7 kebanyakan individu mempunyai jadwal yang padat atau sibuk sehingga
kecenderungan individu untuk berjalan lebih cepat. Selain itu, ketersediaan transportasi umum dan pribadi sebagai moda
penghantar sebelum atau sesudah berjalan kaki akan mempengaruhi jarak tempuh orang saat berjalan kaki. Menurut Kusbiantoro, Natalivan dan Aquarita 2007,
terdapat kategori pejalan kaki menurut sarana perjalanannya, yaitu: 1 Pejalan kaki penuh; 2 Pejalan kaki memakai kendaraan umum; 3 Pejalan kaki
memakai kendaraan umum dan kendaraan pribadi; 4 Pejalan kaki memakai kendaraan pribadi. Ketersediaan fasilitas kendaraan umum yang memadai dalam
hal penempatan akan mendorong orang untuk berjalan lebih jauh. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu reaksi terhadap orang disekeliling, pengaruh lalu lintas dan
tujuan berjalan kaki. Pada penelitian ini fasilitas pedestrian dibagi menjadi 2 yaitu: fasilitas utama dan fasilitas pendukung.
2.1.1 Fasilitas Utama
Jalur pedestrian merupakan fasilitas utama dalam suatu perencanaan sebuah kota. Jalur pedestrian adalah jalur khusus yang berfungsi sebagai ruang
sirkulasi pejalan kaki Pratitis, 2015. Sirkulasi yang memberikan individu kemudahan untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Perencanaan
sirkulasi pedestrian harus mempertimbangkan dimensi ruang penggunanya. Pada jalur pedestrian dengan fungsi perdagangan dibutuhkan lebar untuk pejalan kaki
sebesar 2,8 -3,6 m Gambar 2.1.. Selain itu, jalur pedestrian juga harus bisa mengakomodasi pejalan kaki yang mempunyai masalah mobilitas yaitu pengguna
kursi roda Gambar 2.2.
8 Gambar 2.1 Kebutuhan ruang pejalan kaki normal
Sumber: Washington State Department of Transportation 1997
Gambar 2.2 Kebutuhan ruang pejalan kaki untuk penyandang cacat Sumber: Washington State Department of Transportation 1997
Perencanaan dan perancangan jalur pedestrian yang baik akan mendukung kegiatan yang dilakukan oleh penggunanya. Menurut Suryani, Wahid dan Ginting
2010 jalur pedestrian yang baik tercipta dengan memperhatikan beberapa
9 kriteria dalam perancangan antara lain: Keamanan dari kecelakaan yang
disebabkan kendaraan bermotor, kriminalitas, kemudahan jalur pedestrian, daya tarik yang berasal dari jalur pedestrian dan fasilitas pendukung.
Untuk memenuhi kriteria perencanaan yang baik, jalur pedestrian harus direncanakan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Adapun persyaratan
menurut Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga NO. 011TBt1995 pada jalur pedestrian yaitu:
1. Lebar jalur pejalan kaki harus leluasa, minimal bila dua orang pejalan kaki
berpapasan, salah satu diantaranya tidak harus turun ke jalur lalu lintas kendaraan. Berdasarkan pedoman perhitungan kapasitas lingkungan jalan
2013, jalan lokal dengan guna lahan perdagangan yang memiliki lebar badan jalan antara 5-12 m harusnya mempunyai lebar jalur pedestrian antara
2,5-4 m. 2.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan kaki maka jalur harus diperkeras.
3. Lebar jalur pejalan kaki harus ditambah apabila fasilitas pendukung
ditempatkan pada jalur tersebut. Adapun penambahan lebar jalur pedestrian dapat dilihat pada tabel 2.1
10 Tabel 2.1 Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki
Fasilitas Lebar Tambahan cm
Patok penerangan 75-100
Patok lampu lalu lintas 100-120
Rambu lalu lintas 75-100
Kotak surat 100-120
Keranjang sampah 100
Tanaman peneduh 60-120
Pot bunga 150
Sumber: Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga NO. 011TBt1995 Keselamatan pejalan kaki merupakan faktor utama yang harus
diperhatikan. Begitu juga dengan pejalan kaki difabel yang menggunakan kursi roda. Penggunaan ramp di jalur pedestrian mempengaruhi keselamatan pejalan
kaki. Ramp di jalur pedestrian berfungsi untuk memudahkan pejalan kaki difabel serta pelayanan angkutan barang.
Pada umumnya ramp dibuat di jalur pedestrian yang berdekatan dengan fasilitas penyeberangan dan persimpangan jalan. Hal tersebut bertujuan untuk
memudahkan pengguna khususnya pejalan kaki yang menggunakan kursi roda untuk bisa mengakses keseluruh bagian jalan. Selain itu, kemiringan ramp juga
harus diperhatikan untuk keselamatan pejalan kaki Prijadi, Sangkertadi dan Tararo, 2014. Ramp dengan sudut kemiringan yang tidak memenuhi standar,
akan menganggu pejalan kaki difabel yang menggunakannya. Adapun persyaratan teknis ramp berdasarkan Peraturan Pemerintah No
468 KPTS 1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan yaitu permukaan awalan dan akhiran ramp dibuat datar
serta bertekstur agar tidak licin saat hujan, ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup untuk membantu pengguna ramp dimalam hari, ramp
11 harus diberi pembatas yang berada di tepi ramp dengan tinggi 10 cm yang
berfungsi untuk melindungi pengguna kursi roda agar tidak jatuh atau keluar dari jalur ramp.
Gambar 2.3 Ramp pada jalur pedestrian Sumber: Peraturan Pemerintah No 468 KPTS 1998
Selain dari penggunaan ramp, fasilitas penyeberangan juga mempengaruhi keamanan pejalan kaki. Tersedianya fasilitas penyeberangan yang baik dapat
meminimalisir kecelakaan lalu lintas Sutikno dkk, 2013. Fasilitas
penyeberangan dibedakan menjadi 2 yaitu penyeberangan sebidang dan penyeberangan tidak sebidang. Zebra cross merupakan penyeberangan sebidang.
Zebra cross dipergunakan pada arus lalu lintas kendaraan. Manurut Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga NO. 011TBT1995 Zebra cross dibuat pada jarak pandang yang cukup, namun apabila tidak memungkinkan
menggunakan zebra cross, maka gunakan fasilitas tidak sebidang seperti jembatan dan terowongan penyeberangan. Pada umumnya zebra cross dibuat 5 m dari
12 lengan persimpangan di penyeberangan pejalan kaki dan biasanya dilengkapi
dengan stop line sejauh 3 m yang menjadi zona aman pejalan kaki untuk menyeberang di depan lalu lintas kendaraan yang berhenti World Health
Organization , 2013 hal 63
Gambar 2.4 Zebra Cross Sumber: Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga NO. 011TBT1995
Bentuk dan warna perkerasan di jalur pedestrian mempengaruhi ketertarikan pejalan kaki untuk menggunakannya Danoe, 2006. Hal ini berkaitan
dengan penggunaan lapisan permukaan dari material tertentu. Adapun elemen material yang umumnya digunakan pada jalur pedestrian Danoe, 2006 yaitu: 1
Paving Block ; 2 Batu alam; 3 Bata. Pada umumnya material paving block
paling sering digunakan di jalur pedestrian karena pemasangan dan pemeliharaan material paving block yang mudah serta memiliki daya tahan yang kuat. Pola
paving block dapat dibuat sesuai keinginan untuk menghindari kesan monoton.
Material batu di jalur pedestrian memiliki daya tahan kuat serta pemeliharaannya yang mudah. Batu granit adalah salah satu material yang umum digunakan untuk
jalur pedestrian. Batu granit memiliki komposisi, bentuk dan warna alami yang
13 memiliki keindahan. Material lainnya adalah bata. Bata dapat menyerap air dan
panas dengan cepat namun daya tahannya kurang karena mudah retak.
2.1.2 Fasilitas Pendukung