Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di Area Pengolahan PT.Antam Tbk,Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008

(1)

54

DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk, UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR

KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008

OLEH:

AHMAD DHARIEF DAHLAWY NIM: 104101003167

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M / 1429 H


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk, UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR

KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH:

AHMAD DHARIEF DAHLAWY NIM: 104101003167

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M / 1429 H


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Oktober 2008


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk, UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR

KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 16 Oktober 2008


(5)

Pembimbing Skripsi

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 16 Oktober 2008

Ketua

M. Farid Hamzens, M.Si

Anggota I

Iting Shofwati, ST, M.KKK

Anggota II


(6)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Skripsi, 16 Oktober 2008

Ahmad Dharief Dahlawy, NIM: 104101003167

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008


(7)

ABSTRAK

Melaksanakan program K3 di tempat kerja diantaranya mempunyai tujuan untuk menjaga agar pekerja tetap sehat dan selamat selama bekerja. Lingkungan, genetik, layanan kesehatan, dan perilaku adalah empat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan. Perilaku tidak selamat dan tidak sehat dalam bekerja dapat dicegah dengan mulai memperbaiki manajemen K3. Perilaku di bawah standar atau unsafe act

dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross sectional yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran dengan mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, menggunakan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.

Melihat data kecelakaan kerja akibat human error yang terjadi di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor dari tahun 2000-2007 menunjukkan selalu adanya kejadian kecelakaan setiap tahunnya dari kategori ringan, berat, dan fatality (kematian). Kerugian yang ditanggung perusahaan dan karyawan akan meningkat jika hal ini terus dibiarkan. Oleh karenanya peneliti melakukan penelitian mengenai aspek pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja karyawan area pengolahan guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3-nya.

Untuk penelitian univariat didapat 86% responden berperilaku K3 yang positif, 92% responden berpengetahuan K3 tinggi, 90% responden berpersepsi K3 positif, 99% responden memiliki sikap K3 positif, 63% responden berpendidikan formal lulus SLTA sementara sisanya hanya lulus SLTP (18%) dan lulus PT (19%), jenis pekerjaan terbanyak yaitu recovery (29%), sementara 52% responden bertempat kerja di luar ruangan. Sekilas angka yang didapat menunjukkan nilai yang baik namun pada kenyataannya kejadian kecelakaan akibat human error tetap terjadi sepanjang tahunnya.

Sementara penelitian bivariat didapatkan hasil tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku K3 (p value 0,158) , ada hubungan antara persepsi dengan perilaku K3 (p value 0,000), ada hubungan antara sikap dengan perilaku K3 (p value (0,000), tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3 (p value 0,215), tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan perilaku K3 (p value 0,429), dan tidak ada hubungan antara tempat kerja dengan perilaku K3 (p value 0,228). Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari enam variabel yang diteliti tentang hubungannya dengan perilaku K3, hanya persepsi dan sikap yang mempunyai


(8)

hubungan atau terdapat perbedaan bermakna dengan perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor.

Meningkatnya angka kecelakaan kerja juga disebabkan oleh perilaku yang tidak aman dalam bekerja. Untuk itu, perusahaan harus meningkatkan perhatian terkait segi keselamatan kerja agar angka kecelakaan kerja dapat terus ditekan pada tahun-tahun yang akan datang. Perhatian ini dapat berupa perbaikan manajemen terkait kebijakan K3, serta membangun komitmen bersama seluruh karyawan dalam melaksanakan program K3.


(9)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM PUBLIC HEALTH

HEALTH AND SAFETY OCCUPATIONAL Skripsi, October 16th 2008

Ahmad Dharief Dahlawy, NIM: 104101003167

Factors which Influence Health and Work Safety (K3) Behaviour in Manufacturing Area of PT. ANTAM Tbk, Pongkor Gold Mining Business Unit of Bogor Year 2008.


(10)

ABSTRAC

Doing the K3 program in a work environment have some purposes. Some of them are to keep the safety and health of the worker during their work time. Environment, genetic, health services, and behavior are the four factors that influence health degree. Unsafe and unhealthy behavior during their work time can be prevented by fixing the management of the K3 program. Under standard behavior or unsafe act and the condition below the standard or unsafe condition are direct causes of an accident and the major cause of management mistake.

This research is a descriptive research using quantitative approach with cross sectional method in order to get description by learning the dynamic of correlation between risk factors and their effects, using an approach, observation or collecting data all at once at one time (point time approach) about the factors that influence the K3 behavior in manufacturing area of PT. ANTAM Tbk, Gold Mining Business Unit of Bogor year 2008.

According to the data of the accident caused by human error at PT. ANTAM Tbk, Gold Mining Business Unit of Bogor from 2000-2007, accidents always happen every year from minor category, major category, and fatality (death). If this situation still continues without any act to stop it, the detriment that the factory and the workers have to handle will increase more and more. That’s why the researcher has done a research about aspects of knowledge, perception, behavior, manner, education, job type, and work environment of the worker of the manufacturing area in order to know the factors that influence their K3 behavior.

For univariat research there are 86% responders have the positive K3 behavior, 93% responders have a good knowledge about K3, 90% responders have positive K3 perception, 99% responders have the positive K3 manner, 63% responders have graduated from high school, while the rest is only graduated from junior high school (18%) and graduated from universities (19%), the most job type of all is the recovery (29%), while 52% responders are work outdoor. From the data that we get, looks like that it shows a good situation, but however, in fact, accident that caused by human error still happening every year.

Meanwhile, the bivariat research show the result that there is no correlation between knowledge and K3 behavior (p value 0,158), there is correlation between perception and K3 behavior (p value 0,000), there is correlation between manner and K3 behavior (p value 0,000), there is no correlation between educational degree and K3 behavior (0, 215), there is no correlation between job type and K3 behavior (p value 0,429), and there is no correlation between work environment and K3 behavior (p value 0,228). From that explanation, we can conclude that from six variables that are researched about their correlation with the K3 behavior, only perception and manner that have correlation or there are meaning differences with the K3 behavior in manufacturing area of PT. ANTAM Tbk, Pongkor Gold Mining Business Unit of Bogor.

The increasing of the accident rate is also causes by the unsafe behavior during the working time. In order to decrease it, the factory should give more


(11)

attention for the safety of the workers. The attention could be management maintenance interrelated to the K3 program, and also build a commitment with the whole workers to succeed the K3 program.


(12)

KATA PENGANTAR

Diawali dengan menyebut nama Allah SWT. dan memuji kebesarannya, peneliti merangkai laporan skripsi ini. Semoga karya ini merupakan bagian dari upaya memajukan ilmu pengetahuan, pengabdian kepada bangsa, dan ibadah kepada Yang Maha Memiliki Segalanya.

Rasulillah Muhammad SAW. tak lupa peneliti sampaikan shalawat padanya sebagai hadiah terbaik atas pergerakan yang telah Ia lakukan untuk meninggalkan keadaan jahiliyah Abu Jahal.

Skripsi ini merupakan hasil dari proses penelitian panjang yang dilakukan di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor selama 2 bulan. Begitu banyak lika-liku dalam pelaksanaan penelitian ini yang tidak dihiraukan oleh peneliti. Semoga dengan apa yang telah dilakukan menjadi tetesan berkah dari Allah kepada peneliti.

Semua gading pasti retak. Oleh karenanya peneliti dengan penuh kesadaran menyadari bahwa skripsi ini masih cacat dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun untuk kokohnya laporan ini sangat diharapkan.

Terakhir, peneliti secara ikhlas dan penuh kerendahan hati memberikan ucapan terimakasih atas terselesaikannya laporan skripsi ini kepada:

1. Satu-satunya keluargaku tersayang, Bapak H. Abdul Ghafur, Ibu Hj. Laila Anisah, Aa Kasyfi, dan Faqih yang selalu memberikan semangat untuk berubah ke arah lebih baik dalam menjalani kehidupan. Terimakasih juga atas do’a dan materiil-nya. Unforgetable all of you.

2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS dan Ibu Iting Shofwati ST, M.KKK sebagai pimpinan Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membuka tempurung dan memberikan pengetahuan Kesehatan Masyarakat yang luas.

3. Bapak M. Farid Hamzens, M.Si dan Ibu Fajar Ariyanti M.Kes yang telah sabar membimbing peneliti dari awal hingga akhir laporan ini.

4. Ibu Erni Herawati S.Sos selaku AM Hiperkes PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor yang secara terbuka menerima penulis untuk melakukan kegiatan penelitian di


(13)

bawah pimpinannya. Bapak Lastianto HP, Bapak Ade Apriana, Bapak Rohidin, Bapak Yusep Sape’i Nur, dan Mas Agus hatur nuhun sudah membantu dan memberi tumpangan gudangnya.

5. Sahabat-sahabat UIN, FKIK, Kesehatan Masyarakat, dan K3, terimakasih semua. Dek Haying, untung ono sampeyan.

6. Kumbang orange-ku yang tanpa lelah ikut kemanapun penulis pergi untuk melakukan penelitian.

Ucapan terimakasih ini tidak diberikan kepada penghambat kreatifitas dan kemampuan mahasiswa se-dunia dalam mengembangkan kemurnian dan ketulusan hati dalam berkarya.

Jakarta, 16 Oktober 2008


(14)

Aku merangkak di jalanku menuju kehormatan

Dan mereka yang berjuang telah mencapainya

Dengan kerja keras dan melakukan usaha-usaha yang tidak sedikit

Banyak yang mencoba meraihnya, dan kebanyakan

Merasa bosan dan letih selama dalam perjalanan

Tetapi

mereka

yang

berada

di jalan yang benar dan sabar

Talah berhasil memeluk kehormatan

Jangan bayangkan bahwa kehormatan itu

Adalah apel yang bisa kamu makan

Kamu tidak akan menggapai kehormatan

Sehingga

kamu

bisa

mengalahkan kesulitan dengan kesabaranmu

Setiap

orang

mampu

mengerjakan tugas-tugasnya sehari-hari

Tak peduli seberapa pun sulitnya pekerjaan itu

Setiap orang mampu hidup bahagia di hari itu sampai matahari

terbenam

Dan

inilah

arti

dari

kehidupan

sesungguhnya


(15)

Skripsi Ini Dipersembahkan Untuk Orang

Tuaku Tersayang

Bpk H. Abdul Ghafur dan Ibu Hj. Laila

Anisah

Serta Saudaraku Tercinta

Aa Kasyfi dan Faqih


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACTION ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

PERSEMBAHAN ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR SINGKATAN ... xxi

LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 9

1.4. Tujuan Penelitian ... 10


(17)

1.4.2. Tujuan Khusus ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 12

1.5.1. Bagi Perusahaan Pertambangan ... 12

1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ... 12

1.5.3. Bagi Peneliti ... 13

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 14

2.1. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ……… 14

2.1.1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) …… 14

2.1.2. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) ... 17

2.1.3. Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) ... 18

2.2. Perilaku ... 20

2.2.1. Pengertian Perilaku ... 21

2.2.2. Konsep Perilaku ... 22

2.2.3. Pengukuran Perilaku ... 22

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku K3 ... 22

2.3.1. Pengetahuan ... 23

a. Pengertian Pengetahuan ... 23

b. Tingkatan Pengetahuan ... 24


(18)

2.3.2. Persepsi ... 27

a. Pengertian Persepsi ... 29

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 31

c. Cara Pengukuran Persepsi ... 33

2.3.3. Sikap ... 34

a. Pengertian Sikap ... 34

b. Pembentuk Sikap ... 35

c. Pengukuran Sikap ... 38

2.3.4. Pendidikan ... 39

2.3.5. Jenis Pekerjaan ... 40

2.3.6. Tempat Kerja ... 40

2.4. Kerangka Teori ... 40

BAB III KERANGKA KONSEP ... 42

3.1. Kerangka Konsep ... 42

3.2. Definisi Operasional ... 43

3.3. Hipotesis ... 44

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 46

4.1. Desain Penelitian ... 46


(19)

4.3. Populasi dan Sampel ... 47

4.4. Pengumpulan Data ... 47

4.5. Pengolahan Data ... 48

4.5.1. Editing Data ……… 48

4.5.2. Coding Data ……… 49

4.5.3. Entry Data ……… 49

4.5.4. Cleaning Data ……… 49

4.6. Hasil Ukur ……… 49

4.7. Analisis Data ……… 51

4.7.1. Analisis Univariat ... 51

4.7.2. Analisis Bivariat ... 52

BAB V HASIL PENELITIAN ... 54

5.1. Pelaksanaan Penelitian ... 54

5.2. Profil Perusahaan ... 55

5.2.1. Visi dan Misi ... 55

a. Visi ... 55

b. Misi ... 56

5.2.2. Kebijakan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor ... 56

5.2.3. Struktur Organisasi ... 56


(20)

5.3. Analisis Univariat ... 60

5.4. Analisis Bivariat ... 63

BAB VI PEMBAHASAN ... 70

6.1. Keterbatasan Penelitian ... 70

6.2. Karakteristik Responden Analisis Univariat ... 72

6.2.1. Perilaku K3... 72

6.2.2. Pengetahuan Responden Terhadap K3 ... 73

6.2.3. Persepsi Responden Terhadap K3 ... 75

6.2.4. Sikap Responden Terhadap K3 ... 77

6.2.5. Pendidikan Responden ... 78

6.2.6. Jenis Pekerjaan Responden ... 79

6.2.7. Tempat Kerja Responden ... 80

6.3. Karakteristik Responden Analisis Bivariat ... 81

6.3.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku K3 ... 81

6.3.2. Hubungan Persepsi Dengan Perilaku K3 ... 83

6.3.3. Hubungan Sikap Dengan Perilaku K3 ... 84

6.3.4. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku K3 ... 86

6.3.5. Hubungan Jenis Pekerjaan Dengan Perilaku K3 ... 86


(21)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

7.1. Kesimpulan ... 89

7.2. Saran ... 90


(22)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 43 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku K3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 60 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Tentang K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 61 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang K3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 61 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang K3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 61 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 62 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor


(23)

Tabel 5.7. Dstribusi Frekuensi Responden Menurut Tempat Kerja Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 63 Tabel 5.8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan

dan Perilaku K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk,

UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 63 Tebel 5.9. Distribusi Responden Menurut Persepsi dan Perilaku K3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 64 Tabel 5.10. Distribusi Responden Menurut Sikap dan Perilaku K3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 65 Tabel 5.11. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

dan Perilaku K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk,

UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 66 Tabel 5.12. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Perilaku K3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 67 Tabel 5.13. Distribusi Responden Menurut Tempat Kerja dan Perilaku K3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor


(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Grafik Kecelakaan Kerja Akibat Human Error

Tahun 2000-2006 ... 6 Gambar 2.1. Teori Determinan Perilaku Menurut Green (1980) ... 20 Gambar 2.2. Proses Terjadinya Persepsi ... 28 Gambar 2.3. Komponen Sikap ... 34 Gambar 2.4. Kerangka Teori Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku K3 ... 41 Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 42 Gambar 5.1. Struktur Organisasi PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis


(25)

DAFTAR SINGKATAN

BUMN : Badan Usaha Milik Negara Depnaker : Depertemen Tenaga Kerja

Depnakertrans : Depertemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi DO : Definisi Operasional

HAM : Hak Asasi Manusia

Hiperkes : Hygiene Perusahaan dan Kesehatan ILO : International Labour Organization

Jamsostek : Jaminan Sosial Tenaga Kerja K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja KK : Kecelakaan Kerja

OSHA : Occupational Safety Health Administration

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa PT : Perguruan Tinggi

PT. ANTAM : Perseroan Terbatas Aneka Tambang SDM : Sumber Daya Manusia

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Tbk : Terbuka

UBPE : Unit Bisnis Pertambanngan Emas WHO : World Health Organization


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Data egawai Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008 Lampiran 3 Hasil Output Penelitian


(27)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

“Sehat dan selamat bukanlah segalanya, tetapi tanpa sehat dan selamat segalanya tidak ada artinya”, demikian semboyan yang dikumandangkan oleh

International Labour Organization (ILO) bersama World Health Organization

(WHO) dalam rangka promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada setiap tempat kerja di seluruh dunia termasuk Indonesia (Suardi, 2005). Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah manusiawi apabila standar-standar yang berlaku di dunia dapat pula berlaku pada setiap tempat kerja di Indonesia.

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengisyaratkan bahwa “Setiap warga Negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Hal ini akan terpenuhi apabila persyaratan K3 dilaksanakan secara sungguh-sungguh disetiap tempat kerja, di industri, perkantoran, tempat hiburan, dan rumah tangga. Dengan lingkungan yang sehat dan selamat maka produktivitas akan meningkat pula sesuai dengan martabat kemanusiaan Indonesia.

Kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang pertahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak dibanding wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan


(28)

pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (Suardi, 2005).

Pendapat Suma’mur (2000) dalam melihat angka kecelakaan kerja mengungkapkan bahwa setiap tahun di seluruh dunia, terjadi jutaan kecelakaan dari yang teringan sampai kepada yang terberat. Kerugian-kerugian ini bukan main hebatnya. Data statistik kecelakaan di seluruh dunia termasuk Indonesia menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja terus meningkat sesuai dengan kemajuan dan intensitas penerapan teknologi.

Negara Amerika Serikat saja, kecelakaan kerja merugikan pekerja puluhan milyar dolar karena meningkatnya premi asuransi, kompensasi, dan menggaji staf pengganti. Angka K3 perusahaan di Indonesia secara umum ternyata masih rendah. Berdasarkan data organisasi buruh internasional di bawah PBB (ILO), Indonesia menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara (Suardi, 2005).

Di Indonesia, kasus kecelakaan kerja (KK) menunjukkan grafik turun naik. Berdasarkan data Jamsostek tahun 2003-2006, diketahui bahwa selama tahun 2003 terjadi 105.846 KK, kemudian pada tahun 2004 turun menjadi 95.418 KK. Pada tahun 2005, angka kecelakaan kerja meningkat menjadi 99.023 KK. Angka ini tahun 2006 turun menjadi 95,624 KK (www.jamsostek.co.id, 2008). Data tersebut belum termasuk kasus kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak mengikuti program Jamsostek.

Kecacatan merupakan risiko terberat bagi pekerja saat melaksanakan pekerjaannya. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) tahun


(29)

2006 menyebutkan bahwa, dari total kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2006 diketahui bahwa 1,82% atau 12.016 orang mengalami kematian, menderita cacat total sebanyak 4.996 orang atau 0,76% serta yang mengalami cacat fungsi dan cacat sebagian masing-masing 6,03% atau 39.899, dan 4,93% atau 32.990 orang (www.sinarharapan.co.id, 2008).

Untuk menjamin tempat kerja tetap menjaga keselamatan karyawan yang bekerja, pemerintah telah memberlakukan undang-undang keselamatan kerja yaitu undang-undang nomor 1 tahun 1970, dan untuk mengatur prinsip-prinsip kesehatan karyawan di tempat kerja telah termuat dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992. Jelas dikatakan pada undang-undang nomor 1 tahun 1970 bahwa keselamatan kerja merupakan suatu upaya pemberian perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain dari potensi yang dapat menimbulkan bahaya yang berasal dari mesin-mesin, pesawat, alat kerja, dan bahan, serta energi. Tidak ditinggalkan perlindungan dari bahaya lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi. Kemudian undang-undang nomor 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.

Melaksanakan program K3 di tempat kerja diantaranya mempunyai tujuan untuk menjaga agar pekerja tetap sehat dan selamat selama bekerja. Derajat kesehatan menurut Henrik L Bloom dapat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan, genetik, layanan kesehatan, dan perilaku. Perilaku tidak selamat dan tidak sehat dalam bekerja dapat dicegah dengan mulai memperbaiki manajemen K3. Perilaku di


(30)

bawah standar atau unsafe act dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions

merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan dan penyebab utama dari kesalahan manajemen. Dalam Suardi (2005) peneliti Birds (1967) mengemukakan bahwa setiap 1 kecelakaan berat disertai 10 kejadian kecelakaan ringan, 30 kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan harta benda dan 600 kejadian-kejadian hampir celaka. Biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat kecelakaan kerja dengan membandingkan biaya langsung dan biaya tidak langsung adalah 1:5-50.

PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan. Pertambangan adalah suatu tempat kerja yang tergerak dalam bidang penggalian isi perut bumi yang padat modal dan padat karya. Dalam kegiatan penggaliannya berisiko tinggi terjadi kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, ledakan, longsoran, dan pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan oleh pekerja tidak berperilaku K3, pekerjaan yang tidak aman, sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat dan tidak dikelola dengan baik atau disebabkan oleh lingkungan yang tidak aman. Hal yang lebih buruk lagi adalah sistem pengelolaan atau manajemen yang buruk. Kerugian sebagai dampak dari kecelakaan kerja dapat berupa cidera pada karyawan, sarana dan prasarana penunjang, bahkan lingkungan secara keseluruhan.

Karyawan pertambangan merupakan aset utama dalam perusahaan pertambangan, oleh karena itu setiap karyawan harus memperhatikan aspek K3. Pelaksanaan K3 merupakan kewajiban setiap karyawan pertambangan, mulai dari


(31)

Termasuk area pengolahan yang mempunyai bahaya cukup tinggi dalam penanganan pekerjaan, pelaksanaan K3 perlu diperhatikan guna meminimalisir angka kecelakaan akibat perilaku K3 yang kurang baik. Terdapatnya banyak mesin besar yang selalu berputar, lokasi pengamatan yang begitu tinggi, lingkungan kerja yang kurang nyaman, dan banyaknya tenaga kerja yang bertugas mempermudah kecelakaan untuk terjadi disana.

Komitmen bersama dapat dibangun apabila terjadi pemahaman yang relatif sama tentang K3 pertambangan pada seluruh karyawan. Pengetahuan K3 sesuai teori dan konsep akan membawa karyawan pada pemahaman dan persepsi yang benar juga utuh sehingga dalam diri karyawan akan terbentuk sikap dan perilaku yang positif terhadap K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor.

Human error dalam pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi merupakan kejadian yang dilandasi oleh perilaku K3 individu yang buruk. meskipun perilaku K3 adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda. faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni determinan internal seperti tingkat kecerdasan dari pendidikan yang didapat, jenis kelamin, pengetahuan, aktivitas fisik, persepsi, dan sikap. Determinan berikutnya adalah determinan eksternal seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi, tempat kerja, dan lainnya (Notoatmodjo, 2007).


(32)

Data yang didapat mengenai kecelakaan tambang yang disebabkan oleh

human error tentang penerapan perilaku K3 di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor sebagai berikut:

Gambar 1.1.

Grafik Kecelakaan Kerja Akibat Human Error Tahun 2000-2006

Sumber: Safety Dept PT. ANTAM Tbk,UBPE Pongkor (2008)

Selalu adanya kecelakaan pada setiap tahun akan mengakibatkan banyak kerugian baik bagi perusahaan maupun pekerja. Angka ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ditambah lagi di perusahaan tersebut terdapat area pengolahan yang berfungsi sebagai pengolah bebatuan mentah mengandung emas menjadi emas batangan menggunakan berbagai bahan kimia dan mesin yang bekerja sangat cepat. Di tempat inilah pada tahun 2007 pernah terjadi suatu kejadian fatality yang menyebabkan satu orang tewas karena terkena sengatan arus listrik (Data Departemen Hiperkes PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor, 2008). Untuk itulah peneliti memandang untuk melakukan penelitian di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor yang sangat mungkin menyumbang angka kecelakaan di

Grafik Kecelakaan Tambang tahun 2000 - 2006

13 16 6 5 1 5 2 6

2 4 3 2 3 3

1 2 1 0 0 1 1

0 5 10 15 20

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Tahun

Ju

m

lah

kecelakaan


(33)

perusahaan tersebut. Sebab bekerja dengan perpaduan tenaga manusia dan tenaga mesin sering menimbulkan kejadian kecelakaan akibat dari ketidaksesuaian antara kinerja manusia dengan kinerja mesin. Ketelitian dan perilaku K3 sorang pekerja dibutuhkan sangat ekstra demi menciptakan budaya K3 yang bermutu karena pendekatan terhadap pekerjalah yang dapat dilakukan apabila mesin sulit dikendalikan.

Melakukan pekerjaan yang aman agar selamat merupakan harapan semua karyawan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Terjadinya kecelakaan akibat faktor perilaku K3 meliputi nilai pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja yang kurang baik dapat menimbulkan kecelakaan seperti data yang diperoleh dari Safety Departement PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Angka kecelakaan ringan dan berat selalu ada tiap tahunnya mulai dari tahun 2000-2007.

Peneliti terdahulu tentang perilaku K3 diantaranya adalah Siagian (1998) menyebutkan ada pengaruh antara pendidikan yang telah dialami seseorang terhadap perilaku K3. Karena didapat p value sebesar 0,500 yang artinya ada perbedaan signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3 yang dilakukan.

Saputra (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku K3 dengan p value 0,460. Artinya ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan seseorang dengan perilaku K3 yang dilakukannya.


(34)

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Indriani (1997) menyatakan bahwa ada perbedaan antara tempat kerja dengan perilaku K3 dengan p value 0.490. Artinya ada perbedaan bermakna antara unit tempat kerja dengan perilaku K3.

Makhrudin (2007) dalam buku yang Ia kutip tentang perilaku pekerja terhadap pelaksanaan program K3 menyebutkan bahwa masih banyak pekerja yang belum memahami betul mengenai istilah K3. Tetapi dalam penelitiannya tentang perilaku K3, Makhrudin (2007) menunjukkan bahwa sebanyak 78,18% pekerja di Panarub

Industry yang notabene memiliki kesamaan dengan keadaan di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor memiliki perilaku K3 yang baik. Hanya 21,82% saja pekerja yang mempunyai perilaku tidak baik mengenai K3.

Lain lagi penelitian yang dilakukan oleh Za’im (2002) yang menunjukkan bahwa perilaku K3 di sebuah perusahaan yang terkait dengan pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa 65,10% pekerja mempunyai perilaku K3 yang baik. Selebihnya sebanyak 34,90% pekerja mempunyai perilaku K3 yang belum baik.

Keanekaragaman angka perilaku K3 inilah yang membuat peneliti ingin mengetahui nilai perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor Kebupaten Bogor yang meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dicantumkan di atas, diketahui bahwa perilaku K3 di perusahaan menempati angka yang baik. Namun demikian belum tentu PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor menempati angka


(35)

perilaku K3 yang baik pula karena didapatnya angka kecelakaan kerja akibat human error dari tahun 2000-2007. Oleh karena itu perlu adanya pembuktian mengenai perilaku K3 di perusahaan tersebut. Dapat disimpulkan rumusan masalah yang terkandung adalah belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008 yang berupa pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja.

1.3. Pertanyaan Penelitian

(a). Bagaimana gambaran perilaku karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?

(b). Bagaimana gambaran pengetahuan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?

(c). Bagaimana gambaran persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?

(d). Bagaimana gambaran sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?

(e). Bagaimana gambaran tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008?

(f). Bagaimana gambaran jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008?

(g). Bagaimana gambaran tempat kerja karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008?


(36)

(h). Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008? (i). Apakah ada hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM

Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?

(j). Apakah ada hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?

(k). Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008? (l). Apakah ada hubungan antara jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008? (m)Apakah ada hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.

1.4.2. Tujuan Khusus

(a). Diketahuinya gambaran perilaku karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008.


(37)

(b). Diketahuinya gambaran pengetahuan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008. (c). Diketahuinya gambaran persepsi karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008. (d). Diketahuinya gambaran sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM

Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008.

(e). Diketahuinya gambaran tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.

(f). Diketahuinya gambaran jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.

(g). Diketahuinya gambaran tempat kerja karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.

(h). Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

(i). Diketahuinya hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

(j). Diketahuinya hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.


(38)

(k). Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

(l). Diketahuinya hubungan antara jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

(m). Diketahuinya hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Perusahaan Pertambangan

Menjadi dokumen dan sumber informasi untuk mengembangkan perilaku K3 di unit-unit kerjanya. Dapat dijadikan pula bahan pertimbangan dalam menerapkan program K3 sekaligus memberi solusi terbaik bagi pekerja setelah mengetahui masalah yang ada di lapangan.

1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menjadi sumber informasi penerapan perilaku K3 di area pertambangan. Sebagai pengembangan materi mahasiswa serta sebagai referensi keilmuan mengenai K3.


(39)

1.5.3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana dalam menambah wawasan dan pengalaman khusus dalam mengungkap, mengkaji, dan menganalisis serta menjawab permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program K3. Dapat dijadikan pula sebagai aplikasi ilmu K3 yang diperoleh selama menerima pendidikan. Diharapkan dapat menambah informasi bagi peneliti lain sebagai referens

dalam rangka mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Waktu penelitian berlangsung selama 2 bulan, yaitu bulan Juli-Agustus tahun 2008. Sasaran dari penelitian ini adalah seluruh pekerja area pengolahan yang masih bekerja di perusahaan tersebut. Penelitian dilakukan karena melihat data kecelakaan yang terjadi di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor akibat perilaku K3 yang kurang baik, dengan tujuan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor yaitu faktor pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja. Dilakukan dengan desain cross sectional dan memperoleh data dengan cara penyebaran kuesioner, penelitian ini berlangsung dengan harapan yang diinginkan.


(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

2.1.1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut ILO/WHO (1980) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah promosi dan pemeliharaan terhadap faktor fisik, mental dan sosial pada semua pekerja yang terdapat di semua tempat kerja, mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan kondisi kerja, melindungi pekerja dan semua orang dari hasil risiko dan dari faktor yang dapat mengganggu kesehatan, menempatkan dan menjaga pekerja pada lingkungan kerja yang adaptif terhadap fisiologis dan psikologis dan dapat menyesuaikan antara pekerjaan dengan manusia dan manusia lain sesuai jenis pekerjaannya (Kondarus, 2006).

Untuk itu ILO (1980) dalam resolusinya menyatakan ada tiga prinsip dasar tentang keselamatan dan kesehatan kerja:

a. Pekerjaan harus terdapat pada lingkungan kerja yang aman, sehat dan selamat. b. Kondisi pekerjaan harus sesuai dengan pekerja.

c. Pekerjaan haruslah sesuatu yang nyata sebagai prestasi individu, pemenuhan kebutuhan secara pribadi dan untuk pelayanan masyarakat umum.

Definisi lain diungkapkan oleh OSHA, K3 merupakan aplikasi dan prinsip-prinsip keilmuan dalam pengertian dasarnya adalah risiko terhadap


(41)

keselamatan pada masyarakat umum dan properti baik yang ada dalam lingkungan industri maupun di luar lingkungan industri (Suardi, 2005).

Jadi K3 merupakan suatu profesi dari multi disiplin keilmuan yang diambil dari ilmu-ilmu dasarnya adalah fisika, kimia, biologi, dan ilmu perilaku dengan aplikasi pada manufacture, transportasi, gudang dan penanganan bahan berbahaya pada aktifitas domestik maupun pada tempat-tempat rekreasi.

Menurut undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang jelas dikatakan bahwa keselamatan kerja merupakan suatu upaya pemberian perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain dari potensi yang dapat menimbulkan bahaya, yang berasal dari mesin-mesin, pesawat, alat kerja dan bahan, beserta energi. Juga perlindungan dari bahaya lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi.

Dalam undang-undang K3 tersirat pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara filosofi sebagai upaya dan pemikiran dalam menjamin kebutuhan dan kesempurnaan jasmani atau rohani manusia pada umumnya dan tenaga pada khususnya serta hasil karya dan budaya dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Sedang pengertian secara keilmuan adalah sebagai ilmu dan penerapan teknologi pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Yusuf, 2002).

Dari upaya perlindungan tersebut maka Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan atas undang-undang tersebut membuat visi di bidang K3 yaitu ”Menjadi Kebutuhan Masyarakat”.


(42)

Dengan visi tersebut diharapkan pelaksanaan K3 di masyarakat baik industri maupun masyarakat umum dapat berjalan baik.

Sedang menurut Simanjuntak (1994) dalam Sahab (1997) keselamatan adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko kecelakaan atau kerusakan atau dengan risiko yang relatif sangat kecil di bawah tingkat tertentu. Keselamatan kerja sebagai sarana utama untuk mencegah kecelakaan, cacat, dan kematian mencakup pencegahan kecelakaan dan perlindungan terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai akibat kondisi kerja yang tidak aman dan tidak sehat.

Upaya untuk menjaga keselamatan pekerja maupun tempat kerja perlu dilakukan melalui program keselamatan yang disponsori oleh manajemen. Menurut Gueech (1993) dalam buku Suma’mur (1996) program dasar dalam pengendalian keselamatan meliputi Tree E’s of Safety yaitu enginering, education, dan enforcement. Dengan program dasar tersebut diharapkan pekerja dapat berperan aktif dalam menciptakan dan menjaga keselamatan di tempat kerja.

Dari beberapa uraian diatas dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa aspek yang menjadi dasar penerapan K3 yaitu:

a. Aspek filosofi dimana hak asasi manusia merupakan dasar pemikiran pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Manusia mempunyai hak sama untuk hidup demikian juga dengan keselamatan dan kesehatan.


(43)

b. Aspek legal dimana K3 tidak dapat diterapkan secara nyata tanpa adanya aturan-aturan yang dipakai, untuk itulah adanya peraturan pada berbagai tingkat yang mengatur K3.

c. Aspek ekonomi bahwa dengan menerapkan K3 maka tingkat kecelakaan akan menurun sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun. Selain itu dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi.

2.1.2. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Kondarus (2006) memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai dari input, proses, maupun output. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa kegiatan produksi di dalam industri maupun di luar industri.

b. Menerapkan program keselamatan untuk meningkatkan kesejahteraan.

c. Menghilangkan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat pekerjaan.

d. Menciptakan efisiensi dan menekan biaya.

e. Meningkatkan jumlah konsumen, meningkatkan omset penjualan, dan meningkatkan jaminan perlindungan bagi para pekerja.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut perlu diperhatikan komponen-komponen berikut:

a. Karekteristik pekerja/kegiatan yang terdiri dari jenis, ruang lingkup, lamanya kegiatan yang dilakukan , dan level kegiatan.


(44)

b. Pengorganisasian dan menajemen pekerjaan.

c. Bahan dan alat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan. d. Karakteristik manusia yang melaksanakan kegiatan.

Sedangkan menurut American Medical Association K3 mempunyai tujuan:

a. Melindungi pekerja dari bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

b. Melindungi masyarakat lainnya.

c. Menyediakan tempat yang aman, baik secara fisik, mental dan emosional pekerja dalam bekerja.

d. Mendapatkan perawatan medis yang adekuat dan rehabilitasi bagi mereka yang mengalami gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja.

e. Mengadakan pengukuran dan pemeliharaan perorangan termasuk memperoleh dokter pribadi dimanapun bila mungkin.

Dari uraian diatas lebih jauh dapat dikatakan bahwa sasaran utama dari K3 adalah pekerja yang meliputi upaya pencegahan, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan. Dengan demikian perlindungan atas keselamatan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya, diharapkan pekerja dapat bekerja secara aman, sehat dan produktif.

2.1.3. Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Sesuai perkembangan keilmuan dan konsep K3 yang dikutip dari Za’im (2002), saat ini program dasar diarahkan kepada:


(45)

a. Desain, peralatan, bahan dan lingkungan yang dapat ditinjau dari Higiene Industry, Ergonomi, dan Safety.

b. Manajemen yang lebih dikenal dengan integrasi dari sistem manajemen. c. Manusia.

Sedangkan menurut Thomas (1989) dalam skripsi Zaim (2002) mengungkapkan beberapa hal tentang program K3, sebagai berikut:

a. Kebijakan K3 dan partisipasi manajemen.

b. K3 profesional antara lain adanya fungsi khusus pada profesional K3, administrasi program-program K3, hubungan kerja yang baik dan pertanggungjawaban.

c. Industri-industri kecil. d. Pendekatan perilaku selamat.

e. Promosi K3 ditunjukkan oleh adanya konsultan dan pengawasan K3.

f. Laporan yang terdiri dari laporan penyakit, laporan investigasi kecelakaan, syarat-syarat K3, survei di semua bagian, keberadaan komite K3 serta standar-standar K3.

g. Pelatihan K3 bagi karyawan baru maupun setiap jenis pekerjaan. h. Perencanaan inspeksi.

i. Evaluasi terhadap penyakit. j. Pengendalian lingkungan fisik.

Program K3 sering ditempatkan di tempat kerja sesuai dengan kebijakan masing-masing perusahaan.


(46)

2.2. Perilaku

Kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat atau kelompok akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Dalam buku Notoatmodjo (2007) mengatakan, perilaku adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini. Perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Selanjutnya perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang sehingga ada kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang yakni kekuatan-kekuatan pendorong meningkat, kekuatan-kekuatan penahan menurun, atau kekuatan pendorong menurun dan kekuatan penahan meningkat (Lewin, 1970).

Gambar 2.1.

Teori Determinan Perilaku Manusia Menurut Green (1980)

Sumber: Notoatmodjo (2007)

Green (1980) dalam buku Notoatmodjo (2007) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat

Pengetahuan Persepsi

Sikap Keinginan Kehendak Motivasi

Niat

Perilaku Pengalaman

Keyakinan Fasilitas Sosio-Budaya


(47)

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour causes). Disimpulkan dalam gambar di atas bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, persepsi, sikap, keinginan, kehendak, motivasi, niat, dan menghasilkan perilaku dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Selain itu ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Perilaku K3 yang diungkapkan oleh Pasiak (1999) menyatakan bahwa kegiatan keselamatan kerja pertambangan harus melengkapi unsur inisiatif, birokratif, tanggap, dan patuh dalam melakukan berbagai tindakan. Diharapkan dengan mengindahkan unsur tersebut maka perilaku K3 yang baik akan terealisasikan.

2.2.1. Pengertian Perilaku

Morgan (1986) dalam buku Widayatun (1999) mendefinisikan perilaku sebagai suatu yang dilakukan oleh manusia atau binatang dalam bentuk yang dapat diamati dengan beberapa cara. Perilaku berbeda dengan pikiran atau perasaan karena perilaku dapat diamati dan dipelajari. Tak seorangpun dapat melihat atau mendengar pikiran, tetapi seseorang dapat melihat atau mendengar perilaku. Seseorang dapat melihat dan mengukur apa yang orang lain katakan, yaitu perilaku bicara dan kita dapat menilai perilaku seseorang apakah perilaku itu positif atau perilaku itu negatif. Dari perilaku seseorang bisa mengambil kesimpulan tentang pikiran dan sikap terhadap suatu objek.


(48)

2.2.2. Konsep Perilaku

Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons/reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Munandar (2001) dalam The Psychology of Safety Handbook, perilaku mengacu pada tindakan seseorang yang dapat diamati oleh orang lain.

Malott dalam buku Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa perilaku merupakan sesuatu yang dilakukan atau dikatakan oleh seseorang, sebagai sebuah aktivitas baik aksi maupun reaksi (Mc Sween, 2003).

2.2.3. Pengukuran Perilaku

Menurut Morgan (1986) dalam buku Widayatun (1999), pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan

checklist dan pengamatan langsung terhadap perilaku. Checklist dilakukan dengan meminta seseorang yang akan dinilai perilakunya, misalnya perilaku yang dilakukan pada saat sekarang atau pada satu tahun terakhir. Pengamatan langsung dilakukan dengan mengamati perilaku yang tampak dilakukan oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku K3

Dalam bukunya, Pasiak (1999) menulis bahwa terdapat 6 unsur pokok sebuah perilaku K3 di tempat kerja yang dirumuskan oleh WHO. Pemikiran dan perasaan


(49)

(thoughts and felling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, tempat kerja, dan jenis pekerjaan.

2.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang pekerja memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya terkena api. Seorang dokter akan merawat pasiennya setelah melihat pasien lain dengan jenis kesakitan yang sama hingga cacat, karena pasien yang lain tersebut tidak dirawat secara intensif oleh dokter. (Notoatmodjo, 2007).

Saputra (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku K3 dengan p value 0,460. Artinya ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan seseorang dengan perilaku K3 yang dilakukannya.

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Bloom (1975) yang dikutip dari Widayatun (1999), pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi dan ide yang sudah diperoleh sebelumnya. Bloom mengelompokkan pengetahuan ke dalam dominan


(50)

kognitif dan menempatkannya sebagai urutan utama dari domain kognitif karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkat-tingkat domain kognitif berikutnya yang meliputi tingkat-tingkat pemahaman, penerapan, analis, sintesis dan penilaian. Sedang menurut Abijusah (1981) bahwa pengetahuan adalah kemampuan dari seseorang untuk memahami sesuatu.

Menurut Skinner seperti dikutip oleh Notoatmojo (2007) bila seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan lancar, baik secara lisan maupun tertulis maka dapat dikatakan mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban verbal yang diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah banyaknya informasi yang dimiliki seseorang sebagai hasil proses penginderaan mengenai suatu objek tertentu dengan cara mengingat atau mengenal informasi yang ada pada objek tersebut, merupakan bagian tingkah laku yang termasuk dalam domain kognitif tingkat pertama.

b. Tingkatan Pengetahuan

Notoatmojo (2007) dalam bukunya yang berjudul promosi kesehatan dan ilmu perilaku menyebutkan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

• Tahu, artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap


(51)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

• Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.

• Aplikasi, artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi nyata yaitu menggunakan hukum-hukum, rumus-rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.

• Analisis, artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.

• Sintesis, artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.

• Evaluasi, artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

Dari lingkungan seseorang mendapat pengalaman dan pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan informal. Makin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka semakin luas pengetahuannya. Pengetahuan merupakan salah satu bentuk operasional


(52)

dari perilaku manusia yang dapat mempengaruhi sikap seseorang (Adenan, 1986) dalam buku Widayatun (1999).

c. Pengukuran Pengetahuan

Dari pengertian pengetahuan yang dikemukakan Bloom dan Skinner, menunjukkan tingkat pengetahuan yaitu dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan apa-apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti atau jawaban baik secara lisan atau tertulis. Bukti atau jawaban tersebut merupakan reaksi dari suatu stimulus yang dapat berupa pernyataan lisan maupun tertulis. Seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi apabila mampu mengungkapkan sebagian besar informasi dari suatu objek dengan benar. Demikian juga bila seseorang hanya mampu mengungkapkan sedikit informasi dari suatu objek dengan benar maka dikategorikan berpengetahuan rendah tentang objek tersebut.

Pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum menurut Widayatun (1999) dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

• Pertanyaan subyektif misalnya jenis pertanyaan esai.

Pertanyaan esai disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai sehingga hasilnya akan berbeda untuk masing-masing penilai dari suatu waktu ke waktu lainnya.


(53)

• Pertanyaan pilihan ganda.

Pertayaan pilihan ganda, betul salah, menjodohkan, disebut pertanyaan obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilai tanpa melibatkan faktor-faktor subyektif dari penilai.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif khususnya pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat pengukuran karena lebih mudah sesuai dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai.

2.3.2. Persepsi

Persepsi merupakan perasaan setuju atau tidak setuju berdasarkan dari dorongan diri sendiri atau berdasarkan dari dorongan keikutsertaan orang lain. Persepsi ini lebih melekat kepada orang-orang yang mempunyai sifat perasa (Notoatmodjo, 2007).

Persepsi dan pemahaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja adalah faktor esensial bagi keberhasilan keselamatan dan kesehatan kerja. Persepsi yang positif dan pemahaman yang tepat terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dikalangan karyawan merupakan unsur penentu kemajuan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja normatif menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta penggerak improvisasi penyelenggaraan yang lebih dapat menjamin pencapaian kemanfaatan yang lebih besar. Konsep yang mengatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja menjadi kepedulian semua orang yang harus menjadi persepsi seluruh karyawan.


(54)

Gambar 2.2.

Proses Terjadinya Persepsi

Sumber: Gibson (1985)

Persepsi dan pemahaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dikalangan masyarakat tidak sesederhana berdasarkan pengertian teknis menurut ketentuan yang berlaku tetapi sangat ditentukan oleh makna keselamatan dan kesehatan kerja untuk masyarakat bersangkutan yang memiliki latar belakang sosial budaya dan ekonomi masing-masing.

Keselamatan dan kesehatan kerja (Kondarus, 2006) menampilkan berbagai aspek dalam kehidupan bermasyarakat yaitu:

• Hak Azasi Manusia (HAM) khususnya hak para pekerja.

• Pemenuhan ketentuan perundang-undangan dalam bidang ketenagakerjaan.

• Salah satu unsur dalam manajemen dunia usaha.

• Dapat dijadikan instrumen guna meningkatkan produktivitas.

• Bisa memainkan peran dalam mewujudkan kualitas produk.

• Suatu jenis kekhususan teknologi. Stimulus Observasi

Stimulus

Proses Persepsi, Pengorganisasian, &

Penerjemahan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Persepsi

Evaluasi & Penafsiran

Perilaku Tanggapan Pembentukan


(55)

• Perlunya riset keselamatan dan kesehatan kerja untuk pengembangan teknologi dan aplikasinya.

Dengan kadar yang berlainan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja seperti di atas membentuk persepsi dan pemahaman orang perorang dan kelompok masyarakat (Suma’mur, 1996). Persepsi dan pemahaman tentang keselamatan dan kesehatan kerja akan ditampilkan dalam bentuk sikap dan perilaku seseorang atau kelompok masyarakat dalam melakukan pekerjaan. a. Pengertian Persepsi

Menurut Sarwono (1992) dalam skripsi Za’im (2002) manusia mengerti dan menilai lingkungannya dapat didasarkan pada dua cara pendekatan.

Pendekatan pertama adalah pendekatan konvensional yang bermula dari adanya rangsangan individu yang menjadikan individu sadar akan adanya stimulus ini melalui sel-sel syaraf dan respon yang peka terhadap bentuk-bentuk energi tertentu.

Bila sumber energi cukup kuat untuk merangsang sel-sel maka terjadilah penginderaan. Jika penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa menggali dan menilai objek maka keadaan ini dinamakan persepsi.

Pendekatan kedua adalah pendekatan ekologi, pada pendekatan ini individu tidak menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya karena sesungguhnya makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya.


(56)

Pertambahan kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan pengamatan, bersumber dari informasi yang berasal dari lingkungan sebagai hasil pengalaman atau praktik dengan stimulus yang berasal dari belajar disebut persepsi (Gibson).

Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan dan memberi arti pada rangsangan baik bersifat internal maupun eksternal (Ross 1980) dalam buku Munandar (2001).

Krech (1962) dalam buku Notoatmodjo (2007) mengatakan persepsi dipengaruhi oleh:

Frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan diperoleh dari pendidikan, bacaan, penelitian, atau cara lain.

Field of expreance yaitu pengalaman yang telah dialami sendiri dan tidak terlepas dari keadaan lingkungan.

Dari beberapa uraian diatas persepsi merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri manusia dimana rangsangan yang diterima oleh indera melalui proses belajar atau pengalaman diorganisasikan dan diinterpretasikan lebih dahulu sebelum stimulus tersebut dapat dimengerti dan direspon. Dengan kata lain persepsi adalah pendapat, penilaian, dan keyakinan yang timbul dalam diri seseorang mengenai objek tertentu.


(57)

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Thoha (1983) dalam skripsi Za’im (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang adalah keadaan psikologi, keluarga, dan kebudayaan.

Robin (1989) dalam Za’im (2002) mengatakan faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi sehingga memungkinkan terjadi perbedaan adalah:

• Karakter dari recieper

Kepribadian, sikap, motif, minat, pengalaman masa lalu dan harapan dari orang tersebut.

• Karakter target yang dipersepsi

Sebagai sesuatu yang terisolasi maka hubungan target dan latar beserta kedekatan atau kemiripan yang dipersepsikan.

• Konteks situasi terjadinya persepsi

Waktu, lokasi, cahaya, panas atau faktor situasi yang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persepsi seseorang adalah:

• Intensitas

Semakin besar intensitas stimulus semakin besar pula dapat dipahami.

• Ukuran

Semakin besar ukuran suatu objek maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.


(58)

• Keberlawanan atau kontras

Semakin kontras stimulus yang ada dengan lingkungan semakin mudah dipahami.

Dalam penafsiran suatu objek seseorang dapat mempunyai persepsi yang sama dengan orang lain tetapi bisa pula berbeda. Menurut Azwar (2007), perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh:

• Perhatian

Biasanya seseorang tidak dapat menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitarnya sekaligus tetapi dapat memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja.

• Set

Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul.

• Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.

• Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap persepsi.

• Ciri kepribadian

Ciri kepribadian seseorang akan berpengaruh terhadap respon dari rangsangan yang diterima.


(59)

• Gangguan jiwa

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.

c. Cara Pengukuran Persepsi

Kesan yang muncul apakah positif atau negatif tergantung pada pengalaman yang diperoleh melalui proses berpikir dan belajar (Fogus dan Malamed, 1976) dalam Munandar (2001).

Pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan membuat pernyataan yang memberikan alternatif pilihan jawaban terhadap responden. Pernyataan yang dibuat menggambarkan pendapat, penilaian, dan penafsiran responden tentang suatu objek. Untuk pengukuran persepsi yang ingin diketahui adalah objektifitas pendapat, penilaian dan keyakinan responden terhadap suatu objek. Hasil kumulatif dari penilaian bisa menimbulkan kesan positif atau kesan negatif pada responden terhadap objek yang dinilai (Widayatun, 1999).


(60)

2.3.3. Sikap

Gambar 2.3. Komponen Sikap

Sumber: Gibson (1985)

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang menjauhi atau mendekati orang lain atau objek lain.

a. Pengertian Sikap

Morgan (1961) dalam buku Widayatun (1999) merumuskan sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang, objek, atau situasi.

Menurut Krech (1962) sikap adalah kesesuaian reaksi terhadap kategori rangsangan tertentu yang sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional (dalam Widayatun 1999).

- Desain Pekerjaan - Gaya Manajer - Kebijakan - Teknologi - Upah - Tunjangan

Afeksi

Kognisi

Perilaku

Tanggapan Emosional; Pernyataan Tentang Suka / Tidak Suka

Tanggapan Persepsi; Pernyataan Tentang Keyakinan

Tanggapan Tindakan; Pernyataan Tentang Perilaku


(61)

Second dan Backman (1964) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan dalam hal perasaan, pemikiran, dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (dalam Widayatun 1999).

Notoatmodjo (2007) mengartikan sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulan atau objek.

Mar’at (1982) dalam buku Notoatmodjo (2007) mengartikan sikap adalah merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional.

Mar’at (1982) melanjutkan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak secara tertentu, bersifat relatif menetap dan tidak berubah yang menggambarkan rasa suka atau tidak suka terhadap suatu objek, diperoleh dari hasil belajar atau pengalaman sendiri maupun orang lain (Notoatmodjo, 2007).

b. Pembentuk Sikap

Azwar (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu:

• Kepercayaan (keyakinan) meliputi ide dan konsep-konsep terhadap suatu objek.


(62)

• Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

• Kecenderungan untuk bertindak.

Sedang Mar’at (1982) dalam buku Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa sikap memiliki tiga komponen yaitu:

• Komponen kognitif

Komponen komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

• Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki subjek terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

• Komponen konatif

Komponen konatif atau perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek yang dihadapi.

Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dengan individu-individu lain di sekitarnya. Dalam hal ini Mar’at (1982) dalam buku Notoatmodjo (2007) memberikan penjelasan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah:


(63)

• Faktor internal

Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti selektifitas rangsangan dari luar yang dapat ditangkap melalui persepsi. Ada proses-proses memilih rangsangan, rangsangan mana yang akan didekati dan rangsangan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan yang berasal dari diri seseorang. Bila mempunyai kecenderungan memilih maka akan terbentuk sikap positif atau terbentuk sikap negatif bila kecenderungan itu menolak.

• Faktor eksternal

Yaitu faktor-faktor yang menentukan seseorang untuk bersikap, terdiri dari: a. Sifat objek yang dijadikan sasaran.

b. Kewajiban orang yang mengemukakan suatu sikap.

c. Sifat-sifat orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut. d. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan situasi pada

saat sikap itu terbentuk.

Ciri-ciri sikap menurut Mar’at (1982) dalam buku Notoatmodjo (2007) adalah:

• Bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan objek tersebut.

• Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari.

• Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mengandung relasi terhadap suatu objek.


(64)

• Objek sikap dapat berupa satu hal tertentu tetapi dapat juga berupa kumpulan dari hal-hal tersebut.

• Sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan.

Pembentukan sikap menurut Azwar (2007) memiliki tahapan-tahapan yaitu:

• Menerima

Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diterima.

• Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

• Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

• Bertanggungjawab

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risiko. c. Pengukuran Sikap

Morgan (1961) dalam buku Widayatun (1999) menjelaskan sikap adalah kecenderungan manusia untuk berespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi.

Teknik pengukuran sikap yang dikenal saat ini adalah skala Thurstone Equal-Appeal Interval Scala dengan menempatkan suatu benda kedalam dua dimensi evaluasi ”kesukaan” dan ”ketidaksukaan” dengan rentang dari satu sampai sebelas (Za’im, 2002).


(65)

Skala Likert yaitu Likert Method of Summateds Ratings lebih sederhana lagi dengan menempatkan pilihan terhadap objek sikap dengan rentang satu sampai lima yaitu ”sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju” atau disederhanakan menjadi rentang satu sampai empat yaitu ”sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju” (Azwar 2007).

Skala sikap berisikan pernyataan-pernyataan sikap tentang objek yang diukur. Pernyataan sikap berisikan hal-hal positif (favorable) atau hal-hal yang negatif (non-favorable) mengenai objek sikap. Dalam pernyataan skala sikap memuat komponen-komponen perilaku terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak.

2.3.4. Pendidikan

Tingkat pendidikan menggambarkan seseorang telah menjalani kegiatan belajar secara formal di suatu instansi pendidikan dengan memperoleh tanda tamat pada setiap jenjangnya. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani seseorang diharapkan semakin banyak pengetahuan berarti mengenai berbagai macam faham ilmu (Widayatun,1999).

Ada pengaruh antara pendidikan yang telah dialami seseorang terhadap perilaku K3. Hal ini diungkapkan oleh Siagian (1998) tentang penelitian yang pernah dilakukannya. Karena didapat p value sebesar 0,500 yang artinya ada perbedaan signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3 yang dilakukan.


(66)

2.3.5. Jenis Pekerjaan

Kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan barang atau jasa dimanapun merupakan sebuah pekerjaan. Pekerjaan dapat dilakukan dengan memanfaatkan tenaga fisik maupun kemampuan memutar otak demi memenuhi target menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat (Azwar, 2007). 2.3.6. Tempat Kerja

Perusahaan apapun bentuknya merupakan sumber mata pencaharian seseorang. Perusahaan atau instansi biasanya memiliki orang-orang yang berfungsi sebagai penggerak proses suatu produksi. Dapat dikatakan juga bahwa tempat kerja merupakan bagian kecil dalam sebuah institusi barang atau jasa yang menjadi lokasi seorang pekerja melakukan pekerjaan (Azwar, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Indriani (1997) menyatakan bahwa ada perbedaan antara tempat kerja dengan perilaku K3 dengan p value 0.490. Artinya ada perbedaan bermakna antara unit tempat kerja dengan perilaku K3.

2.4. Kerangka Teori

Kerangka teori tentang faktor yang mempengaruhi perilaku K3 di bawah ini merupakan gabungan dari berbagai macam pendapat atau teori yang diungkapkan oleh para ilmuan. Diantara ilmuan tersebut adalah Gibson (1985), Nototmodjo (2007), dan Azwar (2007). Kesemua teori tersebut mengungkapkan tentang faktor yang mempengaruhi perilaku K3.


(67)

Gambar 2.4. Kerangka Teori

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku K3

Variabel Individu Kemampuan dan Keterampilan mental serta fisik. Latar Belakang Keluarga, Tingkat Sosial, dan Pengalaman. Demografis

Umur, Asal usul, dan

Jenis Kelamin Perilaku K3 Individu Apa saja yang

diharapkan

Variabel Organisasi Sumber daya, Kepemimpinan, Imbalan, Struktur, dan

Desain Pekerjaan Variabel Psikologis Persepsi Sikap Keperibadian Pendidikan Belajar Motivasi Pengetahuan Persepsi Sikap Keinginan Kehendak Motivasi Niat Pengalaman Keyakinan Fasilitas Sosio-Budaya Keluarga Lingkungan Iklim Kerja Masyarakat Kerja Lokasi Kerja Atribut Kerja


(68)

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah karakteristik responden meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja responden yang berkaitan dengan perilaku keselamatan dan kesehatan kerja di area pengolahan. Selanjutnya akan diteliti hubungan pengetahuan dengan perilaku K3, persepsi dengan perilaku K3, sikap dengan perilaku K3, tingkat pendidikan dengan perilaku K3, jenis pekerjaan dengan perilaku K3, serta tempat kerja dengan perilaku K3.

Dalam skema kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1.

Kerangka Konsep Penelitian

Perilaku K3

Tempat Kerja Jenis Pekerjaan

Pendidikan Sikap Persepsi Pengetahuan


(69)

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Perilaku K3 Tindakan karyawan

yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di area pengolahan yang meliputi:

- Inisiatif - Birokratif

(struktural) - Tanggap - Patuh.

(Pasiak, 1999)

Kuesioner 0. Negatif (≤ 2) 1. Positif (> 2) Range = 0-4

Ordinal

2 Pengetahuan Banyaknya informasi yang dimiliki oleh karyawan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di area pengolahan yang meliputi:

- Pemahaman - Penerapan - Analisis - Sintesis - Penilaian

(Bloom, 1975)

Kuesioner 0. Rendah (≤ 6) 1. Tinggi (> 6)

Range = 0-12

Ordinal

3 Persepsi Pendapat, penilaian, dan penafsiran yang timbul dalam diri karyawan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di area pengolahan yang meliputi:

- Referensi - Pengalaman

(Krech, 1962)

Kuesioner 0. Negatif (≤ 6) 1. Positif (> 6)

Range = 0-12


(70)

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Slaka 4 Sikap Kecenderungan atau

kesiapan karyawan untuk melakukan tindakan sesuai keselamatan dan kesehatan kerja di area pengolahan yang meliputi:

- Kognitif - Afektif - Konatif

(Azwar, 2007)

Kuesioner 0. Negatif (≤ 6) 1. Positif (> 6)

Range = 0-12

Ordinal

5 Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang tamat ditempuh karyawan

(Widayatun 1999)

Kuesioner 1. Lulus SLTP 2. Lulus SLTA 3. Lulus PT

Ordinal

6 Jenis Pekerjaan

Pekerjaan / profesi yang dijalani sehari-hari oleh karyawan

(Azwar, 2007)

Kuesioner 1. Process Plant

2. Perencana pengolahan 3. Sianidator

4. Recovery

5. Pengolahan limbah

Nominal

7 Tempat kerja Unit atau bagian tempat karyawan bekerja

(Azwar, 2007)

Kuesioner 1. In door

2. Out door

Nominal

3.3. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian maka hipotesis yang dibuat adalah:

(a). Ada hubungan antara pengetahuan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.


(71)

(b). Ada hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

(c). Ada hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

(d). Ada hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

(e). Ada hubungan antara jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

(f). Ada hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.


(72)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross sectional yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran dengan mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, menggunakan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua objek penelitian diamati pada waktu yang sama.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor. PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor ini bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan emas dan perak, berlokasi di Bogor, Jawa Barat, tepatnya di desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung yang dapat ditempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan jarak 54 km dari pusat kota Bogor. PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor mempunyai luas Kuasa Penambangan (KP) 6.047 hektar yang berdekatan dan bahkan berada di bawah Taman Nasional Gunung Halimun, dengan rincian


(73)

Kawasan Taman Nasional 105 Ha, Hutan Lindung 275 Ha, Hutan Produksi 2.025 Ha dan selebihnya merupakan tanah milik di luar kawasan.

Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus tahun 2008 dengan melakukan pengamatan langsung dan tidak langsung. Kegiatan ini dilakukan setiap hari kerja, senin-jum’at dengan waktu pengamatan yang disesuaikan dengan keadaan pembimbing lapangan.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor tahun 2008 yang berjumlah 87 orang (karyawan tetap dan kontrak). Melihat bahwa jumlah populasi <100, maka jumlah sampel adalah jumlah populasi (Danim, 2007).

4.4. Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder didapat dari departemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang menyangkut identitas diri pekerja pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor tahun 2008 secara umum (NPP, nama, satuan kerja, jabatan, dan pendidikan terakhir) serta struktur organisasi kepengurusan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor tahun 2008. Kemudian data primer didapat dengan cara penyebaran kuesioner yang terstruktur, isi kuesioner berupa pertanyaan dan pernyataan dengan jawaban tertutup yang berkaitan denagn variabel yang diteliti. Sebelum melakukan penyebaran kuesioner, peneliti


(74)

melakukan uji validitas kuesioner demi mendapatkan hasil pertanyaan yang reliabel dan valid.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah berusaha seoptimal mungkin untuk mengurangi bias dengan membuat alat ukur yang sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Pernyataan dan pertanyaan dibuat sesederhana mungkin, kata dan kalimatnya sangat mudah dipahami sementara isinya memuat hal-hal normatif yang memang ada dalam lingkungan kerja sehari-hari dari responden. Selain itu juga telah dilakukan konsultasi mengenai validitas dan reabilitas kuesioner baik dengan pembimbing akademik maupun lapangan. Uji coba kuesioner juga telah dilakukan terhadap lima belas responden yang memiliki kemiripan karakteristik dengan populasi yang akan diteliti. Reabilitas yang didapat sebesar 0,0322, 0.0362, dan 0,0148. Ini menunjukkan bahwa hasil p value yang didapat < 0,05 atau dapat dikatakan bahwa pertanyaan tersebut sangat reabel.

4.5. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh akan diolah dengan program komputer. Beberapa proses yang akan dilakukan sebagai berikut:

4.5.1. Editing Data

Dilakukan editing untuk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah bersih yaitu data tersebut terisi semua secara konsisten ada relevansi dan dapat dibaca dengan baik. Hal ini dikerjakan dengan menilai setiap lembar kuesioner pada waktu penerimaan dari responden.


(1)

7. Dukungan pimpinan untuk keberhasilan program keselamatan dan kesehatan kerja:

a. Sangat penting b. Tidak diperlukan

8. Pelatihan para karyawan sesuai pekerjaan yang dilakukan, agar dapat bekerja sesuai prosedur yang berlaku:

a. Diperlukan b. Tidak penting

9. Menurut saya, karyawan yang bekerja ditempat yang berisiko terkena penyakit, a. Perlu dilakukan cek kesehatan sewaktu-waktu

b. Cek kesehatan setelah sakit

10. Menurut saya, semua data kesehatan para karyawan: a. Disimpan dan menjadi dokumen pertambangan b. Disimpan sendiri oleh karyawan

11. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di pengolahan:

a. Perlu b. Tidak perlu

12. Menurut saya, bekerja sesuai prosedur yang berlaku mempersulit pekerjaan.


(2)

IV. Pilih Satu Jawaban yang Sesuai Menurut Bapak/Ibu dan Beri Tanda (√) SS : Sangat setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju RR : Ragu-ragu

No. Pertanyaan SS S RR TS STS

1 Saya mendukung program keselamatan dan kesehatan kerja di pengolahan

2 Saya akan mengikuti semua program keselamatan dan kesehatan kerja di tempat saya bekerja

3 Saya akan mengikuti pelatihan yang diadakan untuk meningkatkan kemampuan kerja saya

4 Saya akan memeriksakan kesehatan saya secara rutin selama bekerja

5 Saya akan menegur rekan kerja saya yang tidak melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerjanya

6 Saya ikut bertanggung jawab atas keamanan tempat kerja saya

7 Tindakan yang tidak mengikuti prosedur kerja akan menimbulkan kecelakaan 8 Program keselamatan dan kesehatan

kerja sepenuhnya menjadi urusan para pimpinan pengolahan

9 Saya tidak perduli terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja si tempat saya bekerja


(3)

terjadi di tempat saya bekerja

12 Saya ikut bertanggung jawab secara moral terhadap kecelakaan yang terjadi di tempat saya bekerja

12 Keselamatan dan kesehatan karyawan hanya tanggung jawab masing-masing karyawan

V. Beri Tanda (√) Pada Kotak yang Bapak/Ibu Lakukan, Jawaban Boleh Lebih

Dari Satu!

1. Bila Bapak/Ibu bekerja di tempat yang dapat membahayakan kesehatan, yang dilakuan adalah:

Selalu mengikuti prosedur kerja Selalu memakai alat pelindung diri

Kadang-kadang memakai alat pelindung diri

2. Setelah bekerja di tempat yang dapat membahayakan kesehatan Bapak/Ibu, yang selalu dilakukan:

Langsung ganti pakaian kerja Membereskan tempat kerja Tidak perlu melakukan apa-apa

3. Untuk mendapatkan informasi baru tentang program keselamatan dan kesehatan, yang selalu Bapak/Ibu lakukan adalah:

Mencari informasi sendiri Menunggu diberitahu pihak lain Diberi tahu tanpa diminta


(4)

4. Bila terjadi kecelakaan/sakit akibat kerja di tempat Bapak/Ibu bekerja, yang selalu dilakukan adalah:

Mencatat untuk dokumentasi Membuat laporan tertulis Membiarkan saja

5. Dalam satu tahun terakhir, peristiwa yang pernah terjadi/dialami di tempat Bapak/Ibu bekerja adalah:

Tertular penyakit

Nyeri badan setelah bekerja Tertimpa benda jatuh

6. Setelah bekerja di pertambangan dalam satu tahun terakhir, manakah yang Bapak/Ibu sering alami:

Sakit kepala yang berat Merasa sangat lelah Stress akibat bekerja

7. Dalam dua tahun terakhir, ditempat Bapak/Ibu bekerja manakah yang pernah terjadi:

Kebakaran Sengatan listrik

Tumpahan bahan kimia

8. Dalam satu tahun terakhir, apakah dalam bekerja Bapak/Ibu pernah mengalami: Sering gagal dalam mengerjakan pekerjaan

Tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja Sering mengalami stress kerja


(5)

Denah Lokasi Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Faktor Individu Dan Shift Kerja Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Bagian Pengepakan Di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Cabang Medan Tahun 2004

1 37 66

Faktor - Faktor Yang Berperan Dalam Pelaksanaan Program Kerja Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3) Di PT. Sinar Oleochemical International Belawan Tahun 2003 - 2004

0 27 72

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH WISATAWAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEGITIGA EMAS PARIWISATA KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2001-2008

0 3 7

Peranan Satuan Kerja Sistem informasi Manajemen Pada PT. Aneka Tambang Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor Bogor-Jawa Barat

0 7 36

IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT ANTAM Tbk. UBPE PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT

1 7 82

GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI TERENCANA PADA PENGOPERASIAN WHEEL LOADER DI AREA TAMBANG PT. ANEKA TAMBANG Tbk. UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR BOGOR

7 114 82

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG FMIPA UNIMED.

3 20 30

EVALUASI FAKTOR KEBISINGAN YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DAN MEMPENGARUHI PERFORMANSI KERJA (Studi Kasus: PT. ANEKA TAMBANG EMAS PONGKOR Tbk).

0 2 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1983-2008.

0 1 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN TRANSMISI (UPT) PEKANBARU Oleh : Angga Ananda Putra Dan Ruzikna Abstrak - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PR

0 0 15