Arab Pemikiran Teori Perencanaan

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA PWT KAB. KEPULAUAN YAPEN TH. 2105 4-99 tersebut menjadi alat untuk melandasi pemikiran yang berkaitan dengan perubahan di dalam system masyarakat dan sistem lingkungan fisik, Oleh karenanya, berkembanglah teori sistem, yakni teori perilaku dan teori fisik sebagai teori yang berkaitan di dalam upaya mencari pemecahan ma-salah. Perkembangan ini ditunjang oleh berbagai teori lain seperti matematikan, fisika, dan biologi. Generasi teori perencanaan secara diagramatis dapat ditunjukkan pada Gambar 3.2. berikut. Gambar 3.2. Perkembangan Teori Perencanaan Wilayah

3.2.3. Arab Pemikiran Teori Perencanaan

Gerak perkembangan arah pemikiran teori perencanaan maupun teoridalam perencanaan, menunrt Wingo 1989 dapat dibagi menjadi dua aliran, pertama aliran describers, yang sangat LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA PWT KAB. KEPULAUAN YAPEN TH. 2105 4-100 terikat oleh hal-hal yang ada, dan sangat memperhatikan pe- ngalaman yang lalu past-present philosophy, dan kedua sebagai para prescribers yang berwawasan sangat idealistik, melihat jauh ke depan dengan mencoba mene-mukan konsep-konsep baru bahkan yang belum pernah dimunculkan sebelumnya present- future philosophy. Golongan pertama termasuk para geographers dan go-longan kedua adalah para planners. Degradasi yang terjadi di berbagai bidang kebidupan sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh adanya revolusi industri tersebut, telah me-nimbulkan berbagai upaya pemikiran. Kesemuanya terarah pada keinginan untuk memperbaiki keadaan. Kedua ahran ini sama-sama menuju kepada keinginan untuk mengembangkan terori perencanaan dan teori dalam perencanaan, tetapi yang pertama bertitik tolak dari konsep klasik organisasi tata ruang dan evolusi Ungkungan permukiman dan kota, sedangkan yang kedua bertitik tolak dari berbagai pemikiran sebagai reformis yang bereaksi terhadap suatu keadaan yang memburuk dan pemi-kiran Utopia Thomas More 1516; Jonathan Swift,1726; Lowdon Wingo, 1969. Para reformis bertindak secara reaksioner berdasarkan tahapan evolusi, sedangkan utopis bertindak secara revolusioner berdasakan tahapan radikal. Teori-teori perencanaan yang dikembangkan oleh pemikir deskriptif ini, misalnya tentang evolusi kota dan permukiman, yang kemudian memberikan suatu hasil pengamatan tentang feno-mena dan perkembangan kota-kota sebagai perwatakan kota. Kelompok pemikir ini di lain pihak juga menelaah tentang tata kehidupan se-hingga menghasilkan fenomena tentang pola tata ruang. Secara lebih jauh bertolak dari gejala-gejala geografis kemudian juga dikembangkan teori letak pusat atau central place LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA PWT KAB. KEPULAUAN YAPEN TH. 2105 4-101 theory dari Christaller dan teori sturuktur kota dari Ulmann, Burgess dan Mac Kenzie. Aliran preskriptif juga telah berkembang menjadi dua aliran, yaitu aliran utopis yang menuju suatu pemikiran holistik, sedangkan di arah lain terdapat kelompok yang lebih moderat dengan hingkup pemikiran yang bersifat incremental. Produk dari dua kelompok utopis ini seperti konsepsi kota baru dan yang lebih kontemporer seberti Broad Acre City, dan yang lebih realistik seperti Chandigarh atau Dyna Polis, sedangkan yang berpemikiran incremental telah memperkenalkan kon-sepsi peremajaan kota urban redevelopment dan renewal Blower etal., 1974. Perkembangan teori perencanaan itu sendiri terus berkembang yang didasar-kan kepada pengalaman penerapan teori-teori di dalam pemcanaan. Dalam hal ini baik kalangan yang berlandaskan pada dasar deskripsi maupun prekripsi mengem- bangkan teori-teorinya sesuai dengan keadaan wawasannya. Oleh karena itu dirasa-kan sampai sekarang adanya perbedaan pendapat mengenai perncanaan dan produk perencanaan wilayah dan kota. 3.2.4.Motivasi Teori Perencanaan Sejalan dengan perkembangan motivasi perencanaan, maka wawasan dari teori perencanaan juga telah mengalami perubahan sesuai dengan motivasi tersebut. Kalau keita menganut pembagian masa sejarah perkembangan peradaban sebagai masa purba, masa Yunani, masa abad pertengahan, masa peralihan renaisance, masa revolusi industri Mumford, 1956, maka terlihat bahwa dasar pendekatan dan motivasi perencanaan dapat dibedakan sebagaiberikut: 1 Antara masa purba sampai masa perlihan lebih ditekankan LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA PWT KAB. KEPULAUAN YAPEN TH. 2105 4-102 kepada pertimbangan fisik, sehingga produk perncanaan dapat dikatakan berupa produk arsitektonis. 2 Pada masa revolusi industri motivasi dan pendekatan produk fisik yang didasarkan kepada pertimbangan efisiensi ekonomis. 3 Pada awal masa pasca industri maka pendekanan produk perencanaan adalah kepada pertimbangan sosial, ekonomi dan fisik 4 Pada masa pasca industri produk perencanaan didasarkan kepada suatu motivasi dan pendekatan multi lingkup. Keadaan yang terakbir ini menyebabkan perkembangan tuntutan kebutuhan di mana teori-teori perencanaan perlu dilandasi oleh esensi di dalam menghadapi keadaan yang serba multikompleks. Teori perencanaan pada dasarnya merupakan suatu alat untuk mencapai suatu tujuan secara rasional, sistematik dan dapat di ulang repeatable. Bentuk teori perencanaan meliputi teori kualitatif, kuantitatif dan konsepsional. Landasannya meli- puti landasan kausal atau fenomenologis, analogi matematis, dan desain. Substansi mencakup pola tata nilai behaviour; demografi dan ekonomi, serta tata ruang. Produk dari teori ini diarahkan kepada suatu produk yang bersifat bukan keruangan a spatial; dan keruangan spatial atau suatu kombinasi bukan keruangan dan keruangan. LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA PWT KAB. KEPULAUAN YAPEN TH. 2105 4-103 Gambar 3.3. Perkembangan Teori Perencanaan Wilayah LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA PWT KAB. KEPULAUAN YAPEN TH. 2105 4-104 Aspek itulah yang kemudian menimbulkan suatu pemikiran baru bahwa pendekatan perencanaan tidak dapat efektif apabila sekedar melalui pendekatan multi disiplin. Setiap disiplin keilmuan memecahkan pennasalahan kompleks tersebut sesuai dengan bidang keahliannya saja. Pendekatan inter disiplin yakni beberapa bidang disiplin bersama-sama memecahkan masalah multi kompleks tersebut untuk memperoleh kesepakatan didalam pengambilan keputusan dan tindakan yang ditentukan. Dengan adanya perbedaan pendapat dan wawasan masih sering menimbulkan konflik kepentingan. Oleh karenanya, Alonso 1968 telah mengintrodusir suatu konsep meta disiplin, yang pada hakekatnya merupakan suatu cabang disiplin yang mampu meramu berbagai aspek multikompleks itu, sebagai suatu cara pengambilan keputusan pada tingkat tinggidan disiplin lain akan mengembangkan bagian-bagian-nya secara rinci.

3.3. PROSEDUR DAN SISTEM PERENCANAAN WILAYAH