nyamuk. Berdasarkan tabel 4.5. terdapat 19 puskesmas yang mencapai target frekuensi pemberantasan sarang nyamuk pada tahun 2012 dan masih terdapat 20
puskesmas yang belum mencapai target. Hal ini diasumsikan bahwa masih kurangnya koordinasi dengan kepala lingkungan atau kepala lurah diwilayah puskesmas
tersebut. Jika dilihat dari sudut pandang waktu, maka pelaksanaan kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk yang paling sedikit terjadi pada bulan Desember. Ini dikarenakan pada bulan tersebut banyak puskesmas yang tidak memberikan laporan
bulanan. Hal ini diasumsikan, apabila tidak melaporkan maka kemungkinan besar tidak dilakukannya kegiatan pemberantasan sarang nyamuk pada bulan tersebut.
Hal tersebut diatas menjadi kelemahan data laporan frekuensi pemberantasan sarang nyamuk, jika puskesmas tersebut tidak memberikan laporan pada bulan
tertentu maka puskesmas tersebut dianggap tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk atau sama dengan nol sehingga sulit untuk menginterpretasikan bagaimana
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di wilayah puskesmas tersebut. Studi ekologi yang digunakan dalam penelitian ini juga memiliki keterbatasan, dimana hanya
mengacu pada seluruh populasi sehingga tidak bisa menghubungkan antara pemaparan exposure dengan penyakit outcome terhadap individu.
5.6. Angka Bebas Jentik di Kota Medan Tahun 2012
Pada tahun 2012 di Kota Medan angka bebas jentik tertinggi terjadi ke wilayah Puskesmas Tegal Sari yaitu sebesar 99. Dan ikuti oleh 13 puskesmas
lainnya dimana nilai angka bebas jentiknya ≥95. Dan angka bebas jentik yang paling rendah yaitu wilayah Puskesmas Binjai yaitu sebesar 79, 38. Dan jika
Universitas Sumatera Utara
ditinjau dari segi waktu, angka bebas jentik yang diperoleh dari Triwulan I hingga Triwulan IV sebesar 95. Angka bebas jentik ini diperoleh melalui pemeriksaan
jentik berkala yang dilaporkan oleh setiap puskesmas sebanyak satu kali dalam tiga bulan.
Pemeriksaan jentik berkala dilakukan dengan mengunjungi rumah dan tempat-tempat umum untuk memeriksa tempat penampungan air TPA, non-TPA
dan tempat penampungan air alamiah, di dalam dan diluar rumahbangunan. Keberhasilan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dapat diukur dengan angka
bebas jentik, apabila angka bebas jentik lebih atau sama dengan 95 diharapkan penularan demam berdarah dengue dapat dicegah atau dikurangi Depkes, 2005.
Perbandingan jumlah rumah yang diperiksa dengan jumlah rumah seluruhnya, maka angka bebas jentik tersebut belum dapat mencakup seluruh kota Medan. Jumlah
rumah yang diperiksa pada tahun 2012 sebanyak 31200 7,07 dari 441558 rumah yang ada di Kota Medan. Angka bebas jentik yang sesuai dengan standar hanya
diperoleh oleh 14 wilayah puskesmas 35,87 dari 39 wilayah puskesmas yang ada. Hal ini berarti kegiatan pemeriksaan jentik ini belum menyeluruh. Puskesmas
melakukan pemeriksaan jentik berkala, kader Jumantik melaksanakan pemeriksaaan jentik dilingkungannya, namun tidak tersedia biaya operasional dan pengganti
transport bagi kader Jumantik sehingga kegiatan mengendur. Angka bebas jentik yang rendah mengindikasikan kepadatan jentik di wilayah
tersebut masih tinggi Achmad dalam Hariani, 2009. Padatnya jentik nyamuk itu identik dengan banyaknya tempat perkembangbiakan nyamuk. Untuk itu pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
pemberantasan sarang
nyamuk perlu
ditingkatkan sehingga
tempat perkembangbiakan nyamuk berkurang.
5.7. Hubungan Frekuensi Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Kejadian DBD di tingkat puskesmas