Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
112 kebebasan, kemajemukan, kemanusiaan, terbuka, dan mandiri
Hasbullah 2006. Mekanisme perantara dalam hubungan yang menjembatani ini memutus kesenjangan gap diantara
anggota-anggota yang tidak terkoneksi. Lubang struktural
structural holes dalam bridging social capital mengandaikan adanya tipe dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan dimensi
vertikal Oh, et.al. 2006. Dimensi
pertama menunjukkan apakah individu secara vertikal terdiferensiasi, misalnya antara mereka yang berposisi
sebagai pemimpin dan yang berkedudukan sebagai pengikut dan menunjukkan apakah individu secara horizontal
terdiferensiasi, misalnya individu-individu yang memiliki fungsi yang berbeda di dalam kelompok atau subkelompok.
Kedua, dimensi yang berbeda antara hubungan dalam kelompok dan hubungan antar kelompok. Modal sosial yang
menjembatani ini dalam realitasnya memberikan kontribusi besar bagi perkembangan, kemajuan, dan kekuatan masyarakat,
misalnya
terkontrolnya perbuatan
korupsi, pekerjaan
pemerintah makin efisien, penanggulangan kemiskinan makin efektif, kualitas hidup manusia makin meningkat, dan bangsa
menjadi semakin kuat.
Dalam konteks PKL, modal sosial yang menjembatani ini, sangat dibutuhkan tidak hanya dalam mengakses sumber-
sumber informasi terkait dengan masa depan mereka, tetapi juga memberikan jalur bagi PKL untuk memperkokoh daya
tawar mereka ketika berhadapan dengan kekuasaan.
7. Manfaat Modal Sosial
Sebagaimana sudah dijelaskan di depan bahwa dalam pembangunan ekonomi terdapat beragam jenis modal atau
kapital yang dapat dimanfaatkan, di antaranya adalah modal fisik, modal personal, modal ekonomi, modal spiritual, modal
113
KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL
budaya, dan modal sosial. Seperti halnya modal ekonomi, modal sosial dapat dipandang sebagai stok yang dapat diperbanyak
atau dilipatgandakan untuk kepentingan sosial dan ekonomi. Coleman 2009 melihat bahwa modal fisik dan modal manusia
personal dalam pemanfaatannya hanya menguntungkan diri sendiri, sedangkan modal sosial, seperti struktur sosial yang
memungkinkan norma sosial dan sanksi efektif mengatur tingkah laku masyarakat, akan menguntungkan semua orang
yang menjadi bagian dari struktur sosial tersebut.
Selain yang telah diungkapkan Coleman, masih banyak literatur atau hasil-hasil penelitian yang menginformasikan
tentang makna atau kontribusi modal sosial terhadap pembangunan ekonomi dan sosial. Dalam uraian berikut
dikemukakan beberapa hasil penelitian dan tulisan mengenai peran atau manfaat modal sosial.
Castiglione, et al. 2008 dalam art ikelnya berjudul “Social
Capital’s Fortune: An Introduction” meyakini bahwa modal sosial dapat memengaruhi kehidupan politik, aktivitas ekonomi,
dan kesejahteraan sosial. Dalam aspek politik, modal sosial dapat mendorong partisipasi politik dan mengembangkan
kinerja kelembagaan. Dalam bidang ekonomi, modal sosial dapat mengarahkan pembangunan, menggerakkan kerjasama di
antara agen-agen ekonomi, dan mengurangi biaya transaksi. Dalam hal kesejahteraan sosial, modal sosial dapat memfasilitasi
kohesi sosial, dukungan komunitas, dan kepuasan hidup.
Fafchamps and Minten sebagaimana dikutip Grootaert and Thierry van Bastelaer 2002 dalam penelitian di Madagaskar
menyimpulkan bahwa modal sosial dapat mengurangi biaya transaksi dan melalui sarana informal dapat memperoleh
jaminan melawan resiko likuiditas.
Dalam artikelnya tentang Peranan Social Capital dalam
Pemberdayaan Masyarakat, Mawardi J. 2007 menyimpulkan bahwa modal sosial akan menghasilkan energi kolektif yang
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
114 memungkinkan
berkembangnya jiwa
dan semangat
kewirausahaan di tengah masyarakat, yang pada gilirannya mendorong berkembangnya dunia industri. Industri besar dan
menengah yang dimiliki investor lokal maupun asing akan dapat tumbuh besar di tengah masyarakat yang memiliki tradisi
yang mengedepankan nilai kejujuran, keterbukaan dan empati.
Dalam penelitiannya tentang Peranan Modal Sosial dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan pada Masyarakat Kasepuhan
Banten Kidul, Suharjito dan Gunarto Eko Saputro 2008 menyimpulkan
bahwa masyarakat
Kasepuhan telah
membangun dan
memelihara aturan-aturan
tentang pengelolaan sumberdaya kehutanan, dengan membuat zonasi,
pelarangan, dan penegakan aturan tersebut. Dampaknya, masyarakat mematuhi aturan tersebut dan percaya bahwa
aturan tersebut bermanfaat dalam mengelola sumberdaya hutan secara efektif.
Warren, et al. 2001 dalam tulisannya percaya bahwa modal sosial memiliki peran dalam memerangi kemiskinan
meskipun tidak secara langsung. Modal sosial mengacu pada seperangkat sumber daya yang melekat dalam hubungan saling
percaya dan kerjasama antar orang. Aset sosial ini tidak mengurangi kemiskinan secara langsung, tetapi memengaruhi
investasi dalam modal manusia dan sumber daya keuangan rumah tangga, yang pada gilirannya rumah tangga miskin
dalam lingkungan ketetanggaan yang memiliki kepedulian terhadap sesama dapat bertahan hidup.
Dalam risetnya di Amerika Serikat, Warren, et al. 2001 menemukan bahwa penyebab kemiskinan tidak terletak pada
tatanan sosial yang lemah dari masyarakat miskin, tetapi justru terletak pada struktur ekonomi, politik, dan ras dari masyarakat
Amerika yang diskriminatif. Di Appalachia dan delta Mississipi, ditemukan bahwa orang-orang kaya dari kelompok kulit putih
mencegah masyarakat kulit hitam keluar dari kemiskinannya.
115
KEBIJAKAN PUBLIK, MODAL SOSIAL, DAN RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA PKL
Dalam skala luas, Warren, et al 2001 juga memiliki cukup bukti bahwa modal sosial berupa aset sosial dalam masyarakat
dapat meningkatkan kesehatan, keamanan, pendidikan, kesejahteraan ekonomi, partisipasi politik, dan kualitas hidup
penduduk dari masyarakat miskin.
Jupp dan Kay sebagaimana dikutip oleh Bowen 2009 menjelaskan bahwa modal sosial merupakan perekat bagi
kelompok, organisasi atau komunitas. Kelompok masyarakat miskin ditengarai memiliki keterbatasan akses terhadap
jaringan sosial. Melalui kelompok atau organisasi yang memayungi mereka, kelompok masyarakat miskin dapat
mengakses jaringan sosial yang memungkinkan mereka dapat bertahan hidup. Hal ini dapat dipahami, karena melalui
jaringan sosial, organisasi dapat bergerak, mencapai tujuannya, dan mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Modal sosial, utamanya kohesi sosial yang timbul dari relasi sosial menjadi perhatian utama dari Komite Eropa untuk Kohesi
Sosial. Dalam strategi untuk kohesi sosial yang direvisi konsepnya pada tahun 2004, komite ini berkeyakinan bahwa
kohesi sosial merupakan kapasitas masyarakat untuk menjamin kesejahteraan bagi semua anggota masyarakat, dapat
meminimalisasi disparitas dan menghindari polarisasi Hulse and Wendy Stone 2007. Kohesi sosial ini mendukung
komunitas dari individu-individu bebas untuk mengejar tujuan bersama melalui cara-cara demokratis.
Dari beberapa artikel dan hasil penelitian di atas, tampak bahwa modal sosial, baik unsur
trust, norm, maupun networking jika dipelihara dengan baik, memiliki kontribusi
terhadap pengembangan
komunitas, misalnya
dalam peningkatan kohesi sosial, maupun pembangunan ekonomi,
sosial dan politik, seperti mendorong etos kewirausahaan, mengurangi
kemiskinan, mengurangi
biaya transaksi,
meningkatkan kepedulian, dan meningkatkan partisipasi
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
116 politik. Pendek kata, modal sosial bermanfaat tidak saja bagi
individu yang berada dalam struktur sosial, tetapi juga berguna bagi kelompok, komunitas, masyarakat, dan pemerintah.
C. Tinjauan tentang Resistensi Pedagang Kaki Lima PKL