari si penerima kepercayaan
trustee melebihi nilai kebaikan awal yang diterimanya Coleman 2009.
Resiko merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari dalam hubungan kepercayaan. Dalam kaitannya dengan resiko,
muncul suatu hipotesis bahwa semakin tinggi saling percaya antara mereka yang bekerjasama, semakin kurang resiko yang
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
96 ditanggung dan semakin kurang pula biaya uang atau sosial
yang dikeluarkan. Dalam pandangan Mollering sebagaimana dikutip Lawang 2005, konsep kepercayaan berkaitan dengan
suatu keadaan yang mengharapkan orang lain bertindak dan bermaksud
baik bagi
kita. Demikian
pula, Torsvik
mengungkapkan bahwa dalam kepercayaan terkandung kecenderungan perilaku tertentu yang dapat mengurangi resiko
yang muncul dari perilakunya Lawang 2005.
Fungsi kepercayaan menurut Torsvik adalah 1 sebagai aset, kalau A dan B saling percaya dan masing-masing dari
mereka merasa yakin bahwa tak seorang pun dari antara mereka bertindak oportunistik, 2 kepercayaan ini berawal dari
harapan saja. A berharap jika dia melakukan transaksi perdagangan dengan B, tidak akan merugikannya, karena dia
yakin bahwa B tidak akan bertindak oportunistik, 3 dengan kondisi seperti ini, maka proses transaksi yang diharapkan A
dari B tergantung pada resiko yang muncul dari perilaku B Lawang 2005.
Dari studi empirik yang dilakukan Beugelsdijk 2009:68 dilaporkan
bahwa kepercayaan
trust eksis
dalam mempromosikan pertumbuhan dan berperan mengurangi biaya
transaksi. Ini adalah trust dalam level makro. Kepercayaan
trust seperti ini, menurut Beugelsdijk 2009:70 tergantung pada bagaimana janji dipelihara dan ditepati serta bagaimana
pula dapat diperoleh informasi yang terpercaya. Pada level mikro,
trust dipahami sebagai sifat-sifat individu atau karakteristik hubungan antar individu.
Perusahaan-perusahaan misalnya,
membangun trust
berdasarkan norma keadilan dan kepercayaan berbasis pengetahuan dalam interaksi yang sedang berlangsung.
Trust sebagaimana dipahami Beugelsdijk ini tidak hanya berlangsung
di antara pengusaha yang memiliki kapital, tetapi juga pada pedagang kecil PKL. Dalam berbagai aktivitas jual beli para
97
KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL
pedagang kecil, menjadi hal biasa ketika ada pedagang yang kehabisan stok barang, ia dapat mengambil meminjam barang
pedagang lainnya untuk memenuhi kebutuhan pembeli.
Pedagang batik di pasar Klewer Surakarta misalnya, ia dapat mengambil atau meminjam baju batik yang dibutuhkan pembeli
ketika ia kehabisan stok. Barang atau uang akan dibayarkan setelah baju tersebut terjual. Dalam penelitian Handoyo, Eko
Prasetyo, dan Siti Maesaroh 2009 tentang Peran Penguatan Modal Sosial Melalui Usaha Ekonomi Rakyat Untuk
Pemberdayaan Masyarakat Pasca Gempa Bumi di Yogyakarta ditemukan adanya kerjasama, berbagi informasi, dan saling
percaya di antara pengrajin keris di Imogiri Yogyakarta. Dalam pembuatan keris, tidak ada pengrajin yang memonopoli semua
komponen keris. Ada orang yang ahli dalam membuat keris atau “wilah”, ada yang pandai membuat pegangan, dan lainnya
terampil dalam membuat wadah atau “warongko”.
Adanya bantuan promosi melalui web, pesanan keris baik dari dalam maupun luar negeri menjadi bertambah.
Bertambahnya pesanan ini mengharuskan pengrajin harus meningkatkan produksinya, tetapi karena satu kelompok
pengrajin tudak mampu memenuhi seluruh permintaan tersebut, pengrajin yang kelebihan order akan meminta
pengrajin lain untuk ikut memproduksi keris. Hal ini dilakukan atas dasar perasaan saling percaya di antara pengrajin. Aktivitas
jual beli atau transaksi ekonomi ini tidak akan terjadi jika tidak ada
trust atau perasaan saling percaya di antara para pedagang. Praktik ekonomi pedagang kecil ini berkaitan dengan nilai
budaya Jawa yang selama ini “diugemi” dipegang teguh, yaitu “tuno satak bati sanak”, artinya tidak memperoleh untung
banyak tidak apa-apa, asalkan masih banyak saudara atau teman yang dapat dimintai bantuan ketika ada persoalan yang
dihadapi.
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
98 Herreros 2004 memandang
trust sebagai konsep yang abstrak, lalu ia membahas konsep yang lebih konkrit, yaitu
keputusan untuk percaya decision to trust. Keputusan untuk
percaya berhubungan dengan resiko. Individu biasanya dihadapkan pada keputusan untuk percaya atau tidak percaya.
Berkaitan dengan konsep trust, Herreros 2004 mengemukakan
konsep penting dari trust, yaitu keuntungan potensial
potential gains dan biaya potensial potential cost. Individu akan percaya orang lain jika ada kemungkinan memperoleh
potensi keuntungan darinya, sebaliknya ia tidak menghargai kepercayaan tersebut apabila ia justru mendapatkan biaya
potensial dari kepercayaan yang telah ia berikan kepada orang lain. Seseorang berani mengambil resiko jika keuntungan
potensial lebih tinggi daripada biaya potensial yang dikeluarkan. Keputusan untuk percaya tersebut merupakan
sesuatu yang rasional, karena keputusan tersebut mengkalkulasi antara keuntungan potensial dan biaya potensial.
Herreros 2004 tidak memandang kepercayaan sebagai unsur atau bentuk modal sosial. Modal sosial merupakan
kewajiban timbal balik dan informasi, yang kedua-duanya diperoleh dari keanggotaannya dalam jaringan sosial. Meskipun
kepercayaan bukan bentuk dari modal sosial, tetapi kepercayaan dapat memainkan peran antara di antara anggota jaringan sosial
dan membangkitkan modal sosial. Keanggotaan dalam jaringan sosial tersebut, menghasilkan hubungan yang didasarkan atas
kepercayaan.
Simmel mengemukakan konsep yang berbeda tentang kepercayaan
trust. Menurut Simmel dalam Lawang 2005:50, tanpa adanya saling percaya yang merata antara satu orang
dengan orang lainnya, masyarakat itu sendiri akan disintegratif dan kepercayaan itu merupakan salah satu kekuatan sintetik
yang paling penting dalam masyarakat. Kepercayaan menjadi basis bagi tindakan individu. Kepercayaan menurut Simmel
99
KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL
dalam Lawang 2005:50-51 memiliki tiga bentuk sebagai berikut.
Uang yang bersifat material dan kredit merupakan bentuk pertama dari kepercayaan. Lembaga A percaya bahwa uang
yang dipinjam B pasti akan dikembalikan dengan jaminan, artinya bahwa kepercayaan lembaga itu muncul karena tahu
akan jaminan yang nilainya paling kurang sepadan dengan nilai pinjaman
yang secara
riskan sudah
diperhitungkan. Kepercayaan seperti itu disebut sebagai kepercayaan berbasis
pengetahuan, kepercayaan bersyarat, kepercayaan strategis, kepercayaan penuh perhitungan sama-sama untung dan adil
atau kepercayaan materialistik. Kepercayaan tersebut menurut Simmel lebih tepat disebut sebagai kepercayaan moralistik.
Bentuk kedua dari kepercayaan Simmel adalah confidence.
Kepercayaan ini mengantarai pengetahuan dan ketidaktahuan seseorang. Menurut Simmel dalam Lawang 2005:51,
confidence bermakna percaya antar orang dengan dirinya sendiri, tetapi mungkin juga menyangkut percaya pada orang
lain, tetapi dalam hubungan yang sangat rahasia
confidential. Bentuk kepercayaan yang
ketiga menurut Simmel adalah apa yang disebut dengan masyarakat rahasia
secret society. Hubungan internal utama yang khas dalam masyarakat rahasia
adalah kepercayaan timbal balik antara para anggotanya. Tujuan kerahasiaan adalah perlindungan. Dari semua tindakan
perlindungan, yang paling mendasar adalah membuat seseorang itu tidak kelihatan. Masyarakat rahasia menurut Simmel, dalam
kenyataannya terdiri atas elemen-elemen. Masing-masing elemen mungkin hidup dalam suatu bentuk interaksi yang
intensif, tetapi hubungan tersebut pada dasarnya penuh dengan rahasia. Contoh yang paling jelas dari masyarakat rahasia adalah
kelompok atau geng penipu, mafia, atau kelompok seks bebas, yang pada prinsipnya satu sama lain tidak saling mengetahui,
tetapi keseluruhannya merupakan masyarakat penuh rahasia.
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
100 Contoh lainnya adalah kerahasiaan nasabah Bank yang dijamin
dan dilindungi oleh Bank yang bersangkutan. Kerahasiaan masyarakat seperti itu menjadi perlindungan tidak saja bagi
individu yang merupakan anggota dari elemen-elemen itu, tetapi juga bagi elemen kelompok itu sendiri yang
mengembangkan dan mungkin hidup dalam penuh kerahasiaan. Bukan individu yang disembunyikan, melainkan kelompok
yang mereka bentuk, demikian kata Simmel.
Kepercayaan tidak tumbuh dengan sendirinya. Ada mekanisme atau alasan-alasan mengapa kepercayaan muncul.
Mengapa A percaya B? Lawang 2005:54 mengemukakan beberapa kemungkinan mengapa A bisa percaya kepada B.
Pertama, karena A mengenal B. Kepercayaan ini muncul berbasis pengetahuan
knowledge based trust. Mengenal tidak selalu menimbulkan kepercayaan. Kenal yang menghasilkan
kepercayaan adalah kenal orang menurut penilaian si pengenal. Rumusan hipotetiknya adalah A mengenal B, lalu percaya,
karena nilai A dianut oleh B. Ini artinya, mengenal berarti menilai orang menurut nilai si pengenal. Penilaian seperti itu
masih bersifat sepihak, karena memang belum terjadi interaksi antar keduanya.
Kedua, mengenal orang berarti mengetahui semua data pribadi yang dapat diperoleh , baik secara fisik, psikologis,
maupun sosial. Data pribadi tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara, bisa lewat facebook, twitter, blog pribadi, dan
yang lain, namun data tersebut belum tentu akurat, bisa kurang lengkap atau bahkan manipulatif. Pengenalan seseorang
terhadap lainnya bersifat terbatas. Seperti diungkapkan Simmel dalam Lawang 2005, setiap individu tetap menjadi rahasia
bagi orang lain. Namun demikian, untuk mengetahui lebih dekat tentang pribadi orang lain, yang paling baik adalah
dengan mengetahui kehidupannya sehari-hari.
101
KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL
Ketiga, kenal tentu ada batas-batas cakrawalanya. Keluarga adalah lingkaran yang paling dalam, menyusul persahabatan
sebagai lingkaran luarnya, lapis luar berikutnya adalah orang yang dikenal secara sepintas, dan lingkaran terakhir adalah
orang asing yang tidak dikenal.
Keempat, proses kenal pasti bersifat personal, sehingga kepercayaan yang muncul dari proses ini bersifat personal pula.
Kelima, keputusan bahwa seseorang layak dipercaya dengan dasar yang terbatas, masih harus diuji melalui interaksi sosial.
Berbagai alasan dan kemungkinan di atas berkaitan dengan bagaimana A percaya kepada B atau kepercayaan yang sifatnya
linier. Untuk menjawab pertanyaan mengapa A dan B saling percaya atau kepercayaan timbal balik, Lawang 2005:55
mengemukakan enam jawaban berikut.
1 Keduanya saling kenal. Diakui bahwa tidak semua orang yang saling kenal, menghasilkan saling percaya, tetapi
saling kenal adalah salah satu variabel penting dalam proses terjadinya saling percaya, yang oleh beberapa ahli disebut
sebagai pelumas.
2 Keduanya memiliki nilai yang sama. Nilai yang sama muncul karena interaksi sosial yang dapat dilihat dalam
hubungan persahabatan atau keluarga. Sosialisasi yang dilakukan masyarakat juga dapat menciptakan nilai
bersama.
3 Keduanya memiliki kepentingan yang sama yang tanpa kehadiran salah satunya akan mendatangkan kegagalan.
4 Karena percaya saja. A percaya B, karena B percaya A. Kepercayaan seperti ini merupakan kepercayaan asumtif,
yakni percaya karena percaya saja. Misalnya orang Jawa bertemu dengan orang Jawa di Papua, keduanya langsung
percaya, karena keduanya dari suku yang sama, yaitu Jawa. Saling percaya ini oleh Uslaner dalam Lawang 2005
disebut dengan
generalized trust.
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
102 5 Kepercayaan di antara keduanya akan timbul, kalau
ekspektasi masing-masing terpenuhi. A memperoleh apa yang diharapkan dari B karena kepercayaan yang diberikan
dan B memperoleh apa yang diharapkannya, karena pelaksanaan tugas kepercayaan.
6 Karena keduanya setia pada janji memenuhi kewajiban dan melaksanakan tugas serta setia pada nilai dan norma.
Dalam hal ini, kesetiaan dan komitmen merupakan bagian dari saling percaya yang sangat fundamental.
Saling percaya bukanlah sesuatu yang statis sifatnya. Pertanyaan yang muncul adalah untuk apa A dan B saling
percaya? Berkaitan dengan pertanyaan tersebut, Lawang 2005:56-57 mengutarakan tiga kemungkinan berikut.
Pertama, A dan B saling percaya adalah untuk meningkatkan percaya diri
self confidence. Kalau A percaya kepada B untuk melakukan sesuatu hal, dan B sungguh-sungguh
memenuhi kewajibannya dan malah bertindak lebih, maka kepercayaan yang semula bersifat sepihak menjadi dua belah
pihak. Hasilnya adalah A memanen hasil kepercayaan yang diberikan kepada B, sehingga dia lebih percaya diri lagi dan
bahwa percaya kepada orang yang tepat tersebut merupakan suatu keputusan yang tepat. Sebaliknya, percaya diri B juga
meningkat, karena dia membuktikan bahwa harapan A terhadapnya tidak sia-sia. Dengan demikian, kepercayaan yang
bersifat unilateral berubah menjadi kepercayaan bilateral.
Kedua, saling percaya juga dipakai untuk meningkatkan kerjasama, kebersamaan, sehingga rumusan A percaya B untuk
melakukan X menjadi A percaya B untuk tujuan bersama. Ketiga, karena A dan B saling butuh. Kepercayaan yang
diberikan A kepada B merupakan refleksi dari keterbatasan A yang tidak mungkin mampu melakukan semua dengan
kekuatan sendiri. Kepercayaan seperti ini bersifat sosial antropologi.
103
KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL
Setiap jenis interaksi dan kerjasama mensyaratkan adanya norma bersama Sztompka 2004. Norma secara relatif bersifat
stabil dan menentukan perilaku individu. Norma lahir dari proses sosialisasi yang terjadi dalam suatu struktur sosial. Norma
norm berbeda dengan aturan rule. Norma bersifat intrinsik, sedangkan aturan
rule bersifat ekstrinsik. Norma terasimilasi dalam proses belajar sosial, sedangkan aturan
rule mengandaikan
adanya pihak
yang mengontrol
dan menginterpretasikan norma Titov 2006. Aturan berkaitan
dengan proses implementasi, ketika norma gagal berfungsi sebagai regulasi.
Norma bersama dan simbol yang bermakna sama dapat digunakan seseorang dalam suatu struktur sosial untuk
memprediksi perilaku orang lain dalam struktur tersebut. Norma muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan
Lawang 2005:70. Asumsinya adalah jika dalam pertukaran pertama, keduanya saling menguntungkan, akan muncul
pertukaran kedua, dan seterusnya dengan harapan akan diperoleh keuntungan timbal balik. Jika pertukaran saling
menguntungkan terjadi berulang-ulang dan bersifat tetap, maka akan muncul norma kewajiban sosial, yang membuat hubungan
pertukaran saling menguntungkan keduanya dan dengan demikian, hubungan pertukaran terpelihara dengan baik.
Norma juga bersifat resiprokal, dalam arti isi norma menyangkut hak dan kewajiban kedua belah pihak, yang dapat
menjamin keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan tertentu. Orang yang melanggar norma resiprokal ini, akan
berkurang keuntungannya, bahkan bisa juga ia terkena sanksi. Akhirnya, jaringan yang terbina lama dan mampu menjamin
keuntungan kedua belah pihak, akan melahirkan norma keadilan.
Norma merupakan bagian dari suatu kelembagaan, yakni suatu norma kaidah peraturan atau organisasi yang
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
104 memudahkan
organisasi melakukan
koordinasi dalam
membentuk harapan masing-masing yang mungkin dapat dicapai
dengan saling
bekerjasama Rintuh
2005:3. Kelembagaan memiliki tiga komponen, yaitu aturan formal,
aturan informal, dan mekanisme penegakan. Kelembagaan memiliki tiga fungsi, yaitu 1 memberikan pedoman,
bagaimana seseorang harus bersikap dan berperilaku dalam menghadapi masalah kehidupan, 2 menjaga keutuhan
masyarakat, 3 memberikan pegangan kepada masyarakat untuk melakukan pengendalian sosial atau menjadi sistem
pengawasan tingkah laku Sukmana 2005:23.
Selain sebagai pedoman tingkah bagi anggota suatu struktur sosial, norma atau kelembagaan juga menjadi aturan yang
membatasi perilaku menyimpang manusia, meminimalisasi perilaku manusia yang menyimpang, menciptakan ketertiban,
dan mengurangi ketidakpastian dalam melakukan pertukaran North 1994:360.
Jaringan network merupakan unsur modal sosial selain
kepercayaan dan norma, yang berperan penting dalam membangun modal sosial. Jaringan dalam teori modal sosial
memiliki enam makna Lawang 2005:62.
Pertama, ada ikatan antar simpul orang atau kelompok yang dihubungkan dengan media hubungan sosial. Hubungan
sosial tersebut diikat oleh kepercayaan dan kepercayaan tersebut dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah
pihak.
Kedua, ada kerja antar simpul orang atau kelompok, yang melalui media hubungan hubungan sosial menjadi satu
kerjasama, bukan kerja bersama-sama. Ketiga, seperti halnya sebuah jaring yang tidak putus,
kerja yang terjalin antar simpul pasti kuat menahan beban bersama.
105
KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL
Keempat, dalam kerja jaring itu ada ikatan simpul yang tidak dapat berdiri sendiri. Jika salah satu simpul putus, maka
akibatnya keseluruhan jaring tidak bisa berfungsi lagi, sampai simpul tersebut diperbaiki lagi.
Kelima, media benang atau kawat dan simpul tidak dapat dipisahkan atau antara orang-orang yang berada dalam dan
terhubung oleh jaringan, tidak dapat dipisahkan. Keenam, ikatan atau pengikat simpul dalam modal sosial
merupakan norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya dipelihara dan dipertahankan.
Jaringan terjadi dalam tiga bentuk, yaitu jaringan antar personal, jaringan antara individu dengan institusi, dan jaringan
antar institusi Lawang 2005. Jaringan mulanya terjadi antar personal. Meskipun orang membuka jaringan dengan organisasi
atau sebuah yayasan, tetap saja yang berkomunikasi adalah orang yang mewakilinya, bukan organisasinya. Inilah yang
dimaksud dengan jaringan antar personal. Jaringan antar personal memiliki beberapa bentuk.
Pertama, jaringan duaan dyadic tunggal, menunjuk pada jaringan yang terbentuk antara dua orang saja, tanpa ada
jaringan lainnya. Jaringan ini membentuk struktur yang paling sederhana, yaitu struktur duaan. Gambar berikut adalah
jaringan duaan tunggal.
Gambar 5. Hubungan Jaringan Duaan
Kedua, jaringan duaan ganda, menunjuk pada jaringan yang terbentuk antara A dengan B, C, D, dan E; tanpa ada saling
hubungan antara B, C, D, dan E. Seorang pengusaha restoran di Bali A membuka jaringan dengan pemasok sayur B dari
Malang, dengan pemasok daging dari beberapa desa di Bali C B
A
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
106 dan beberapa pemandu wisata lokal D dan E. Hubungan
antara A dan jaringan duaan ganda tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 6. Jaringan Duaan Ganda
Ketiga, jaringan duaan ganda berlapis, menunjuk pada hubungan antara A dengan beberapa satuan hubungan duaan
ganda lainnya. Hubungan tersebut dinamakan hubungan berlapis, karena B, C, dan D masing-masing dapat
mengembangkan hubungan duaannya sendiri. Mengacu pada contoh pengusaha restauran di Bali, maka pola hubungan yang
terjadi menghasilkan 1 A menjadi pusat utama, yang saling tergantung secara langsung dengan B, C, dan D dan secara tidak
langsung dengan B1, B3, D1, D3, C1, dan C3; 2 A menjadi utama, karena usaha restaurannya secara tidak langsung
berjalan melalui B, C, dan D dan mendorong petani di Malang, di Bedugul, atau di tempat lainnya untuk menanam sayur dan
memelihara ternak yang dibutuhkan untuk memasok sayuran; 3 A menjadi utama, karena B, C, dan D menjadi utama untuk
hubungan duaannya di masing-masing tempat; 4 A menjadi sentral, tetapi sentralitas tersebut tidak membuatnya berkuasa,
karena hubungan dengan B, C, dan D didasarkan pada hubungan pertukaran yang saling menguntungkan; 5
hubungan antara A dengan B, C, dan D menjadi hubungan duaan, sehingga tidak terjadi koalisi antara B, C, dan D untuk
menghancurkan A; dan 6 B, C, dan D adalah pusat-pusat kecil yang berkembang karena A. Gambar berikut ini menunjukkan
hubungan duaan ganda berlapis. A
B C
D E
107
KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL
Gambar 7. Hubungan Duaan Ganda berlapis
Keempat, secara matematis, jaringan tigaan, empatan, atau limaan dapat saja terbentuk. Jika ini terjadi, strukturnya
menjadi lain dan lebih rumit. Meskipun institusi atau lembaga sering diwakili oleh orang,
namun institusi tetap dipandang penting, sebab sebagaimana dikatakan Putnam, keanggotaan warga dalam beberapa institusi
memungkinkannya mampu mengatasi berbagai masalah Lawang 2005:67. Apa yang dilakukan institusi terhadap
individu dan apa yang harus dikerjakan individu untuk institusi? Agama adalah salah satu contoh institusi yang berlaku
bagi setiap orang. Orang bisa saja selesai dari kuliah, orang bisa berhenti berorganisasi, orang bisa berhenti bekerja atau
pensiun, tetapi tidak ada orang yang berhenti dari beragama.
Wujud agama yang paling menonjol adalah organisasinya, yakni bagaimana kehidupan beragama dikelola dan diatur
menjadi sejumlah kegiatan riil. Misalnya, jika ada yang meninggal, orang diminta untuk memandikan, mengafani,
menyolati, dan menguburkannya. Apabila di suatu kampung, belum ada masjid yang representatif, maka warga diminta untuk
mencari dan mengumpulkan dana untuk membangun masjid yang layak untuk tempat beribadah. Institusi agama tanpa orang
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
108 tidak mungkin akan berfungsi. Demikian pula, dibangun sebuah
masjid yang megah atau gereja yang besar, tetapi tidak ada jamaahnya, maka fungsi institusi agama tidak akan berjalan.
Jadi, yang penting bukan gedung tempat beribadahnya, melainkan adalah orang-orang yang berdoa dan menjalankan
ibadahnya di tempat ibadah tersebut. Atas dasar inilah, Putnam 2000 sampai pada kesimpulan bahwa jaringan yang terbentuk
antara orang dan institusi, sesungguhnya merupakan jaringan hubungan antara orang dengan orang.
Jaringan antar institusi sudah banyak terbentuk di Indonesia, misalnya jaringan masyarakat anti korupsi, yang
mempertemukan elemen-elemen masyarakat yang peduli terhadap masa depan Indonesia yang bersih dari korupsi.
Indonesia Corruption Watch ICW merupakan contoh nyata dari jaringan anti korupsi, yang sering menjadi rujukan dan
tempat memperoleh informasi bagi organisasi anti korupsi di daerah-daerah mengenai tindak korupsi yang dilakukan oleh
pejabat atau oknum pemerintah. Dahulu pernah dibentuk sebuah Forum Demokrasi, yang merupakan forum kajian
terhadap masa depan demokrasi di Indonesia. Forum ini diketuai oleh mantan Presiden Indonesia, yakni Gus Dur.
Jaringan atau forum tersebut berbicara atas nama institusinya, tetapi memiliki visi dan misi yang sama. Dalam
jaringan atau forum tersebut akan terbentuk modal sosial yang menjembatani
bridging social capital di antara anggota jaringan atau forum.
Jaringan network ada yang bersifat positif, misalnya
jaringan bisnis perhotelan dan ada juga yang bercorak negatif, misalnya jaringan perdagangan obat bius dan jaringan teroris.
Jaringan juga ada yang bersifat tertutup, seperti jaringan mafia hukum dan jaringan teroris dan ada yang terbuka, seperti
jaringan relawan anti perdagangan perempuan dan anak.
109
KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL
Jaringan sosial umumnya memiliki fungsi ekonomi dan kesejahteraan sosial Lawang 2005:68. Fungsi ekonomi jaringan
terletak pada produktivitas, efisiensi, dan efektivitasnya yang tinggi; sedangkan fungsi kesejahteraan sosial menunjuk pada
dampak partisipatif dan kebersamaan yang diperoleh dari suatu pertumbuhan ekonomi. Jaringan seperti ini termasuk unsur
penting dari kapital atau modal sosial. Menjadi modal sosial, karena fungsinya positif bagi masyarakat. Sebagai pelumas
kegiatan ekonomi, jaringan bersifat terbuka, yang memberi kesempatan kepada publik untuk menilai fungsinya yang
mendukung kepentingan masyarakat. Jaringan klik dalam birokrasi yang tertutup yang di dalamnya sarat dengan aroma
korupsi, tidak termasuk jaringan dalam modal sosial.
Jaringan atau network dimasuki orang atau kelompok tentu
saja memiliki fungsi yang beragam, tidak hanya semata-mata berkaitan dengan masalah ekonomi. Mengacu pada berbagai
pandangan para ahli, Lawang 2005:69 mencatat ada tiga fungsi jaringan, yaitu fungsi informasi, fungsi akses, dan fungsi
koordinasi.
Fungsi informasi atau media informasi dari jaringan, memungkinkan setiap stakeholder dalam jaringan itu dapat
mengetahui dan memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah, peluang atau apa pun mengenai kegiatan usaha. Fungsi
informasi ini disebut juga fungsi pelumas atau fungsi peluang.
Fungsi akses menunjuk pada kesempatan yang dapat diberikan oleh adanya jaringan dengan orang lain, dengan
menyediakan suatu barang atau jasa yang tidak dapat dipenuhi secara internal oleh organisasi.
Fungsi koordinasi dari jaringan lebih banyak dijumpai dalam kegiatan-kegiatan informal, yang oleh Fukuyama, justru
membantu mengatasi masalah kebuntuan yang disebabkan oleh keterbatasan birokrasi pemerintah Lawang 2005:69. Fungsi
koordinasi ini berkaitan dengan fungsi jaringan lainnya, seperti
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
110 informasi dan akses, sehingga modal sosial memiliki kontribusi
yang signifikan utamanya dalam kegiatan ekonomi. Berdasarkan tesis Putnam, pada level individual, jaringan
memiliki peran potensial sebagai sumber-sumber keuntungan dan batas-batas bagi tindakan individu Beugelsdijk 2009:66.
Pada jaringan tebal dari asosiasi dapat meningkatkan artikulasi kepentingan dan agregasi kepentingan, serta memberikan
kontribusi membangun efektivitas kolaborasi sosial Beugelsdijk 2009:72. Jaringan hubungan dan interaksi juga menyediakan
berbagai
keuntungan, seperti
mendapatkan pekerjaan,
memperoleh informasi, dan meningkatkan akses pada sumber- sumber Beugelsdijk 2009:74.
6. Jenis-jenis Modal Sosial