Tempat Kerja Responden Karakteristik Responden Analisis Univariat 1. Perilaku K3

Kabupaten Bogor sendiri membagi jenis pekerjaan dalam area pengolahan menjadi lima yaitu process plant, perencana pengolahan, sianidator, recovery, dan pengolahan limbah. Dari hasil penelitian yang dilakukan, ternyata tidak terdapat kesenjangan jumlah karyawan yang begitu berarti antara lima jenis pekerjaan tersebut. Karena jenis pekerjaan merupakan kesatuan alur dalam proses pengolahan, jadi diharapkan seluruh karyawan melakukan pekerjaan sesuai dengan ahlinya dengan jumlah yang relatif sama. Prosentasenya adalah 19 untuk perencana pengolahan, 27 sianidator, 29 recovery, 25 pengolahan limbah, dan 0 process plant karena tidak ada di tempat dan tidak diteliti. Pekerjaan karyawan area pengolahan yang bervariasi dari segi jumlah maupun jenisnya, dalam melaksanakan tugas selalu berhubungan dengan berbagai bahaya yang potensial. Jika tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan dirinya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas kerja Suma’mur, 1996. Melihat kondisi ini sudah sewajarnya karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor menjadi sasaran prioritas kesehatan dan keselamatan kerja.

6.2.7. Tempat Kerja Responden

Unit tempat kerja di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008 digolongkan menjadi dua kategori golongan besar yaitu in door dan out door. Jumlah pekerja dalam tempat kerja ini relatif seimbang dengan prosentase 48 untuk in door yang sebagian besar melakukan pemantauan dan pengukuran secara ilmiah dan 52 untuk out door yang sebagian besar melakukan pekerjaan di lapangan dengan tugas teknisasi mesin. Tidak ada unit penunjang maupun unit pendukung dalam tempat kerja ini. Artinya semua jenis pekerjaan yang ada sangat berperan. Ini memungkinkan pekerjaan yang berada di in door maupun out door mempunyai tugas dan wewenang yang sama pentingnya. Risiko yang dihadapi antara kedua tempat kerja itu pun relatif sama. Karena kejadian yang tidak diinginkan bisa saja terjadi dimanapun dan kapanpun tanpa sepengetahuan kita. Oleh karenanya kewaspadaan dalam melaksanakan pekerjaan sangat diperlukan sesuai perilaku K3 yang benar. 6.3. Karakteristik Responden Analisis Bivariat 6.3.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku K3 Dari hasil penelitian tampak proporsi prosentase responden pada masing-masing kategori dan tingkat perilaku menggambarkan proporsi yang relatif sama. Pada kategori berpengetahuan tinggi prosentase berkisar dari yang terendah adalah 80 dan tertinggi 94. Sedang untuk kategori yang berpengetahuan rendah prosentase berkisar dari yang terendah adalah 6 dan tertinggi 20. Setelah dilakukan uji kai-kuadrat didapatkan hasil dengan p value = 0,158 0,050. Dengan hasil uji diatas diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden yang rendah atau tinggi dengan perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008. Pada kategori pengetahuan tinggi, semakin tinggi tingkat perilaku K3 proporsi responden semakin besar. Sedangkan pada kategori berpengetahuan rendah semakin rendah tingkat perilaku K3 proporsi responden semakin kecil. Dengan kata lain luasnya pengetahuan responden tentang K3 di area pengolahan berbanding terbalik dengan perilaku kesehatan dan keselamatan kerjanya. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa perilaku responden tentang K3 tidak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Fakta ini menandakan bahwa luas atau sempitnya pengetahuan responden di area pengolahan tidak mempengaruhi perilaku K3. Kenyataan diatas tidak sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Adenan 1986 dalam buku Widayatun 1999 bahwa semakin luas pengetahuan seseorang maka semakin positif perilaku yang dilakukannya. Perilaku positif mempengaruhi jumlah informasi yang dimiliki seseorang sebagai hasil proses penginderaan terhadap objek tertentu. Selain itu tingkat perilaku mempengaruhi domain kognitif seseorang dalam hal mengingat, memahami, dan mengaplikasikan informasi yang dimiliki. Juga berpengaruh dalam proses analisis, sintesis, dan evaluasi suatu objek. Menurut Adenan 1986 dalam buku Widayatun 1999 juga bahwa pengetahuan diperoleh dari pendidikan formal atau pendidikan informal.

6.3.2. Hubungan Persepsi Dengan Perilaku K3

Dokumen yang terkait

Hubungan Faktor Individu Dan Shift Kerja Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Bagian Pengepakan Di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Cabang Medan Tahun 2004

1 37 66

Faktor - Faktor Yang Berperan Dalam Pelaksanaan Program Kerja Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3) Di PT. Sinar Oleochemical International Belawan Tahun 2003 - 2004

0 27 72

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH WISATAWAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEGITIGA EMAS PARIWISATA KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2001-2008

0 3 7

Peranan Satuan Kerja Sistem informasi Manajemen Pada PT. Aneka Tambang Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor Bogor-Jawa Barat

0 7 36

IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT ANTAM Tbk. UBPE PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT

1 7 82

GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI TERENCANA PADA PENGOPERASIAN WHEEL LOADER DI AREA TAMBANG PT. ANEKA TAMBANG Tbk. UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR BOGOR

7 114 82

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG FMIPA UNIMED.

3 20 30

EVALUASI FAKTOR KEBISINGAN YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DAN MEMPENGARUHI PERFORMANSI KERJA (Studi Kasus: PT. ANEKA TAMBANG EMAS PONGKOR Tbk).

0 2 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1983-2008.

0 1 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN TRANSMISI (UPT) PEKANBARU Oleh : Angga Ananda Putra Dan Ruzikna Abstrak - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PR

0 0 15