Konvensi Pasal 27 dan 28. Selain dari hak-hak pengungsi yang disebutkan di atas, Konvensi juga telah menggariskan kewajiban pengungsi sebagaimana tercantum
dalam Pasal 2 Konvensi : Every refugee has duties to the country in which he finds himself, wihch require in particular that he conform to its laws and
regulations as well as to measures taken for maintenance of public order. Berdasarkan Pasal 2 di atas, setiap pengungsi berkewajiban untuk mematuhi
semua hukum dan peraturan atau ketentuan-ketentuan untuk menciptakan ketertiban umum di negara dimana dia ditempatkan.
3. Protocol Relating to the status of Refugees 1967
Protokol ini disetujui oleh Economic and Social Counsil melalui resolusi 1186XLI pada 18 November 1966 oleh Majelis Umum PBB melalui resolusi
2198 XXI. Protokol ini mulai berlaku pada tanggal 4 oktober 1947. Negara dapat menjadi peserta protokol 1967 ini tanpa harus menjadi peserta konvensi
1951. Dalam Pasal 1 2 protokol ini, pengertian pengungsi dalam konvensi 1951 diperluas dengan meniadakan kata-kata “ sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang
terjadi sebelum 1 Januari 1951 dan…” dan juga meniadakan kata-kata”… sebagai akibat peristiwa-peristiwa termaksud”. Pasal 12 protokol 1967 menyatakan
sebagai berikut : For the purpose of the present protocol, the term “refugees” shall, except
as regard the application of paragraph 3 of this article, mean any person within the definition of article 1 of the convention as if the words “As a
results of events occurring before 1 January 1951 and…” and the word “… a results of such event”. In article 12 were omitted.
Perluasan definisi pengungsi dan protocol relating to the status of refugees dimaksud untuk mengatasi permasalahan pengungsi yang terjadi setelah perang
dunia II, terutama pengungsi yang timbul akibat konflik politik Afrika tahun 1950 dan 1960.
4. The Convention Relating to the Status of Stateless Persons 1954
Konvensi yang mengatur tentang orang-orang yang tidak memiliki warga negara ini disahkan melalui sebuah konfrensi yang dihadiri oleh wakil berkuasa
penuh negara-negara pada tanggal 28 September 1954 melalui sebuah Resolusi Dewan Sosial dan Ekonomi nomor 526 XVII tanggal 26 April 1954 dan
diberlakukan pada tanggal 6 Juni 1960, sesuai dengan ketentuan pada Pasal 39 Konvensi. Secara lengkap Konvesi 1954 ini bernama Convention Relating to the
Status of Stateless Persons.
26
Konvensi tahun 1954 ini terdiri dari 42 Pasal yang termuat dalam 6 Bab. Beberapa Pasal yang perlu diketahui seperti Pasal 1 yang memberikan rumusan
tentang “stateless person”, kewajiban umum yang harus dipatuhi oleh mereka, hak asasi yang melekat kepada dirinya sebagai manusia, seperti hak untuk
menjalankan agama dan pendidikan agama kepada anak-anak mereka, hak kelangsungan tempat tinggal, hak untuk memiliki benda-benda bergerak dan tidak
bergerak, termasuk juga hak atas karya seni dan hak milik industri, hak untuk berserikat, hak untuk mendapatkan pekerjaan dan hidup yang layak. Hak dibidang
kesejahteraan, misalnya perumahan, pendidikan umum, kebebasan untuk bergerak. Negara peserta Konvensi tahun 1954 juga diharuskan menerbitkan kartu
identitas terhadap orang-orang yang tidak memiliki warga negara yang ada di
26
Achamd Romsan.,hlm. 90.
negaranya, juga termasuk dokumen perjalanan. Konvensi ini juga mengatur tentang para pelaut seamen yang tidak memiliki warga negara.
5.
The Convention on the Reduction of Statlessness 1961
Konvensi ini disahkan pada tanggal 30 Agustus tahun 1961 melalui Resolusi Majelis Umum PBB No. 896 IX tanggal 4 Desember 1954. Konvensi
tahun 1961 terdiri dari 21 Pasal. Secara garis besar mengatur tentang pengurangan terhadap jumlah orag-orang yang tidak memiliki warga negara didalam wilayah
Negara Pihak dengan memberikan status kewarganegaraan terhadap anak-anak mereka yang lahir di negara itu. Pemberian status kewarganegaraan itu merupakan
suatu kewajiban yang diberikan oleh Konvensi tahun 1961 dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang berlaku di negara itu.
Suatu hal yang patut diketahui adalah terhadap anak-anak yang lahir dari orang-orang yang tidak memiliki status warga negara diatas sebuah kapal laut,
pesawat udara dianggap lahir di dalam wilayah Negara bendera di negara mana pesawat atau kapal itu didaftarkan. Konvensi ini juga mengatur tentang hilangnya
status kewarganegaraan dari orang-orang yang tidak memiliki warga negara melalui perkawinan, berakhirnya perkawinan atau karena mendapatkan status
kewarganegaraan yang lain.
27
6. Kawasan Afrika