Unsur-unsur Modal Sosial Tinjauan tentang Modal Sosial

93 KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL Konsep kekerasan simbolik Bourdieu ini mirip dengan konsep hegemoni Gramsci. Konsep hegemoni menawarkan gagasan tentang bagaimana kekuasaan bisa diterima oleh pihak yang dikuasai Sugiono 1999. Melalui hegemoni, pihak ruling class atau siapapun yang ingin memiliki kekuasaan menancapkan hegemoni melalui kepemimpinan moral dan intelektual secara konsensual. Konsep hegemoni ini berbeda dengan dominasi. Kekuasaan dalam dominasi ditopang oleh kekuatan fisik, sedangkan dalam hegemoni, kekuasaan kelompok atau elit diperoleh secara konsensual. Dari strateginya yang tidak mengandalkan kekuatan fisik dan koersi, maka dapat disimpulkan bahwa konsep hegemoni Gramsci tidak berbeda secara substansial dengan konsep kekerasan simbolis Bourdieu. Pemkot Semarang dan kebanyakan pemerintah daerah lainnya dalam melaksanakan pembangunan ditengarai menggunakan kekerasan simbolik dalam bentuk peraturan daerah atau peraturan bupatiwalikota untuk menjinakkan warganya. Kekerasan simbolis Bourdieu atau hegemoni Gramsci dilakukan dengan dalih untuk kepentingan pembangunan, yang pada gilirannya dapat memperteguh keabsahan kekuasaan para penguasa.

5. Unsur-unsur Modal Sosial

Modal sosial memiliki unsur-unsur yang jika semuanya berfungsi akan memiliki manfaat besar dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial. Unsur-unsur modal sosial meliputi kepercayaan trust, norma norm, dan jaringan network. Kepercayaan atau trust dalam bahasa Inggris bisa bermakna sebagai kata benda dan kata kerja Lawang 2005:45. Sebagai kata benda, trust berarti kepercayaan, keyakinan, atau rasa percaya; sedangkan sebagai kata kerja, trust berarti proses mempercayai sesuatu yang jelas sasarannya. Kepercayaan trust Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang 94 antar manusia memiliki tiga komponen penting, yaitu 1 hubungan sosial antara dua orang atau lebih, 2 harapan yang akan terkandung dalam hubungan tersebut, yang jika direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak, 3 interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan tersebut terwujud Lawang 2005:45-46. Hubungan sosial berlangsung melalui struktur sosial, mulai dari yang paling kecil mikro hingga yang paling besar makro. Dalam hubungan sosial ini, harapan yang ada pada seseorang bisa berupa dari yang kurang mengharapkan dan sangat mengharapkan atau bisa berupa rumusan hipotetik, semakin kuat dan baik hubungan sosial semakin tinggi harapan yang ingin diperoleh. Harapan menunjuk pada sesuatu yang masih akan terjadi di masa yang akan datang, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang Lawang 2005:46. Bagi seseorang, harapan berkaitan dengan sesuatu yang menjadi cita-cita untuk diwujudkan. A percaya kepada B dengan harapan ia akan memperoleh sesuatu yang berguna dirinya dan mungkin juga bagi B. Jika harapan tersebut hanya berguna bagi A saja, harapan tersebut bersifat unilateral. Orangtua A berharap agar anaknya B bisa menjad i “wong” dalam bahasa Jawa, orang yang berhasil ketika sudah besar. Apabila anaknya B mengetahui bahwa itulah harapan orangtua dan bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan orangtua, maka harapan tersebut berubah sifatnya menjadi bilateral atau saling mengharapkan. Selain komponen hubungan sosial dan harapan, aspek interaksi sosial merupakan bagian penting dari kepercayaan. Salah satu konsep yang memiliki kaitan erat dengan interaksi sosial adalah tindakan sosial. Tindakan sosial menunjuk pada apa yang dilakukan oleh individu dalam mewujudkan sebuah kepercayaan atau harapan, yang sifatnya unilateral; sedangkan interaksi sosial merujuk pada apa yang dilakukan oleh kedua 95 KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL belah pihak yang secara bersama-sama sadar dalam mewujudkan harapan dari masing-masing pihak terhadap satu sama lainnya Lawang 2005:47. Dalam hubungan kepercayaan, terdapat dua pihak, yaitu pihak yang mempercayai atau trustor dan pihak yang dipercayai atau trustee. Kedua-duanya memiliki tujuan untuk memenuhi kepentingan mereka Coleman 2009. Seorang pemberi kepercayaan trustor harus memutuskan apakah akan menaruh kepercayaan atau tidak dan juga trustee memiliki pilihan untuk memutuskan apakah akan menjaga kepercayaan atau akan mengkhianati kepercayaan yang diberikan. Seorang pemberi kepercayaan trustor umumnya adalah agen rasional. Biasanya ia akan memberikan kepercayaan kepada penerima kepercayaan trustee ketika rasio peluang perolehan dengan peluang kekalahannya lebih besar daripada rasio jumlah potensi kerugian dengan jumlah potensi keuntungan. Trustee yang menerima kepercayaan akan mengubah relasi asimetris menjadi relasi simetris, ketika ia merasakan ada keuntungan timbal balik yang dapat diperoleh dan diharapkan dari si trustor. Ketika penerima kepercayaan trustee melakukan tindakan yang jauh lebih menguntungkan daripada sekadar membalas kewajiban, maka penerima kepercayaan trustee telah menunaikan kewajiban dan sekaligus menciptakan kewajiban bagi pemberi kepercayaan trustor. Kewajiban ini tercipta jika balasan kewajiban tersebut tidak hanya bernilai dan menguntungkan si pemberi kepercayaan trustor, tetapi juga menuntut pengorbanan dari si penerima kepercayaan trustee melebihi nilai kebaikan awal yang diterimanya Coleman 2009. Resiko merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari dalam hubungan kepercayaan. Dalam kaitannya dengan resiko, muncul suatu hipotesis bahwa semakin tinggi saling percaya antara mereka yang bekerjasama, semakin kurang resiko yang Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang 96 ditanggung dan semakin kurang pula biaya uang atau sosial yang dikeluarkan. Dalam pandangan Mollering sebagaimana dikutip Lawang 2005, konsep kepercayaan berkaitan dengan suatu keadaan yang mengharapkan orang lain bertindak dan bermaksud baik bagi kita. Demikian pula, Torsvik mengungkapkan bahwa dalam kepercayaan terkandung kecenderungan perilaku tertentu yang dapat mengurangi resiko yang muncul dari perilakunya Lawang 2005. Fungsi kepercayaan menurut Torsvik adalah 1 sebagai aset, kalau A dan B saling percaya dan masing-masing dari mereka merasa yakin bahwa tak seorang pun dari antara mereka bertindak oportunistik, 2 kepercayaan ini berawal dari harapan saja. A berharap jika dia melakukan transaksi perdagangan dengan B, tidak akan merugikannya, karena dia yakin bahwa B tidak akan bertindak oportunistik, 3 dengan kondisi seperti ini, maka proses transaksi yang diharapkan A dari B tergantung pada resiko yang muncul dari perilaku B Lawang 2005. Dari studi empirik yang dilakukan Beugelsdijk 2009:68 dilaporkan bahwa kepercayaan trust eksis dalam mempromosikan pertumbuhan dan berperan mengurangi biaya transaksi. Ini adalah trust dalam level makro. Kepercayaan trust seperti ini, menurut Beugelsdijk 2009:70 tergantung pada bagaimana janji dipelihara dan ditepati serta bagaimana pula dapat diperoleh informasi yang terpercaya. Pada level mikro, trust dipahami sebagai sifat-sifat individu atau karakteristik hubungan antar individu. Perusahaan-perusahaan misalnya, membangun trust berdasarkan norma keadilan dan kepercayaan berbasis pengetahuan dalam interaksi yang sedang berlangsung. Trust sebagaimana dipahami Beugelsdijk ini tidak hanya berlangsung di antara pengusaha yang memiliki kapital, tetapi juga pada pedagang kecil PKL. Dalam berbagai aktivitas jual beli para 97 KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL pedagang kecil, menjadi hal biasa ketika ada pedagang yang kehabisan stok barang, ia dapat mengambil meminjam barang pedagang lainnya untuk memenuhi kebutuhan pembeli. Pedagang batik di pasar Klewer Surakarta misalnya, ia dapat mengambil atau meminjam baju batik yang dibutuhkan pembeli ketika ia kehabisan stok. Barang atau uang akan dibayarkan setelah baju tersebut terjual. Dalam penelitian Handoyo, Eko Prasetyo, dan Siti Maesaroh 2009 tentang Peran Penguatan Modal Sosial Melalui Usaha Ekonomi Rakyat Untuk Pemberdayaan Masyarakat Pasca Gempa Bumi di Yogyakarta ditemukan adanya kerjasama, berbagi informasi, dan saling percaya di antara pengrajin keris di Imogiri Yogyakarta. Dalam pembuatan keris, tidak ada pengrajin yang memonopoli semua komponen keris. Ada orang yang ahli dalam membuat keris atau “wilah”, ada yang pandai membuat pegangan, dan lainnya terampil dalam membuat wadah atau “warongko”. Adanya bantuan promosi melalui web, pesanan keris baik dari dalam maupun luar negeri menjadi bertambah. Bertambahnya pesanan ini mengharuskan pengrajin harus meningkatkan produksinya, tetapi karena satu kelompok pengrajin tudak mampu memenuhi seluruh permintaan tersebut, pengrajin yang kelebihan order akan meminta pengrajin lain untuk ikut memproduksi keris. Hal ini dilakukan atas dasar perasaan saling percaya di antara pengrajin. Aktivitas jual beli atau transaksi ekonomi ini tidak akan terjadi jika tidak ada trust atau perasaan saling percaya di antara para pedagang. Praktik ekonomi pedagang kecil ini berkaitan dengan nilai budaya Jawa yang selama ini “diugemi” dipegang teguh, yaitu “tuno satak bati sanak”, artinya tidak memperoleh untung banyak tidak apa-apa, asalkan masih banyak saudara atau teman yang dapat dimintai bantuan ketika ada persoalan yang dihadapi. Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang 98 Herreros 2004 memandang trust sebagai konsep yang abstrak, lalu ia membahas konsep yang lebih konkrit, yaitu keputusan untuk percaya decision to trust. Keputusan untuk percaya berhubungan dengan resiko. Individu biasanya dihadapkan pada keputusan untuk percaya atau tidak percaya. Berkaitan dengan konsep trust, Herreros 2004 mengemukakan konsep penting dari trust, yaitu keuntungan potensial potential gains dan biaya potensial potential cost. Individu akan percaya orang lain jika ada kemungkinan memperoleh potensi keuntungan darinya, sebaliknya ia tidak menghargai kepercayaan tersebut apabila ia justru mendapatkan biaya potensial dari kepercayaan yang telah ia berikan kepada orang lain. Seseorang berani mengambil resiko jika keuntungan potensial lebih tinggi daripada biaya potensial yang dikeluarkan. Keputusan untuk percaya tersebut merupakan sesuatu yang rasional, karena keputusan tersebut mengkalkulasi antara keuntungan potensial dan biaya potensial. Herreros 2004 tidak memandang kepercayaan sebagai unsur atau bentuk modal sosial. Modal sosial merupakan kewajiban timbal balik dan informasi, yang kedua-duanya diperoleh dari keanggotaannya dalam jaringan sosial. Meskipun kepercayaan bukan bentuk dari modal sosial, tetapi kepercayaan dapat memainkan peran antara di antara anggota jaringan sosial dan membangkitkan modal sosial. Keanggotaan dalam jaringan sosial tersebut, menghasilkan hubungan yang didasarkan atas kepercayaan. Simmel mengemukakan konsep yang berbeda tentang kepercayaan trust. Menurut Simmel dalam Lawang 2005:50, tanpa adanya saling percaya yang merata antara satu orang dengan orang lainnya, masyarakat itu sendiri akan disintegratif dan kepercayaan itu merupakan salah satu kekuatan sintetik yang paling penting dalam masyarakat. Kepercayaan menjadi basis bagi tindakan individu. Kepercayaan menurut Simmel 99 KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL dalam Lawang 2005:50-51 memiliki tiga bentuk sebagai berikut. Uang yang bersifat material dan kredit merupakan bentuk pertama dari kepercayaan. Lembaga A percaya bahwa uang yang dipinjam B pasti akan dikembalikan dengan jaminan, artinya bahwa kepercayaan lembaga itu muncul karena tahu akan jaminan yang nilainya paling kurang sepadan dengan nilai pinjaman yang secara riskan sudah diperhitungkan. Kepercayaan seperti itu disebut sebagai kepercayaan berbasis pengetahuan, kepercayaan bersyarat, kepercayaan strategis, kepercayaan penuh perhitungan sama-sama untung dan adil atau kepercayaan materialistik. Kepercayaan tersebut menurut Simmel lebih tepat disebut sebagai kepercayaan moralistik. Bentuk kedua dari kepercayaan Simmel adalah confidence. Kepercayaan ini mengantarai pengetahuan dan ketidaktahuan seseorang. Menurut Simmel dalam Lawang 2005:51, confidence bermakna percaya antar orang dengan dirinya sendiri, tetapi mungkin juga menyangkut percaya pada orang lain, tetapi dalam hubungan yang sangat rahasia confidential. Bentuk kepercayaan yang ketiga menurut Simmel adalah apa yang disebut dengan masyarakat rahasia secret society. Hubungan internal utama yang khas dalam masyarakat rahasia adalah kepercayaan timbal balik antara para anggotanya. Tujuan kerahasiaan adalah perlindungan. Dari semua tindakan perlindungan, yang paling mendasar adalah membuat seseorang itu tidak kelihatan. Masyarakat rahasia menurut Simmel, dalam kenyataannya terdiri atas elemen-elemen. Masing-masing elemen mungkin hidup dalam suatu bentuk interaksi yang intensif, tetapi hubungan tersebut pada dasarnya penuh dengan rahasia. Contoh yang paling jelas dari masyarakat rahasia adalah kelompok atau geng penipu, mafia, atau kelompok seks bebas, yang pada prinsipnya satu sama lain tidak saling mengetahui, tetapi keseluruhannya merupakan masyarakat penuh rahasia. Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang 100 Contoh lainnya adalah kerahasiaan nasabah Bank yang dijamin dan dilindungi oleh Bank yang bersangkutan. Kerahasiaan masyarakat seperti itu menjadi perlindungan tidak saja bagi individu yang merupakan anggota dari elemen-elemen itu, tetapi juga bagi elemen kelompok itu sendiri yang mengembangkan dan mungkin hidup dalam penuh kerahasiaan. Bukan individu yang disembunyikan, melainkan kelompok yang mereka bentuk, demikian kata Simmel. Kepercayaan tidak tumbuh dengan sendirinya. Ada mekanisme atau alasan-alasan mengapa kepercayaan muncul. Mengapa A percaya B? Lawang 2005:54 mengemukakan beberapa kemungkinan mengapa A bisa percaya kepada B. Pertama, karena A mengenal B. Kepercayaan ini muncul berbasis pengetahuan knowledge based trust. Mengenal tidak selalu menimbulkan kepercayaan. Kenal yang menghasilkan kepercayaan adalah kenal orang menurut penilaian si pengenal. Rumusan hipotetiknya adalah A mengenal B, lalu percaya, karena nilai A dianut oleh B. Ini artinya, mengenal berarti menilai orang menurut nilai si pengenal. Penilaian seperti itu masih bersifat sepihak, karena memang belum terjadi interaksi antar keduanya. Kedua, mengenal orang berarti mengetahui semua data pribadi yang dapat diperoleh , baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Data pribadi tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara, bisa lewat facebook, twitter, blog pribadi, dan yang lain, namun data tersebut belum tentu akurat, bisa kurang lengkap atau bahkan manipulatif. Pengenalan seseorang terhadap lainnya bersifat terbatas. Seperti diungkapkan Simmel dalam Lawang 2005, setiap individu tetap menjadi rahasia bagi orang lain. Namun demikian, untuk mengetahui lebih dekat tentang pribadi orang lain, yang paling baik adalah dengan mengetahui kehidupannya sehari-hari. 101 KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL Ketiga, kenal tentu ada batas-batas cakrawalanya. Keluarga adalah lingkaran yang paling dalam, menyusul persahabatan sebagai lingkaran luarnya, lapis luar berikutnya adalah orang yang dikenal secara sepintas, dan lingkaran terakhir adalah orang asing yang tidak dikenal. Keempat, proses kenal pasti bersifat personal, sehingga kepercayaan yang muncul dari proses ini bersifat personal pula. Kelima, keputusan bahwa seseorang layak dipercaya dengan dasar yang terbatas, masih harus diuji melalui interaksi sosial. Berbagai alasan dan kemungkinan di atas berkaitan dengan bagaimana A percaya kepada B atau kepercayaan yang sifatnya linier. Untuk menjawab pertanyaan mengapa A dan B saling percaya atau kepercayaan timbal balik, Lawang 2005:55 mengemukakan enam jawaban berikut. 1 Keduanya saling kenal. Diakui bahwa tidak semua orang yang saling kenal, menghasilkan saling percaya, tetapi saling kenal adalah salah satu variabel penting dalam proses terjadinya saling percaya, yang oleh beberapa ahli disebut sebagai pelumas. 2 Keduanya memiliki nilai yang sama. Nilai yang sama muncul karena interaksi sosial yang dapat dilihat dalam hubungan persahabatan atau keluarga. Sosialisasi yang dilakukan masyarakat juga dapat menciptakan nilai bersama. 3 Keduanya memiliki kepentingan yang sama yang tanpa kehadiran salah satunya akan mendatangkan kegagalan. 4 Karena percaya saja. A percaya B, karena B percaya A. Kepercayaan seperti ini merupakan kepercayaan asumtif, yakni percaya karena percaya saja. Misalnya orang Jawa bertemu dengan orang Jawa di Papua, keduanya langsung percaya, karena keduanya dari suku yang sama, yaitu Jawa. Saling percaya ini oleh Uslaner dalam Lawang 2005 disebut dengan generalized trust. Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang 102 5 Kepercayaan di antara keduanya akan timbul, kalau ekspektasi masing-masing terpenuhi. A memperoleh apa yang diharapkan dari B karena kepercayaan yang diberikan dan B memperoleh apa yang diharapkannya, karena pelaksanaan tugas kepercayaan. 6 Karena keduanya setia pada janji memenuhi kewajiban dan melaksanakan tugas serta setia pada nilai dan norma. Dalam hal ini, kesetiaan dan komitmen merupakan bagian dari saling percaya yang sangat fundamental. Saling percaya bukanlah sesuatu yang statis sifatnya. Pertanyaan yang muncul adalah untuk apa A dan B saling percaya? Berkaitan dengan pertanyaan tersebut, Lawang 2005:56-57 mengutarakan tiga kemungkinan berikut. Pertama, A dan B saling percaya adalah untuk meningkatkan percaya diri self confidence. Kalau A percaya kepada B untuk melakukan sesuatu hal, dan B sungguh-sungguh memenuhi kewajibannya dan malah bertindak lebih, maka kepercayaan yang semula bersifat sepihak menjadi dua belah pihak. Hasilnya adalah A memanen hasil kepercayaan yang diberikan kepada B, sehingga dia lebih percaya diri lagi dan bahwa percaya kepada orang yang tepat tersebut merupakan suatu keputusan yang tepat. Sebaliknya, percaya diri B juga meningkat, karena dia membuktikan bahwa harapan A terhadapnya tidak sia-sia. Dengan demikian, kepercayaan yang bersifat unilateral berubah menjadi kepercayaan bilateral. Kedua, saling percaya juga dipakai untuk meningkatkan kerjasama, kebersamaan, sehingga rumusan A percaya B untuk melakukan X menjadi A percaya B untuk tujuan bersama. Ketiga, karena A dan B saling butuh. Kepercayaan yang diberikan A kepada B merupakan refleksi dari keterbatasan A yang tidak mungkin mampu melakukan semua dengan kekuatan sendiri. Kepercayaan seperti ini bersifat sosial antropologi. 103 KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL Setiap jenis interaksi dan kerjasama mensyaratkan adanya norma bersama Sztompka 2004. Norma secara relatif bersifat stabil dan menentukan perilaku individu. Norma lahir dari proses sosialisasi yang terjadi dalam suatu struktur sosial. Norma norm berbeda dengan aturan rule. Norma bersifat intrinsik, sedangkan aturan rule bersifat ekstrinsik. Norma terasimilasi dalam proses belajar sosial, sedangkan aturan rule mengandaikan adanya pihak yang mengontrol dan menginterpretasikan norma Titov 2006. Aturan berkaitan dengan proses implementasi, ketika norma gagal berfungsi sebagai regulasi. Norma bersama dan simbol yang bermakna sama dapat digunakan seseorang dalam suatu struktur sosial untuk memprediksi perilaku orang lain dalam struktur tersebut. Norma muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan Lawang 2005:70. Asumsinya adalah jika dalam pertukaran pertama, keduanya saling menguntungkan, akan muncul pertukaran kedua, dan seterusnya dengan harapan akan diperoleh keuntungan timbal balik. Jika pertukaran saling menguntungkan terjadi berulang-ulang dan bersifat tetap, maka akan muncul norma kewajiban sosial, yang membuat hubungan pertukaran saling menguntungkan keduanya dan dengan demikian, hubungan pertukaran terpelihara dengan baik. Norma juga bersifat resiprokal, dalam arti isi norma menyangkut hak dan kewajiban kedua belah pihak, yang dapat menjamin keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan tertentu. Orang yang melanggar norma resiprokal ini, akan berkurang keuntungannya, bahkan bisa juga ia terkena sanksi. Akhirnya, jaringan yang terbina lama dan mampu menjamin keuntungan kedua belah pihak, akan melahirkan norma keadilan. Norma merupakan bagian dari suatu kelembagaan, yakni suatu norma kaidah peraturan atau organisasi yang Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang 104 memudahkan organisasi melakukan koordinasi dalam membentuk harapan masing-masing yang mungkin dapat dicapai dengan saling bekerjasama Rintuh 2005:3. Kelembagaan memiliki tiga komponen, yaitu aturan formal, aturan informal, dan mekanisme penegakan. Kelembagaan memiliki tiga fungsi, yaitu 1 memberikan pedoman, bagaimana seseorang harus bersikap dan berperilaku dalam menghadapi masalah kehidupan, 2 menjaga keutuhan masyarakat, 3 memberikan pegangan kepada masyarakat untuk melakukan pengendalian sosial atau menjadi sistem pengawasan tingkah laku Sukmana 2005:23. Selain sebagai pedoman tingkah bagi anggota suatu struktur sosial, norma atau kelembagaan juga menjadi aturan yang membatasi perilaku menyimpang manusia, meminimalisasi perilaku manusia yang menyimpang, menciptakan ketertiban, dan mengurangi ketidakpastian dalam melakukan pertukaran North 1994:360. Jaringan network merupakan unsur modal sosial selain kepercayaan dan norma, yang berperan penting dalam membangun modal sosial. Jaringan dalam teori modal sosial memiliki enam makna Lawang 2005:62. Pertama, ada ikatan antar simpul orang atau kelompok yang dihubungkan dengan media hubungan sosial. Hubungan sosial tersebut diikat oleh kepercayaan dan kepercayaan tersebut dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. Kedua, ada kerja antar simpul orang atau kelompok, yang melalui media hubungan hubungan sosial menjadi satu kerjasama, bukan kerja bersama-sama. Ketiga, seperti halnya sebuah jaring yang tidak putus, kerja yang terjalin antar simpul pasti kuat menahan beban bersama. 105 KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL Keempat, dalam kerja jaring itu ada ikatan simpul yang tidak dapat berdiri sendiri. Jika salah satu simpul putus, maka akibatnya keseluruhan jaring tidak bisa berfungsi lagi, sampai simpul tersebut diperbaiki lagi. Kelima, media benang atau kawat dan simpul tidak dapat dipisahkan atau antara orang-orang yang berada dalam dan terhubung oleh jaringan, tidak dapat dipisahkan. Keenam, ikatan atau pengikat simpul dalam modal sosial merupakan norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya dipelihara dan dipertahankan. Jaringan terjadi dalam tiga bentuk, yaitu jaringan antar personal, jaringan antara individu dengan institusi, dan jaringan antar institusi Lawang 2005. Jaringan mulanya terjadi antar personal. Meskipun orang membuka jaringan dengan organisasi atau sebuah yayasan, tetap saja yang berkomunikasi adalah orang yang mewakilinya, bukan organisasinya. Inilah yang dimaksud dengan jaringan antar personal. Jaringan antar personal memiliki beberapa bentuk. Pertama, jaringan duaan dyadic tunggal, menunjuk pada jaringan yang terbentuk antara dua orang saja, tanpa ada jaringan lainnya. Jaringan ini membentuk struktur yang paling sederhana, yaitu struktur duaan. Gambar berikut adalah jaringan duaan tunggal. Gambar 5. Hubungan Jaringan Duaan Kedua, jaringan duaan ganda, menunjuk pada jaringan yang terbentuk antara A dengan B, C, D, dan E; tanpa ada saling hubungan antara B, C, D, dan E. Seorang pengusaha restoran di Bali A membuka jaringan dengan pemasok sayur B dari Malang, dengan pemasok daging dari beberapa desa di Bali C B A Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang 106 dan beberapa pemandu wisata lokal D dan E. Hubungan antara A dan jaringan duaan ganda tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 6. Jaringan Duaan Ganda Ketiga, jaringan duaan ganda berlapis, menunjuk pada hubungan antara A dengan beberapa satuan hubungan duaan ganda lainnya. Hubungan tersebut dinamakan hubungan berlapis, karena B, C, dan D masing-masing dapat mengembangkan hubungan duaannya sendiri. Mengacu pada contoh pengusaha restauran di Bali, maka pola hubungan yang terjadi menghasilkan 1 A menjadi pusat utama, yang saling tergantung secara langsung dengan B, C, dan D dan secara tidak langsung dengan B1, B3, D1, D3, C1, dan C3; 2 A menjadi utama, karena usaha restaurannya secara tidak langsung berjalan melalui B, C, dan D dan mendorong petani di Malang, di Bedugul, atau di tempat lainnya untuk menanam sayur dan memelihara ternak yang dibutuhkan untuk memasok sayuran; 3 A menjadi utama, karena B, C, dan D menjadi utama untuk hubungan duaannya di masing-masing tempat; 4 A menjadi sentral, tetapi sentralitas tersebut tidak membuatnya berkuasa, karena hubungan dengan B, C, dan D didasarkan pada hubungan pertukaran yang saling menguntungkan; 5 hubungan antara A dengan B, C, dan D menjadi hubungan duaan, sehingga tidak terjadi koalisi antara B, C, dan D untuk menghancurkan A; dan 6 B, C, dan D adalah pusat-pusat kecil yang berkembang karena A. Gambar berikut ini menunjukkan hubungan duaan ganda berlapis. A B C D E 107 KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL Gambar 7. Hubungan Duaan Ganda berlapis Keempat, secara matematis, jaringan tigaan, empatan, atau limaan dapat saja terbentuk. Jika ini terjadi, strukturnya menjadi lain dan lebih rumit. Meskipun institusi atau lembaga sering diwakili oleh orang, namun institusi tetap dipandang penting, sebab sebagaimana dikatakan Putnam, keanggotaan warga dalam beberapa institusi memungkinkannya mampu mengatasi berbagai masalah Lawang 2005:67. Apa yang dilakukan institusi terhadap individu dan apa yang harus dikerjakan individu untuk institusi? Agama adalah salah satu contoh institusi yang berlaku bagi setiap orang. Orang bisa saja selesai dari kuliah, orang bisa berhenti berorganisasi, orang bisa berhenti bekerja atau pensiun, tetapi tidak ada orang yang berhenti dari beragama. Wujud agama yang paling menonjol adalah organisasinya, yakni bagaimana kehidupan beragama dikelola dan diatur menjadi sejumlah kegiatan riil. Misalnya, jika ada yang meninggal, orang diminta untuk memandikan, mengafani, menyolati, dan menguburkannya. Apabila di suatu kampung, belum ada masjid yang representatif, maka warga diminta untuk mencari dan mengumpulkan dana untuk membangun masjid yang layak untuk tempat beribadah. Institusi agama tanpa orang Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang 108 tidak mungkin akan berfungsi. Demikian pula, dibangun sebuah masjid yang megah atau gereja yang besar, tetapi tidak ada jamaahnya, maka fungsi institusi agama tidak akan berjalan. Jadi, yang penting bukan gedung tempat beribadahnya, melainkan adalah orang-orang yang berdoa dan menjalankan ibadahnya di tempat ibadah tersebut. Atas dasar inilah, Putnam 2000 sampai pada kesimpulan bahwa jaringan yang terbentuk antara orang dan institusi, sesungguhnya merupakan jaringan hubungan antara orang dengan orang. Jaringan antar institusi sudah banyak terbentuk di Indonesia, misalnya jaringan masyarakat anti korupsi, yang mempertemukan elemen-elemen masyarakat yang peduli terhadap masa depan Indonesia yang bersih dari korupsi. Indonesia Corruption Watch ICW merupakan contoh nyata dari jaringan anti korupsi, yang sering menjadi rujukan dan tempat memperoleh informasi bagi organisasi anti korupsi di daerah-daerah mengenai tindak korupsi yang dilakukan oleh pejabat atau oknum pemerintah. Dahulu pernah dibentuk sebuah Forum Demokrasi, yang merupakan forum kajian terhadap masa depan demokrasi di Indonesia. Forum ini diketuai oleh mantan Presiden Indonesia, yakni Gus Dur. Jaringan atau forum tersebut berbicara atas nama institusinya, tetapi memiliki visi dan misi yang sama. Dalam jaringan atau forum tersebut akan terbentuk modal sosial yang menjembatani bridging social capital di antara anggota jaringan atau forum. Jaringan network ada yang bersifat positif, misalnya jaringan bisnis perhotelan dan ada juga yang bercorak negatif, misalnya jaringan perdagangan obat bius dan jaringan teroris. Jaringan juga ada yang bersifat tertutup, seperti jaringan mafia hukum dan jaringan teroris dan ada yang terbuka, seperti jaringan relawan anti perdagangan perempuan dan anak. 109 KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL Jaringan sosial umumnya memiliki fungsi ekonomi dan kesejahteraan sosial Lawang 2005:68. Fungsi ekonomi jaringan terletak pada produktivitas, efisiensi, dan efektivitasnya yang tinggi; sedangkan fungsi kesejahteraan sosial menunjuk pada dampak partisipatif dan kebersamaan yang diperoleh dari suatu pertumbuhan ekonomi. Jaringan seperti ini termasuk unsur penting dari kapital atau modal sosial. Menjadi modal sosial, karena fungsinya positif bagi masyarakat. Sebagai pelumas kegiatan ekonomi, jaringan bersifat terbuka, yang memberi kesempatan kepada publik untuk menilai fungsinya yang mendukung kepentingan masyarakat. Jaringan klik dalam birokrasi yang tertutup yang di dalamnya sarat dengan aroma korupsi, tidak termasuk jaringan dalam modal sosial. Jaringan atau network dimasuki orang atau kelompok tentu saja memiliki fungsi yang beragam, tidak hanya semata-mata berkaitan dengan masalah ekonomi. Mengacu pada berbagai pandangan para ahli, Lawang 2005:69 mencatat ada tiga fungsi jaringan, yaitu fungsi informasi, fungsi akses, dan fungsi koordinasi. Fungsi informasi atau media informasi dari jaringan, memungkinkan setiap stakeholder dalam jaringan itu dapat mengetahui dan memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah, peluang atau apa pun mengenai kegiatan usaha. Fungsi informasi ini disebut juga fungsi pelumas atau fungsi peluang. Fungsi akses menunjuk pada kesempatan yang dapat diberikan oleh adanya jaringan dengan orang lain, dengan menyediakan suatu barang atau jasa yang tidak dapat dipenuhi secara internal oleh organisasi. Fungsi koordinasi dari jaringan lebih banyak dijumpai dalam kegiatan-kegiatan informal, yang oleh Fukuyama, justru membantu mengatasi masalah kebuntuan yang disebabkan oleh keterbatasan birokrasi pemerintah Lawang 2005:69. Fungsi koordinasi ini berkaitan dengan fungsi jaringan lainnya, seperti Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang 110 informasi dan akses, sehingga modal sosial memiliki kontribusi yang signifikan utamanya dalam kegiatan ekonomi. Berdasarkan tesis Putnam, pada level individual, jaringan memiliki peran potensial sebagai sumber-sumber keuntungan dan batas-batas bagi tindakan individu Beugelsdijk 2009:66. Pada jaringan tebal dari asosiasi dapat meningkatkan artikulasi kepentingan dan agregasi kepentingan, serta memberikan kontribusi membangun efektivitas kolaborasi sosial Beugelsdijk 2009:72. Jaringan hubungan dan interaksi juga menyediakan berbagai keuntungan, seperti mendapatkan pekerjaan, memperoleh informasi, dan meningkatkan akses pada sumber- sumber Beugelsdijk 2009:74.

6. Jenis-jenis Modal Sosial

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Pedagang Kaki Lima: studi tentang kontribusi modal sosial terhadap resistensi PKL di Semarang

0 1 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Pedagang Kaki Lima: studi tentang kontribusi modal sosial terhadap resistensi PKL di Semarang D 902009006 BAB I

0 1 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Pedagang Kaki Lima: studi tentang kontribusi modal sosial terhadap resistensi PKL di Semarang D 902009006 BAB IV

0 2 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Pedagang Kaki Lima: studi tentang kontribusi modal sosial terhadap resistensi PKL di Semarang D 902009006 BAB V

0 0 62

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Pedagang Kaki Lima: studi tentang kontribusi modal sosial terhadap resistensi PKL di Semarang D 902009006 BAB VI

0 2 54

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Pedagang Kaki Lima: studi tentang kontribusi modal sosial terhadap resistensi PKL di Semarang D 902009006 BAB VII

0 1 48

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Pedagang Kaki Lima: studi tentang kontribusi modal sosial terhadap resistensi PKL di Semarang D 902009006 BAB IX

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Pedagang Kaki Lima: studi tentang kontribusi modal sosial terhadap resistensi PKL di Semarang D 902009006 BAB X

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Pedagang Kaki Lima: studi tentang kontribusi modal sosial terhadap resistensi PKL di Semarang D 902009006 BAB XI

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Pedagang Kaki Lima: studi tentang kontribusi modal sosial terhadap resistensi PKL di Semarang

0 0 4