Akibat dari Komitmen Organisasional

28 aktivitas yang telah dilakukan di dalam organisasi pada masa lalu dan hal itu tidak mungkin ditinggalkan karena akan merugikan. Selain itu komitmen jenis ini muncul karena berkaitan dengan investasi yang ditanamkan oleh pekerja dalam organisasi seperti tenaga, pikiran dan waktu yang akan hilang jika mereka meninggalkan organisasi. Anggota organisasi dengan komitmen berkelanjutan yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena mereka memiliki kebutuhan untuk menjadi anggota organisasi tersebut seperti agar tidak kehilangan reward yang akan diterima atas pekerjaan yang telah dilakukan, misalnya: pegawai tidak ingin kehilangan dana pensiun, fasilitas, jabatan serta hal lain yang diperoleh selama ini. 3. Normative Commitment Komitmen Normatif Komitmen normatif mengacu pada perasaan pegawai untuk tetap tinggal dalam suatu organisasi. Komitmen ini muncul karena memang sudah seharusnya, dimana pegawai merasa mempunyai kewajiban sebagai konsekuensi menjadi anggota organisasi. Dengan kata lain bahwa pegawai merasa wajib untuk tetap tinggal dalam suatu organisasi karena adanya perasaan hutang budi pada organisasi sehingga mereka mereka mempunyai kewajiban moral untuk melakukan tindakan imbal balik pada organisasi tempat mereka bekerja.

2.1.3.3 Akibat dari Komitmen Organisasional

Meyer et al. 1990 mengemukakan beberapa hal yang menjadi akibat dari komitmen organisasional: Universitas Sumatera Utara 29 1. Turnover Turnover adalah tingkat pertukaran atau pergantian, yang dalam konteks ini adalah pertukaran tenaga kerja atau karyawan. Tingkat turnover dapat diakibatkan oleh komitmen organisasional. Hubungan antara turnover dan komitmen organisasional adalah hubungan yang negatif. Apabila komitmen organisasional seseorang kepada organisasi tergolong tinggi, keinginannya untuk mengundurkan diri atau meninggalkan organisasi akan rendah, begitu pula sebaliknya. Karyawan yang komitmennya rendah akan dengan mudah memiliki niat untuk keluar dari organisasi. 2. KetidakhadiranTingkat Absensi Komitmen organisasional juga mempengaruhi karyawan di tempat kerja, karyawan yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi akan menunjukkan sikap negatif terhadap ketidakhadiran. Mereka cenderung mengusahakan untuk hadir di tempat kerj. Dari ketiga dimensi komitmen, hanya komitmen afektif yang berhubungan negatif dengan ketidakhadiran. 3. Kinerja Karyawan Komitmen organisasional mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan sesui dengan dugaan sebelumnya. Dengan kata lain, karyawan dengan komitmen terhadap organisasi yang tinggi akan berkinerja lebih baik. Dari dimensi komitmen organisasional hanya komitmen afektif dan normatif yang memiliki hubungan yang negatif. Komitmen afektif ditemukan lebih kuat hubungan positifnya dengan kinerja karyawan. Universitas Sumatera Utara 30 4. Organizational Citizenship Behavior OCB Komitmen organisasional memiliki pengaruh tergahap OCB, dimana apabila komitmen karyawan tinggi, wujud OCB mereka juga akan tinggi. Korelasi yang positif ini hanya berlaku bagi komitmen afektif dan komitmen normatif. Komitmen berkelanjutan tidak memiliki hubunga atau dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap OCB. 5. Stres dan Konflik Keluarga-Pekerjaan Berdasarkan penelitian, komitmen organisasional memiliki hubungan yang negatif dengan stres dan konflik keluarga-pekerjaan. Semakin rendah komitmen seseorang, semakin tinggi stres yang mereka rasakan, begitu juga semakin banyak konflik yang dialami karyawan. Dari ketiga dimensi hanya komitmen afektif yang berhubungan negatif. Komitmen berkelanjutan ternyata berhubungan yang positif, dengan kata lain semakin tinggi komitmen berkelanjutan dalam diri seseorang, semakin tinggi tingkat stress dan konflik keluarga-pekerjaan yang dialaminya semakin sering terjadi. Sedangkan hubungan komitmen normatif dengan stres dan konflik keluarga-pekerjaan mendekati nol atau tidak berhubunganberpengaruh. 2.1.4 Kinerja 2.1.4.1 Definisi Kinerja