ancaman dari para militer di beberapa wilayah Eropa pindahan secara paksa penduduk dari wilayah pantai atau daerah pertahanan berdasarkan perintah
militer, serta pemulangan tenaga kerja paksa untuk ikut dalam perang Jerman. b.
Pietro Verri Pietro Verri memberikan definisi tentang pengungsi dengan mengutip
bunyi Pasal 1 UN Convention on the Status of Refugees tahun 1951 adalah ‘applies to many person who has fled the country of his nationality to avoid
persecution or the threat of persecution’. Jadi menurut Pietro Verri pengungsi adalah orang-orang yang meninggalkan negaranya karena adanya rasa ketakutan
akan penyiksaan atau ancaman penyiksaan. Jadi terhadap mereka yang mengungsi masih dalam lingkup wilayah negaranya belum dapat disebut sebagai pengungsi
menurut Konvensi Tahun 1951. Berdasarkan pendapat Malcom Proudfoot dan Pietro Verri penulis
menyimpulkan bahwa pengertian pengungsi adalah, sekumpulan orang yang meninggalkan wilayah negaranya akibat konflik bersenjata atau perang yang
mengakibatkan rasa takut yang luar biasa akibat adanya penganiyaan, penyiksaan dan ancaman penyiksaan, pengusiran adanya perlawanan politik , perbedaan ras
yang mengakibatkan kesenjangan sosial dan mengakibatkan konflik tersebut.
3. Pengertian Menurut Organisasi Internasional
Adapun Pengertian Pengungsi Menurut Organisasi Internasional yaitu : a.
United Nation High Commisioner for Refugees UNHCR Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam Resolusi 428 V, bulan Desember
1959. United Nations High Commissioner for Refugees Komisi Tinggi PBB
untuk Urusan Pengungsi di bentuk pada bulan Januari 1951. UNHCR memberikan pengertian pengungsi dengan menggunakan dua istilah, yaitu
pengungsi mandat dan pengungsi statuta. Istilah yang dipergunakan ini bukan istilah yuridis, melainkan untuk alasan praktis atau kemudahan saja. Pengertian
istilah tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Pengungsi Mandat adalah orang-orang yang diakui statusnya sebagai pengungsi oleh UNHCR sesuai dengan fungsi, wewenang atau mandat
yang ditetapkan oleh statute UNHCR. 2.
Pengungsi statuta adalah orang-orang yang berada di wilayah negara- negara pihak pada Konvensi 1951 setelah mulai berlakunya konvensi ini
sejak tanggal 22 April 1954 danatau Protokol 1967 sesudah mulai berlakunya Protokol ini sejak 4 Oktober 1967. Jadi antara kedua istilah ini
hanya dipakai untuk membedakan antara pengungsi sebelum Konvensi 1951 dengan pengungsi menurut Konvensi 1951. Kedua kelompok yang
dalam instrumen-instrumen internasional masuk dalam kategori pengungsi yang dapat mendapat perlindungan UNHCR.
b. Menurut Konvensi tahun 1951 tentang status pengungsi
Dalam Pasal 1A 2 Convention Relating to the Status of Refugee 1951, yang dimaksud dengan pengungsi adalah:
1. Telah dianggap sebagai pengungsi menurut Perjanjian 12 Mei 1926
dan Perjanjian 30 Juni 1928, atau Konvensi 10 Februari 1938, Protokol 14 September 1939 atau Konstitusi Organisasi Pengungsi
Internasional.
2. “…. any person who: “As a result of events occuring before 1 January
1951 and owing to welfounded fear of being persecuted for reason of race, religion, nationality, membership of a particular social group
orpolitical opinion, is outside the country of his nationality and is unable or, owing to such fear, is unwilling to avail himself of the
protection of that country; or who, not having a nationality and being outside the country of his former habitual residence as a result of such
events, is unable or, owing to such fear, is unwilling to return it. ” Sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum 1 Januari
1951 serta disebabkan rasa takut yang benar-benar berdasarkan akan persekusi karena alasan-alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan
pada kelompok sosial tertentu atau pendapat politik, berada di luar negara asal kewarganegaraannya dan tidak dapat atau disebabkan rasa
takut yang dialami yang bersangkutan tidak mau memanfaatkan perlindungan negara tersebut atau mereka yang tidak
berkewarganegaraan dan sebagai akibat dari peristiwa tersebut berada di luar negara bekas tempat tinggalnya, semula tidak dapat akan
disebabkan rasa ketakutan, tidak bersedia kembali ke negara itu. 3.
Dalam hal seseorang yang memiliki lebih dari satu kewarganegaraan, istilah negara kewaraganegaraannya akan berarti masing-masing
negara, dimana dia menjadi warga negara, dan seseorang tidak akan dianggap tidak
mendapatkan perlindungan negara kewarganegaraannya bila tanpa adanya alasan yang dapat diterima,
didasarkan rasa takut yang benar-benar ia alami tidak memanfaatkan perlindungan salah satu dari negara dimana dia adalah warga
negaranya.
Pengertian tentang pengungsi di Konvensi 1951 ini kemudian diperluas dalam Pasal 1 2 Protocol Relating to the Status of Refugees
1967 yang berbunyi: “For the purpose of the present Protocol, the term “refugee” shall, except
as regards the application of paragraph 3 of this article, mean any person within the definition of article 1 of the Convention as if the words “As a
result of events occuring before 1 january 1951 and …” and the words “… a result of such events”, in article 1 A 2 were omitted”.
Pietro Verri memberikan defenisi tentang refugee dengan mengutip bunyi
Pasal 1 UN Convention on the Status of Refugee tahun 1951 yakni: “Applies to any person who fled the country of his nationality to avoid
persecution or threat of persecution”. Pengertian ini memperlihatkan bahwa pengungsi adalah orang-
orang yang meninggalkan negaranya karena adanya rasa ketakutan akan penyiksaan atau ancaman penyiksaan. Jadi terhadap mereka yang
mengungsi masih dalam lingkup wilayah negaranya belum dapat disebut sebagai pengungsi menurut Konvensi tahun 1951.
19
B. Penentuan Status Pengungsi