Representasi Religi pada Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra Indonesia di SMA

(1)

DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN

SASTRA INDONESIA DI SMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

AHMAD MAULANA 1111013000068

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

SMA.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan segala hal tentang religiusitas di dalam novel Bulan Terbelah di Langit Amerika dan relevansinya dengan pembelajaran sastra Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra dalam penelitian ini dimaksudkan dapat terjelaskan hal-hal religiusitas yang terdapat di dalam novel tersebut dengan mengaitkannya dengan kehidupan.

Berdasarkan penelitian, disimpulkan bahwa nilai religiusitas yang terdapat dalam novel tersebut ialah nilai ibadah, nilai akhlak, nilai amanah, nilai keteladanan, dan ikhlas. Selain itu, religiusitas terdapat dalam dimensi religi dan religi di dalam masyarakat. Penelitian ini memiliki relevansi dengan pembelajaran sastra Indonesia di sekolah, yaitu dapat memperbaiki karakter siswa menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan di dalamnya terdapat banyak pesan agama, pesan sosial, ataupun inspirasi pendidikan sehingga mampu membangun pribadi siswa lebih baik. Dengan demikian, penelitian pada novel Bulan Terbelah di Langit Amerika

mengenai segala hal tentang religi, dapat bermanfaat bagi para pembaca, baik guru maupun siswa. Serta penelitian ini dapat diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah.


(6)

High School.

The aim of this thesis with the intent able to describe everything about the religiosity of the novel Moon Cleft in the United State Sky and its relevance to the study of literature. The method used in this study is a qualitative approach to the sociology of literature. Sociological approach in the study of literature is intended to be explained religiosity matters contained in the novel by associating it with life .

Based on the research, it was concluded that the value of religiosity contained in the novel are religious values, moral values, values of trust, exemplary values, and sincere. In addition there is the religious dimension of religion and religion in society. This research has relevance to the teaching of Indonesian literature in schools, which can improve the character of the students become better . This is because in it there are many religious message, a social message, or inspiration education so that they can build better personal student. Thus, research on novel Moon Cleft in the American Sky on all matters of religion, it can be useful to readers, both teachers and students. As well as this study can be implemented in learning at school.


(7)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang

berjudul “Perwakilan Religi pada Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra dan Hubungannya dengan Pembelajaran Sastra Indonesia di SMA.” Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad Saw, karena berkat beliau lah kita berada di zaman yang penuh cahaya terang benderang ilmu pengetahuan dan jauh dari kebodohan.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Penulis pun sadar, skripsi yang telah penulis susun memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, doa, dan saran dari berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan FITK UIN Jakarta yang telah mempermudah dan melancarkan dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Makyun Subuki, M.Hum., sebagai ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia yang memberikan semangatnya dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi.

3. Jamal D. Rahman, M.Hum., sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu luang, nasihat, ilmu yang bermanfaat, dan arahan dengan sabar kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen FITK dan PBSI yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, selama penulis sebagai mahasiswa di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 5. Ucapan teristimewa kepada H. Mujeri dan Hj. Musriah sebagai kedua orang

tua penulis yang telah merawat, mendidik, dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Ucapan teristimewa kepada Hj. Muliah sebagai nenek penulis yang selalu membantu biaya pendidikan penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan


(8)

ii

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kiki Noffitri, seorang teman hidup yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat terbaik, yaitu Rully Pratistya, Ahmad Khudori, Noviana Nitami, dan Endah Sri Rahayu. Kalian telah tulus berbagi ide, gagasan, memberikan dukungan moral, dan pesan-pesan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman seperjuangan, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2011, khususnya PBSI B yang telah memberikan pengalaman hidup yang berharga serta semangat dalam penulisan skripsi ini.

10.Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan dikatakan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari hal tersebut, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bermanfaat terhadap kajian novel tentang religiusitas.

Jakarta, 20 September 2015

Penulis Ahmad Maulana


(9)

iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Hakikat Novel ... 7

B. Hakekat Religi dan Masyarakat ...11

C. Hakikat Pembelajaran Sastra ...31

D. Penelitian yang Relevan ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33

A. Metode Penelitian ... 33

B. Pendekatan Penelitian ... 34

C. Objek Penelitian ... 35

D. Sumber Data ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV REPRESENTASI RELIGI DALAM NOVEL BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA ... 38

A. Biografi Pengarang ... 38

B. Latar Belakang Lahirnya Karya ...40


(10)

iv

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN


(11)

Bahasa tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan salah satu fungsi bahasa yaitu untuk berkomunikasi kepada orang lain yang bertujuan untuk menyampaikan pesan. Wujud bahasa berupa lisan ataupun tulisan. Bahasa lisan merupakan suatu tuturan yang diujarkan manusia. Sedangkan bahasa tulisan merupakan tuturan yang disampaikan dalam bentuk sebuah tulisan. Bahasa lisan atau tulisan yang memiliki nilai estetika dapat disebut sastra dan bentuknya dikatakan sebagai karya sastra.

Karya sastra yang dihasilkan setiap penulis akan berbeda berdasarkan kreativitas dan imajinatif penulis. Ini mendefinisikan sastra bukan ilmu pasti seperti ilmu pengetahuan alam, karena akan terlihat perbedaan pendapat seseorang tentang sastra dan karya-karya yang dihasilkan. Sastra berbeda dengan ilmu eksak karena tidak mencakup satu aspek, tetapi mencakup semua aspek manusia dan alam keseluruhannya. Baik kehidupan sosial masyarakat ataupun hubungan ketuhanan.

Karya sastra yang mencakup seluruh aspek kehidupan salah satunya novel. Novel merupakan hasil karya kreatif penulis yang memiliki isi dan bahan cakupan yang begitu luas. Tak hanya pada satu tema, akan tetapi isi dan bahan yang terkandung dalam sebuah novel terdiri dari berbagai hal. Novel memiliki dua unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang terkandung di dalam karya tersebut. Unsur ini meliputi tema, latar, setting, alur, sudut pandang, dan tokoh, sedangkan unsur ekstrinsik meliputi latar belakang pengarang, masyarakat disekitar pengarang, kondisi sosial atau latar belakang pengarang dalam membuat karya tersebut.

Sebuah karya sastra, khususnya novel mengandung nilai cermin kehidupan manusia yang salah satunya yaitu nilai religi. Nilai religi yaitu


(12)

mengenai nilai ketuhanan. Religi sebagai sesuatu yang identik dengan hal yang berhubungan dengan ketuhanan, agama, hubungan manusia dengan manusia dan kepercayaan manusia terhadap suatu zat yang Maha Tinggi.

Kepercayaan kepada Tuhan merupakan suatu hal mutlak bagi manusia, akan tetapi terdapat manusia yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Keragaman kepercayaan terjadi karena manusia merupakan makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk hidup yang memiliki akal dan pikiran. Kepercayaan yang diyakini diantaranya Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan lain-lain.

Setiap negara memiliki jumlah pengikut agama yang berbeda-beda. Contohnya, di Indonesia mayoritas masyarakatnya memiliki kepercayaan terhadap Islam yang artinya kebudayaan dan deskripsi kehidupan di Indonesia berdasarkan kepercayaan Islam, terutama kegiatan-kegiatan dalam beribadah. Di Amerika Serikat mayoritas masyarakatnya memiliki kepercayaan terhadap agama Kristen, baik protestan maupun katolik,kehidupannya bebas dan hanya terikat terhadap perundang-undangan negara saja.

Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran sering kali salah menggunakan kelebihan mereka dalam memandang suatu kepercayaan/agama. Kesalahan penggunaan kelebihan itu menyebabkan terjadinya pergesekan-pergesekan paham tentang yang benar dan yang salah. Berdasarkan kesalahpahaman atas kepercayaan ketuhanan mereka, pihak yang salah tersebut membawa dirinya atas agama melakukan suatu tindakan yang tidak baik dan mencoreng nama agama tersebut di mata masyarakat umum di tempat tersebut. Perilaku segelintir pihak yang mengatasnamakan agama mengakibatkan masyarakat yang menganut agama tersebut menjadi korban, baik itu dalam sosialisasi maupun beribadah. Selain itu, yang menjadi korban tersebut bukan hanya dari agama yang sama melainkan juga berasal dari berbagai agama lain sehingga para


(13)

penganut agama lain mempunyai sudut pandang yang buruk terhadap agama tersebut. Walaupun terdapat segelintir pihak yang memiliki paradigma yang berbelok dari yang diajarkan Tuhan, masih banyak masyarakat yang menjalankan dan memiliki paradigma sesuai ajaran Tuhan yang diyakini dalam masing-masing agama.

Demikian juga dalam novel Bulan Terbelah di Langit Amerika

merupakan salah satu karya sastra yang mengangkat tema religi. Novel ini membahas mengenai masyarakat di barat yang tidak terlalu bisa menerima kehadiran Islam di dunia, terutama di Amerika Serikat setelah kejadian 11 September 2001. Novel ini menceritakan tentang Suami Istri yang bernama Rangga dan Hanum seorang muslim yang tinggal di negara barat. Hanum yang bekerja sebagai wartawan mendapat tugas baru yang berat dari

kantornya yang mengharuskannya menulis artikel berjudulkan “Akankah Lebih Baik Dunia Ini Tanpa Islam”.

Dalam novel tersebut, pengarang lebih banyak mendeskripsikan sisi religi sebagai posisi yang tak dapat terlepaskan dari kehidupan manusia, terutama agama Islam. Dunia tanpa adanya Islam tidak akan secerah dan lebih baik daripada saat ini. Novel ini diterbitkan Juni 2014 ditulis berdasarkan sebuah draft ketika di Amerika. Novel ini berbeda dengan 99 Cahaya di Langit Eropa yang merupakan perjalanan spiritual yang nyata dialami oleh pengarang dan menjadi best seller.

Bulan Terbelah di Tangit Eropa dikatakan sebagai novel dikarenakan terdapat cerita fiksi. Hal ini terlihat pada peristiwa setelah Hanum terjebak di dalam demonstrasi dan kebersamaan dengan Azima dan keluarganya. Novel ini telah mendapatkan penghargaan sebagai novel best seller.

Sebagai mahasiswa yang akan berkecimpung di dalam dunia pendidikan, peneliti sangat tertarik untuk menganalisis lebih lanjut bagaimana keberadaan agama atau religi dalam kehidupan sosial manusia di suatu tempat yang dituangkan dalam dua tokoh utama. Tokoh utama wanita mengalami perjalanan spiritual yang begitu lekat untuk


(14)

kehidupannya di suatu tempat yang kurang bisa menerima kehadiran agama yang dianutnya. Dibalik itu, Hanum berusaha mencari narasumber untuk kebenaran yang diyakininya. Berdasarkan pemaparan tersebut, adapun judul yang akan penulis ajukan adalah Representasi Religi Pada Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra Indonesia di SMA.

B. Identifikasi Masalah

Pada latar belakang skripsi yang telah disajikan, terdapat beberapa masalah utama. Untuk memudahkan penulis dalam menjelaskan masalah yang terdapat dalam latar belakang penulisan skripsi ini, maka penulis mengidentifikasi masalah tersebut. Identifikasi masalah berupa:

1. Novel merupakan sebuah karya sastra yang memiliki nilai estetika dan seharusnya diapresiasi oleh setiap insan.

2. Perilaku religiulitas yang terdapat di masyarakat terdapat berbagai macam, mulai perilaku fanatik hingga tidak menghargai ketuhanan bahkan mengabaikan.

3. Hubungan perilaku religi dengan pembelajaran sastra Indonesia di SMA.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, untuk membatasi masalah yang akan disajikan, peneliti akan memfokuskan penelitian ini berdasarkan judul skripsi yang telah disajikan. Penelitian ini difokuskan hanya pada representasi religi pada novel Bulan Terbelah di Langit Amerika untuk lebih memudahkan dan membatasi peneliti dalam meneliti hal religi atau pun agama serta dapat dihubungkan dalam pembelajaran siswa di SMA.

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah representasi religi pada novel Bulan Terbelah di Langit Amerika karya Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra? 2. Apa relevansi penelitian ini dengan pembelajaran sastra Indonesia di


(15)

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan representasi religi dalam novel Bulan Terbelah di Langit Amerika karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.

2. Untuk mengetahui relevansi representasi religi dengan pembelajaran sastra di SMA sehingga cocok digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan pembaca mendapatkan informasi dan manfaat mengenai tindakan yang mewakili religiusitas, adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap teori representasi yang sebelum-sebelumnya pernah dilakukan. Dengan demikian, adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca, pemerhati sastra, dan guru bahasa Indonesia bahwa berbagai hal religiusitas yang terdapat di dalam sebuah novel dapat dijadikan suatu bahan ajar yang baik dan inovatif. Selain itu dapat membantu memperbaiki kepribadian siswa untuk menjadi lebih baik.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara langsung atau pun secara praktis terhadap para guru bahasa Indonesia, pembaca sastra, dan pemerhati sastra maupun peneliti sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut ini merupakan manfaat praktis yang dapat bermanfaat untuk masyarakat terutama pembaca sastra, yaitu :

1. Memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih terkait hubungan religiusitas dengan karya sastra kepada pembaca.


(16)

2. Amanat yang disampaikan dalam novel yang telah diteliti, dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ataupun di dalam pendidikan.

3. Memberikan referensi kepada guru untuk menanamkan sifat religi dalam setiap pembelajaran ataupun kehidupan kepada siswa.


(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Novel

1. Pengertian Novel

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, novel merupakan karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.1

Beberapa pandangan para ahli yang menjabarkan hakikat novel sebagai berikut. 2

Pertama, R.J. Rees menjabarkan novel sebagai sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang. Tokoh dan perilakunya merupakan cerminan kehidupan dan digambarkan dalam suatu plot yang cukup kompleks.

Kedua, Eric Reader berpandangan novel merupakan sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa dengan panjang kurang lebih satu volume. Tokoh-tokoh dan sifatnya digambarkan sebagai cerminan kehidupan nyata dalam plot yang berkesinambungan.

Ketiga, berbeda dari dua pendapat sebelumnya, Jeremy Hawthorn, mengatakan novel merupakan sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang. Tokoh dan penokohannya merupakan cerminan kehidupan di masa kini ataupun di masa lampau yang digambarkan dalam satu plot yang cukup kompleks.

Keempat, J.S. Badudu dan Zain berpendapat bahwa, novel merupakan karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam

1Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,2008), hlm. 1008

2 Furqonul Aziz dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 1-2


(18)

kehidupan sehari-hari, tentang suka-duka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwanya, dan sebagainya.

Menurut Antilan Purba dalam buku Sastra Indonesia Kontemporer, Abrams berpendapat bahwa istilah novel berasal dari istilah novel dalam bahasa Inggris. Sebelumnya istilah novel dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Itali, yaitu novella, yang dalam bahasa German yaitu novelle). Novella diartikan sebuah barang baru yang kecil kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.

Saat ini, istilah novella atau novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah novelet (dalam bahasa Inggris novelette) yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek. Menurut Nurgiyantoro dalam buku Sastra Indonesia Kontemporer karya Antilan Purba.3

Berdasarkan pengertian novel di atas, maka penulis mengambil kesimpulan tentang pengertian novel. Novel merupakan sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang yang mengandung nilai-nilai kehidupan dan dicerminkan lewat tokohnya yang dituliskan dengan bahasa yang memiliki nilai estetika.

2. Unsur-Unsur Novel

Dalam penyusunan novel terdapat unsur-unsur yang membangun novel tersebut. Unsur pada novel terbagi ke dalam dua bagian, yakni unsur Intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik yaitu unsur yang terdapat di dalam novel tersebut, sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur yang terdapat di luar novel.

Berikut ini merupakan unsur intrinsik dari sebuah novel.


(19)

a. Tema

Tema adalah gagasan (makna) dasar umum yang menopang sebuah karya sastra sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak secara berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit.4 Menurut Wahyudi Siswanto, tema adalah ide yang mendasari cerita. Tema berperanan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya.5 Berdasarkan kedua pendapat tersebut tentang tema, terdapat suatu kesamaan tentang pengertian tema itu sendiri yaitu suatu gagasan yang menjadi dasar utama dalam suatu cerita.

b. Alur (Plot)

Menurut Abrams, alur ialah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Sudirman mengartikan alur sebagai jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu.6 Selain

pengertian akan alur (plot), alur (plot) terbedakan dalam lima tahapan, yaitu

1) Tahap penyituasian, tahap utama yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama menjadi landasan cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

2) Tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan.

4 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2013), hlm. 115

5 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), hlm. 161 6 Ibid., hlm. 159


(20)

3) Tahap peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. 4) Tahap klimaks, konflik atau pertentangan yang terjadi,

yang dilakukan dan atau yang ditimpahkan kepada para tokoh cerita mencapai intensitas puncaknya.

5) Tahap Penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Pada tahap ini berkesesuaian dengan tahap akhir di atas.7

c. Latar

Menurut Abrams, latar atau setting yang disebut juga sebagai landa tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.8

d. Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita. Sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan, ini lah yang dikemukakan oleh Aminuddin.9

e. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah tempat seorang sastrawan memandang ceritanya. Dari tempat itulah sastrawan bercerita tentang tokoh, peristiwa, tempat, waktu dengan gayanya sendiri.10

f. Gaya Bahasa

Menurut Aminuddin, Gaya bahasa adalah cara seorang

pengarang menyampaikan gagasannya dengan

menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta

7 Burhanudin Nurgiyantoro, op. cit., hlm 209-210 8 Ibid., hlm. 302

9 Wahyudi Siswanto, op.cit., hlm. 142 10 Ibid., hlm. 151


(21)

mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.11

g. Amanat

Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, serta pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.12

B. Hakekat Religi dan Masyarakat

1. Pengertian Religi

Mangunwijaya menyatakan pada awal mulanya, segala sastra merupakan religius. Istilah religiositas lebih digunakan dibandingkan agama atau religi.13

Agama menunjukkan kepada kelembagaan ketakwaan kepada Tuhan atau dunia akhirat dalam aspek resmi, yuridis, peraturan dan hukum serta keseluruhan organisasi tafsir kitab suci dan sebagainya yang meliputi segi kemasyarakatan. Sedangkan religiositas lebih terhadap aspek di dalam lubuk hati, suara getaran nurani pribadi, dan sifat personal yang mengandung misteri bagi orang lain karena mengandung intimitas jiwa. Religiositas pada dasarnya lebih mendalam dibandingkan agama yang tampak, formal dan resmi, karena religiositas lebih bergerak dalam paguyuban yang memiliki ciri yang lebih intim.14

Religion is a doubly rich and complex phenomenon. Not only has it the complexity indicated by this need to hold together is outer and inner aspects, but it also has existed and exists in avariety of forms of faith.15

11 Ibid., hlm. 159 12 Ibid., hlm. 162

13 Mangunwijaya, Sastra dan Religiusitas, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), hlm. 11 14 Ibid., hlm 12

15 Ninian Smart, The Religious Experience Of Mankind, (America: Charles Scribner’s Sons, 1984), cet ke-3, hlm. 3


(22)

Religi adalah hal yang melebihi kekayaan dan perwujudannya kompleks. Bukan hanya memiliki itu, kompleksitasnya ditunjukkan pada kebutuhan pegangan bersama untuk aspek dalam dan luar diri, tetapi religi telah mengeluarkan beragam bentuk keimanan.

Menurut Subijantoro Atmosuwito, pada The World Book Dictionary kata religiousity berarti religious feeling or sentiment

atau perasaan keagamaan. Religi diartikan lebih luas daripada agama. Dahulu kata religi menurut asal katanya berarti ikatan atau pengikatan diri. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertiannya lebih pada masalah personalitas, hal pribadi.

Menurut Fowler, yang dimaksud dengan “perasaan

keagamaan ialah segala perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan. Perasaan dosa (guit feeling), perasaan takut (fear to God), kebesaran Tuhan (God’s Glory) adalah sedikit contoh tentang

perasaan keagamaan”.16

Religi memang dikatakan yaitu kepercayaan akan adanya Tuhan dan ini pun hampir sama dengan pengertian James Fowler walau terdapat sudut pandang berbeda dalam kepercayaan. Menurut James Fowler kepercayaan ekstensial adalah sebagai suatu legiatan

“relasional”, sebagai “berada dalam relasi dengan sesuatu”.17

Menurut Fowler, kepercayaan tidak identik dengan agama, agama diartikan secara sempit, yaitu sebuah tradisi kumulatif yang bersifat historis, budaya, dan kultus di mana suatu masyarakat tertentu melalui khazanah simbol, upacara, norma etis dan ekspresi estetis secara resmi, umum, dan terlembaga mengungkapkan gambaran

tentang realitas transenden. Fowler mengakui “kepercayaan

16 Subijantoro Atmosuwito, Perihal Sastra dan Religiusitas Dalam Sastra, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 123-124

17 James W. Fowler, Teori Perkembangan Kepercayaan, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Dialih bahasakan oleh Agus Cremers, hlm. 21


(23)

ekstensial” berupa “kepercayaan religi” yang terungkap dan

terwujud lewat perantaraan lembaga sistem keagamaan.

Belief atau kepercayaan menunjuk pada aspek kognitif dan

“objektif” pada kepercayaan, pada isi kepercayaan yang diyakini

sebagai hal yang benar. Belief atau kepercayaan, sebagai isi kognitif keyakinan religius menyangkut simpanan kebenaran dan keseluruhan kebenaran wahyu sebagai dasar objektif bagi pengertian keagamaan. Sedangkan Faith atau kepercayaan ekstensisal meliputi cara percaya kita, yaitu kegiatan menciptakan arti akhir sebagian dan menyeluruh yang bersumber pada perasaan hati.

Jadi, berdasarkan pendapat Fowler, kepercayaan ekstensial sebagai kepercayaan religi walaupun agama tidak diidentikkan dengan kepercayaan. 18 Tetapi agama juga merupakan bagian dari

kepercayaan.

Pernyataan Fowler tentang kepercayaan tidak diidentikan dengan agama adalah benar berdasarkan definisi kepercayaan atau keyakinan. Kepercayaan adalah suatu perasaan manusia bahwa apa yang diyakininya adalah benar.19 Sedangkan defini agama menurut

Emile Durkheim adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal suci.20

Konsep religi Glock & Stark, yaitu bentuk keberagamaan seseorang bukan hanya pada satu atau dua dimensi saja, akan tetapi mencoba memperhatikan segala bentuk dimensi.21

Kata religiusitas berasal dari bahasa latin “relegare” yang

berarti mengikat secara erat atau ikatan kebersamaan. Religiusitas merupakan sebuah ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku dan ritual.

18 Ibid., hlm. 22-23

19 Rusmin Tumanggor dan Kholis Ridho, Antropologi Agama, (Jakarta: UIN Press, 2014), hlm. 17

20 Ibid., hlm. 16

21 Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami; Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet. 2, hlm. 80


(24)

Definisi lainnya mengatakan bahwa religiusitas merupakan sebuah proses untuk mencari sebuah jalan kebenaran yang berhubungan dengan sesuatu yang sakral atau dengan kata lain proses kehidupan dalam mencari jalan kebenaran untuk mengetahui tujuan hidup.22

Berdasarkan pengertian religi di atas, bahwa religi ialah suatu kepercayaan kepada Tuhan yang berkaitan dengan hal-hal tentang ketuhanan bukan hanya agama saja walaupun agama termasuk di dalamnya.

2. Nilai Religi pada Karya Sastra

Sebuah karya sastra di dalamnya terdapat beragam nilai-nilai yang menggambarkan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada semua pembaca termasuk pemerhati sastra. Nilai yang terkandung di dalam karya sastra salah satunya nilai religi.

Terdapatnya nilai religi dalam sebuah karya sastra dapat menjadi sebuah nilai tambah untuk karya sastra selain nilai lainnya yang disampaikan seperti nilai sosial, nilai moral, nilai kebudayaan atau pun nilai lainnya. Nilai religi terdapat dalam sebuah karya sastra dimaksudkan agar pembaca dapat merasakan spiritualisme dan mendidik untuk menuju kehidupan yang lebih baik berdasarkan tuntunan ajaran agama. Selain itu nilai religi di dalam sebuah karya sastra dapat menggambarkan keadaan religiusitas yang dialami oleh penulis itu sendiri karena sang penulis ingin menyampaikan keadaan religiusitas dan spiritualitas yang dia pernah alami.

Seorang sastrawan dapat menyampaikan pikiran, gagasan, pengalaman, dan perasaan yang dia alami ke dalam karya sastra yang

22Ahmad Thontowi, “Hakekat Religiusitas”,

http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/hakekatreligiusitas.pdf , diunduh pada 30 Juni 2015, pukul 09.00 WIB


(25)

dia ciptakan untuk diketahui, dibaca, diamati, dan dirasakan oleh para pembaca karya sastra. Selain itu, segala yang dituangkan penulis dalam karyanya termasuk nilai-nilai yang ada dapat mempengaruhi pembaca.23 Maka dengan terdapatnya nilai religius di dalam karya sastra dapat memberi pengalaman religi yang lebih baik kepada para pembaca. Tujuannya untuk membuat pembaca menjadi sosok pribadi yang lebih mulia dibandingkan sebelumnya sesuai ajaran agama.

Pengalaman religi yang disampaikan oleh penulis di dalam karyanya bukan hanya sekadar pengalaman saja, tetapi juga berdasarkan kedalaman keagamaan yang diyakini. Banyak karya sastra, salah satunya puisi yang menunjukkan unsur, nilai, pengalaman religiusitas akan tetapi tidak menonjolkan identitas suatu agama. berdasarkan hal tersebut, manusia termasuk sastrawan ataupun penyair dapat mengatasi segala perbedaan agama, suku, bangsa, dan negara. Sastra yang bersifat universal sehingga dapat menyerap nilai-nilai religi ataupun sifat ketuhanan sehingga dapat dirasakan oleh segala kalangan pembaca.24

Nilai religi di dalam sebuah karya sastra bukan hanya mengenai sebuah pengalaman religiusitas yang berdasarkan agama saja, tetapi lebih dari hal tersebut. Walaupun bukan berdasarkan agama saja, agama tetap menjadi bagian nilai religi.

Agama dan sastra merupakan suatu hal yang berbeda, tetapi saling terkait ibarat dua sisi logam yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan. Agama tanpa adanya bahasa dan sastra yang memiliki nilai estetik akan terasa berbeda, maka dari hal tersebut agama membutuhkan bahasa dan sastra sebagai pencatat segala ajaran yang

23 Ahmad Muzakki, Kesusastraan Arab Pengantar Teori dan Terapan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2006), hlm. 83


(26)

terdapat di dalamnya serta menyampaikannya kepada manusia, mengingat agama adalah sebuah ajaran yang berharga. Agama sudah dekat dan memerlukan sastra sudah terbukti dengan sejarah yang terjadi, terutama saat sebelum datangnya Islam. Keduanya sama-sama membutuhkan inspirasi serta keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mendidik manusia ke arah yang lebih baik. Agama mengajarkan dengan ajaran-ajaran suci, serta sastra mengajarkan dengan perasaan yang benar serta perkataan dan imajinasi yang indah.25

Sastra dan agama memiliki hubungan saling keterkaitan, terutama tujuan yang sama untuk lebih mendidik manusia ke arah yang lebih baik menjadi salah satu nilai positif terhadap nilai religi di dalam karya sastra. Maka dari hal tersebut, terdapatnya nilai religi di dalam sebuah karya sastra sangatlah baik untuk para pembaca karena dapat berdampak positif untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Berikut merupakan jenis-jenis nilai religi, yaitu : Nilai Ibadah, Nilai Ruhul Jihad, Nilai Akhlak dan Kedisiplinan, Keteladanan, dan Nilai Amanah dan Ikhlas. 26

a. Nilai Ibadah

Kata ibadah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari

mashdar ‘abada yang berarti penyembahan. Sedangkan secara istilah berarti khidmat kepada Tuhan, taat menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Jadi ibadah adalah ketaatan dan kepatuhan manusia kepada Tuhan yang

25 Ibid., hlm. 84

26Muhammad Faturrohman, “Kategorisasi Nilai Religius”,

http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/11/12/kategorisasi-nilai-religius/, diunduh pada 14 September 2014, pukul 17.30 WIB


(27)

diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari misalnya sholat, puasa, zakat, dan lain sebagainya.

b. Nilai Ruhul Jihad

Kata Ruhul Jihad berasa dari bahasa arab artinya adalah jiwa yang mendorong manusia untuk bekerja atau berjuang dengan sungguh-sungguh. Hal ini dilandasi adanya tujuan hidup manusia yaitu hablum minallah dan hablum minannas. Adanya komitmen ruhul jihad di dalam kehidupan, maka aktualisasi diri dan unjuk kerja selalu didasari sikap berjuang dan ikhtiar dengan sungguh-sungguh.

c. Nilai Akhlak dan Kedisiplinan

Akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluq, artinya perangai, tabiat, rasa malu dan adat kebiasaan. Menurut Quraish

Shihab, “Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang

biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan bahkan agama),

namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam al Qur’an. Yang

terdapat dalam al Qur’an adalah kata khuluq, yang merupakan bentuk mufrad dari kata akhlak.

Akhlak adalah perilaku yang terdapat pada diri manusia dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari hal tersebut, akhlak merupakan cerminan keadaan jiwa seseorang. Apabila akhlak yang dimiliki akhlak mahmudah, maka jiwa pun akan baik dan sebaliknya, bila akhlak madzmumah, maka jiwa pun tidak baik. Sedangkan kedisiplinan itu termanifestasi dalam kebiasaan manusia ketika melaksanakan ibadah setiap hari. Semua agama mengajarkan suatu amalan terhadap setiap pengikutnya sebagai aktifitas yang dilakukan secara rutin dan


(28)

merupakan sarana penghubung manusia terhadap Tuhan serta terjadwalkan secara rapi. Jika manusia melaksanakan ibadah secara tepat waktu dan tidak ditinggalkan, maka secara tidak sadar telah tertanam nilai kedisiplinan dalam diri seseorang. Lalu apabila dilaksanakan secara rutin, tepat waktu, serta ikhlas, maka akan menjadi sebuah kebudayaan yang mengandung nilai religius.

d. Keteladanan

Pada dunia pendidikan, guru merupakan cermin dari nilai keteladanan, dikarenakan guru ialah tonggak yang akan ditirukan siswa diluar orang tua mereka di rumah. Nilai keteladanan tercermin dari perilaku guru. Keteladanan merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan dan pembelajaran. Seperti yang dikatakan al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip Ibn Rusn, kepada setiap guru untuk senantiasa menjadi teladan dan pusat perhatian bagi muridnya. Ia harus mempunyai karisma yang tinggi. Ini merupakan faktor penting yang harus ada pada diri seorang guru. Sebagaimana perkataannya dalam kitabnya Ayyuha al-Walad.

Dalam menciptakan budaya religius di lembaga pendidikan, keteladanan merupakan faktor utama penggerak motivasi peserta didik. Keteladanan harus dimiliki oleh guru, kepala lembaga pendidikan maupun karyawan. Hal tersebut dimaksudkan agar para peserta didik menjadi lebih baik.

Pada lingkungan sekitar, nilai teladan bisa kita raih dari siapapun sosoknya. Nilai teladan yang terdapat di lingkungan kita karena berkat ajaran semua agama untuk berbuat baik. e. Nilai Amanah dan Ikhlas


(29)

Secara etimologi amanah artinya dapat dipercaya serta dalam konsep kepemimpinan amanah disebut juga dengan tanggung jawab. Pada konteks pendidikan, nilai amanah harus dipegang oleh seluruh pengelola lembaga pendidikan, baik kepala lembaga pendidikan, guru, tenaga kependidikan, staf, maupun komite di lembaga tersebut.

Nilai amanah merupakan nilai universal. Dalam dunia pendidikan, nilai amanah paling tidak dapat dilihat melalui dua dimensi, yaitu akuntabilitas akademik dan akuntabilitas publik. Dalam kehidupan sosial, nilai amanah merupakan suatu hal yang kongkrit karena secara hubungan sosial atau individu sangat berpengaruh.

Nilai penting lainnya yang untuk ditanamkan dalam diri peserta didik adalah nilai ikhlas. Kata ikhlaş berasal dari kata

khalaşa yang berarti membersihkan dari kotoran. Pendidikan harus dilandaskan pada prinsip ikhlas, sebagaimana perintah membaca yang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw yang terdapat pada awal surah al-alaq yang dikaitkan dengan nama Yang Maha Pencipta. Perintah membaca yang dikaitkan dengan nama Tuhan yang Maha Pencipta tersebut merupakan indikator bahwa pendidikan harus dilaksanakan dengan ikhlas.

Nilai ikhlas pada kehidupan bermasyarakat adalah suatu hal yang penting, terutama sikap saling membantu terhadap sesama. Selain itu, nilai ikhlas harus ditanamkan agar dapat menerima segala kejadian yang terjadi. Dan segala amalan perbuatan yang diajarkan sesuai ajaran agama masing-masing kita lakukan dengan ikhlas karena Tuhan. Jika niat seseorang dalam beramal adalah semata-mata mencari ridho Allah, maka


(30)

niat tersebut termasuk ikhlas yaitu murni karena Allah semata dan tidak dicampuri oleh motif-motif lain.

Nilai religi memang bertujuan untuk mengarahkan manusia agar menjadi lebih baik serta merasakan rasa spiritualitas di dalam dirinya dapat membantu membuat kebutuhan manusia yang sering kali bisa menjadikan manusia berperilaku kurang baik menjadi lebih baik. Menurut Zakiah Daradjat, kebutuhan manusia terbagi atas 2 pokok, yaitu: a) Kebutuhan primer ( seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain). b) Kebutuhan jiwa atau sekunder yang terdiri dari rohani dan sosial. Beliau kemudian membagi kebutuhan sekunder menjadi 6 macam, yaitu : 1) kebutuhan akan rasa kasih sayang, 2) kebutuhan rasa aman, 3) Kebutuhan akan rasa harga diri, 4) kebutuhan akan rasa bebas, 5) kebutuhan akan rasa sukses, dan 6) kebutuhan rasa ingin tahu.

Selain enam kebutuhan di atas, masih terdapat satu kebutuhan sekunder lagi yang perlu diperhatikan oleh manusia, yaitu kebutuhan agama. Seperti yang diketahui, manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Tuhan karena dapat berpikir dan meneliti suatu masalah, akan tetapi manusia masih memiliki kekurangan yang diberikan yaitu rasa bimbang dan bingung atas hidupnya. Maka dari itu manusia pun memerlukan kebutuhan agama.27

Dengan adanya nilai religi pada karya sastra yang memiliki tujuan mulia, diharapkan dapat memberikan kebaikan kepada para pembaca dan penikmat sastra dari segala kalangan. Ini bertujuan agar semuanya dapat meresapi dan merasakan nilai-nilai religi yang

27 Jalaludin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), Cet. Kedua, hlm 69-70


(31)

terdapat di dalam sastra di dalam diri mereka. Nilai-nilai religi tersebut yang telah dirasakan setelah membaca karya sastra, dapat teraktualisasikan dalam kehidupan mereka hingga mereka merasakan terpenuhi segala kebutuhan jiwanya dan dapat menjadi manusia yang lebih baik serta berguna.

3. Dimensi Religiusitas

Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan manusia dalam berbagai sisi kehidupan. Aktivitas beragama seseorang bukan hanya ketika dia beribadah tetapi dapat terwujudkan dalam berbagai kegiataan lainnya yang didorong oleh kekuatan supranatural. Aktivitas keberagamaan seseorang bukan hanya saja yang berwujud dan terasa indra manusia, tetapi aktivitas yang tak terwujudkan serta tak tampak dan terjadi di hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai sisi atau dimensi kehidupan.

Menurut Glock & Stark dimensi keberagamaan atau religiusitas terbagi ke dalam lima macam, yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktik agama (ritual), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial), dan dimensi pengetahuan agama (intelektual).

Untuk mengetahui kelima dimensi yang telah dikatakan oleh Glock & Stark, kita harus mengetahui masing-masing dari dimensi terebut walaupun tidak terlalu dalam mengetahuinya. Berikut di bawah ini penjelasan tentang kelima dimensi di atas, yaitu

Pertama, dimensi keyakinan. Dimensi ini berisikan pengharapan dari setiap insan yang religius yang berpegang teguh pada pandangan teologis dan membenarkan atau mengakui doktrin setiap ajaran agama. Setiap ajaran agama memiliki seperangkat kepercayaan bahwa pengikutnya atau orang yang meyakini


(32)

agamanya akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan bukan hanyalah di antara agama-agama, tetapi sering berada di antara tradisi-tradisi di dalam agama yang sama.

Kedua, dimensi praktik agama. dimensi ini mencakup bentuk perilaku manusia dalam peribadatannya kepada Tuhan. Dimulai perilaku pemujaan, ketaatan, dan tindakan lain sebagai komitmen dan kesetiaan terhadap agama yang dianutnya. Praktik keagamaan terbagi pada dua kelas penting, yaitu:

a) Ritual, mengacu kepada seperangkat upacara keagamaan, tindakan formal, dan praktik ibadah.

b) Ketaatan. Ketaatan dan ritual merupakan dua hal yang penting walaupun memiliki perbedaan kepentingan. Ritual lebih mengacu kepada praktik ibadah, sedangkan ketaatan dalam menjalankan ibadah.

Ketiga, dimensi pengalaman. Dimensi ini mencakup pengalaman keagamaan, perasaan, perspektif, dan sensasi yang dirasakan seseorang atau kelompok keagamaan yang kemudian dideskripsikan atau didefinisikan dengan esensi ketuhanan yaitu keterkaitan dengan Tuhan.

Keempat, dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada tentang pengetahuan-pengetahuan penganut suatu agama terhadap ritual-ritual, sejarah agama, isi kitab suci, dan tradisi-tradisi agama yang dianutnya walaupun yang diketahuinya baru hanya sekadar dasar-dasarnya. Diharapkan dengan mengetahui pengetahuan agama, para penganut agama akan semakin meyakini agama yang dipercayainya.

Kelima, dimensi pengamalan atau konsekuensi. Dimensi ini berbeda dengan dimensi keempat yang telah dijelaskan sebelumnya.


(33)

Pada dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibat dari keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan keagamaan dari hari ke hari. Agama memang memerintahkan manusia untuk berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi tidak diketahui batas konsekuensi agama dari komitmen kita terhadap agama.28

Menurut Verbit, komponen religiusitas terbagi menjadi enam. Keenam komponen tersebut adalah: ritual, doctrin, emotion, knowledge, ethics, dan community. 29

1) Ritual yaitu aktivitas yang dapat dilakukan secara sendiri maupun bersama dalam upacara keagamaan.

2) Doctrin yaitu ajaran sebuah keyakinan akan suatu hal yang menegaskan hubungan manusia dengan Tuhan.

3) Emotion yaitu perasaan yang dirasakan manusia seperi kagum, cinta, takut, dan sebagainya.

4) Knowledge yaitu pengetahuan tentang ajaran agama yang diyakini, ayat – ayat kitab suci masing-masing agama dan prinsip - prinsip suci agama.

5) Ethics yaitu aturan-aturan untuk membimbing perilaku interpersonal dalam membedakan hal yang benar dan hal yang salah serta hal yang baik dan hal yang buruk.

6) Community yaitu hubungan manusia dengan makhluk atau individu yang lain yang saling terhubung menjadi sebuah kelompok.

Berikut ini dimensi religi yang dinyatakan oleh Marxim, yaitu The Ritual Dimension, The Mythological Dimension, The Doctoral

28 Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, op. cit., hlm. 76-78 29 Ahmad Thontowi, op. cit., diunduh pada 30 Juni 2015, pukul 09.45 WIB


(34)

Dimension, The Ethical Dimension, The Social Dimension, and The Social Dimension.30

The Ritual Dimension (Dimensi Ritual)

Religion tends in part to express itself through such rituals: through worship, prayers, offerings, and the like31

Agama cenderung sebagian untuk mengekspresikan diri melalui ritual seperti : melalui ibadah, doa, persembahan, dan sejenisnya. The Mythological Dimension (Dimensi Mitologi)

Some important comments need to be made about this mythological dimension. First, in accordance with modern usage in theology and in the comparative study of religion. Second, it is convenient to use the term to include not merely stories about God.32

Beberapa ulasan penting perlu dibuat tentang dimensi mitologis ini. Pertama , sesuai dengan penggunaan modern dalam teologi dan studi perbandingan agama. Kedua, akan lebih mudah untuk menggunakan istilah untuk menyertakan bukan hanya cerita tentang Tuhan.

The Doctrinal Dimension (Dimensi Doktrin)

Third, Doctrines are attempt to give system, clarity, and intellectual power to what is revealed through the mythological and symbolic language of religious fait and ritual.33

Ketiga, doktrin mencoba untuk memberikan sistem, kejelasan, dan kekuatan intelektual untuk apa yang terungkap melalui bahasa mitologis dan simbolis fait agama dan ritual.

30 Ninian Smart, op. cit., hlm. 6 31 Ibid., hlm. 6

32 Ibid., hlm 8 33 Ibid., hlm 8


(35)

The Ethical Dimension

Troughout history we find that religions usually incorporate a code of ethics. Ethics concern the behavior of the individual and, to some extent, the code of ethics of the dominant religion control community.34

Di luar sejarah kita menemukan bahwa agama biasanya memasukkan kode etik. Etika menyangkut perilaku individu dan, sampai batas tertentu, kode etik masyarakat kontrol agama dominan. The Social Dimension (Dimensi Sosial)

Religions are not just system of belief: they are also organizations, or part of organizations. They have communal and social significance.35

Agama bukan hanya sistem kepercayaan : mereka juga organisasi, atau bagian dari organisasi. Mereka memiliki signifikansi komunal dan sosial.

The Experiential Dimension

The dimension we have so far discussed would indeed be hard to account for were it not for the dimension with which this book centrally concerned : that of experience, the experiental dimension.36

Dimensi eksperiental sejauh ini dibahas memang akan sulit untuk dijelaskan kalau bukan karena buku ini terpusat pada : pengalaman , dimensi eksperiental.

34 Ibid., hlm. 9 35 Ibid., hlm. 9 36 Ibid., hlm. 10


(36)

Berdasarkan dimensi-dimensi religiusitas di atas, bahwa kajian objek religius bukan hanya pada kepercayaan kepada Tuhan, tetapi dapat dalam beberapa dimensi. Dimensi-dimensi religi dapat menjadi bentuk pengalaman yang disampaikan pengarang agar pembaca dapat merasakan nilai religi dalam karya sastra yang dikarang pengarang.

4. Pengertian Masyarakat

Berikut ini merupakan definisi masyarakat menurut beberapa ahli37 :

1. R. Linton, seorang ahli antropologi mendefinisikan masyarakat adalah kelompok manusia yang bekerjasama sehingga dapat mengorganisasikan sebagai kesatuan sosial dengan batas terntentu.

2. S.R.Steinmetz, seorang sosiologi bangsa Belanda mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia terbesar yang memiliki pengelompokkan manusia yang lebih kecil, serta memiliki hubungan erat dan teratur.

3. Hendropuspito mendefinisikan masyarakat kedalam tiga pengertian. Pertama, masyarakat adalah kesatuan terbesar manusia yang saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan kebudayaan yang sama. Kedua, masyarakat merupakan jalinan kelompok manusia yang saling mengait dalam kesatuan yang lebih besar. Ketiga, kesatuan tetap yang berasalkan orang-orang yang tinggal pada daerah tertentu dan saling bekerja sama dalam kelompok.

4. Koentjajaningrat mendefinisikan masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi berdasarkan sistem adat istiadat yang kontinyu dan terikat identitas.

37 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Islam, 2008), hlm. 126-128


(37)

5. Paul B. Horton mengatakan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama dalam waktu lama di suatu wilayah tertentu secara mandiri dan sebagian besar kegiatan dilakukan dalam kelompok.

Berdasarkan definisi para ahli, masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang hidup bersama dengan memiliki hubungan yang terkait dan saling bekerja sama.

5. Religi di dalam Masyarakat

Religi atau segala hal yang terkait tentang ketuhanan memang suatu hal yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sosial. Sosial merupakan hal yang berkenaan dengan masyarakat dalam segala perihal. Agama adalah bagian dari religi dan merupakan kepercayaan yang terdapat di dalam masyarakat sosial. Multi religi yang terdapat di masyarakat merupakan bukti bahwa agama atau religi tidak dapat terpisahkan dari masyarakat karena agama memiliki fungsi di masyarakat, salah satunya, yaitu fungsi Perdamaian.

Akan tetapi ada hal-hal yang menyebabkan masyarakat di belahan dunia ini tidak dapat menerima keberadaan suatu agama, dan menyalah tafsirkan atas ajaran agama yang dipelajarinya untuk kehidupan sosial. Salah tafsir tersebut menimbulkan kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan, seperti baru-baru ini masyarakat dikagetkan oleh masalah-masalah yang telah menimbulkan gejolak munculnya sentimen keagamaan. Dalam skala internasional adalah kasus pemuatan karikatur Nabi Muhammad SAW. Oleh harian

Jyllands-Posten di Denmark.

Menurut Jalaludin, sentimen secara etimologis diartikan sebagai semacam pendapat atau pandangan yang didasarkan perasaan yang berlebihan terhadap sesuatu yang bertentangan


(38)

dengan pikiran manusia. Sebagai gejala psikologis, sentimen mendeskripsikan luapan rasa tidak puas atau benci terhadap sesuatu yang menyalahi ataupun bertentangan dengan kondisi yang ada. Ataupun dianggap melecehkan sistem nilai yang ada dan oleh pendukungnya dianggap sebagai sesuatu yang benar dan harus dipertahankan. Rasa sentimen dapat berpengaruh menimbulkan luapan perasaan yang pada suatu tingkat tertentu dapat menimbulkan reaksi.38

Fungsi agama bukan hanya sebagai perdamaian, akan tetapi dapat berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas.

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam kesatuan yaitu Iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan akan membina rasa solidaritas serta kebersamaan dalam kelompok maupun perorang, bahkan dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada beberapa agama rasa persaudaraan itu bahkan dapat mengalahkan rasa kebangsaan.39

Fungsi agama yaitu sebagai pemupuk rasa solidaritas antar kaum beragama walaupun kepercayaan agama yang diyakini berbeda tetapi meyakini adanya Tuhan. Akan tetapi, fungsi agama belum terserap kepada semua lapisan masyarakat yang meyakini agama maupun tidak, sehingga timbul rasa kurangnya solidaritas serta tenggang rasa.

Contoh realita seperti yang telah dijabarkan. Kaum revolusioner barat sebagai buah karya revolusi Prancis masih setengah hati dalam menerima keberadaan agama, yaitu agama dianggap sebagai hal yang pribadi dan tidak masuk wilayah publik, serta tidak memungkinkan bersentuhan secara damai dengan ilmu

38 Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami perilaku dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), hlm. 244


(39)

pengetahuan positivisme. Namun, mereka menolak menghilangkan peran agama sepenuhnya. Akhirnya mereka pun untuk saling menghormati dan bersolidaritas kepada masyarakat yang lain, mereka memiliki solusi yaitu dengan membagi lahan kehidupan. Agama menurut mereka hanyalah urusan hati dan pribadi, sedangkan yang lainnya adalah wilayah kebebasan intelektual dan kemerdekaan bersama40 berdasarkan pernyataan tersebut, fungsi agama masih memiliki peran yang dapat mempengaruhi sebuah pemikiran sebuah kelompok.

Berikut ini merupakan salah satu contoh fungsi agama sebagai pemupuk solidaritas dan tenggang rasa tidak tertanamkan pada lapisan masyarakat. Weber berpandangan, aktifitas keagamaan yang dilakukan oleh kaum Yahudi merupakan model yang ditirukan oleh Islam untuk mengembangkan ide jihad sebagai kewajiban agama. Ide jihad yang dijadikan sebagai kewajiban beragama dianggap sebagai kombinasi khas suatu kelompok keprajuritan Arab yaitu ide ketuhanan yang universal atau secara menyeluruh, perang suci, dan penghambaan tiada tara, dengan tegasnya Islam dicerminkan tak lain sebagai agama prajurit atau agama perperangan.

Bagi Weber, Islam bukanlah agama keselamatan umat manusia, karena dalam prakteknya ia menggantikan penaklukan orang-orang kafir dengan tujuan-tujuan perpajakan demi

“evengelism tulen” (penyiaran agama).41 Pandangan Weber

mengenai Islam menunjukkan bahwa fungsi agama tidak

40 Yadi Purwanto, Epistimologi Psikologi Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), hlm. 44

41 Bryan S. Turner, Sosiologi Islam Suatu Telaah Analitis Atas Tesa Sosiologi Weber, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Buku Aslinya yaitu Weber and Islam oleh G. A. Ticoalu, hlm. 181


(40)

tertanamkan padanya. Weber tidak menghargai agama lain di luar agama yang diyakininya.

Telah disebutkan fungsi agama di atas, terdapat salah satu agama yang mengajarkan fungsi tersebut sebagai fungsi agamanya, yaitu Islam. Seluruh ajaran Islam ditujukan untuk kesejahteraan manusia. Namun khusus dalam bidang sosial, Islam menjunjung tinggi tolong-menolong, saling menasihati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat), tenggang rasa dan kebersamaan.42 Ajaran Islam di dalam bidang sosial menerapkan fungi perdamaian dan solidaritas antar umat beragama. Nasionalisme dalam Islam itu adalah salah satu hal yang penting. Ini terlihat dari, nasionalisme dalam Islam yang mengajarkan prinsip keadilan lintas agama dan hidup bermasyarakat dalam toleransi umat beragama dan nasionalisme dalam Islam menentang adanya pelecehan agama karena yang demikian akan menimbulkan suasana tidak sehat dalam hubungan antar umat beragama.43 Berdasarkan salah satu ideologi nasionalisme dalam

Islam, nasionalisme dalam Islam mengajarkan kita saling menghargai dalam keragaman perbedaan individu dan pilihan hidup. Berdasarkan fungsi agama yang merupakan keadamaian, pemupukan solidaritas, dan tenggang rasa, seiring para manusia yang kini sudah melakukan hal yang diajarkan agama di dalam kehidupan sosial, maka kini agama terutama Islam sudah mulai bisa diterima dengan baik di salah satu belahan dunia, yaitu Eropa dan Amerika. Maka dari hal tersebut, religi berperan penting dalam kehidupan sosial masyarakat dan saling menghargai perbedaan yang ada di masyarakat.

42 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 88 43 Eggi Sudjana, Islam Fungsional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm. 138 dan 139


(41)

C. Hakikat Pembelajaran Sastra

1. Pembelajaran Sastra

Pembelajaran sastra adalah pembelajaran yang mencoba mengembangkan kompetensi apresiasi, kritik, dan proses kreatif sastra. Pada pembelajaran sastra terdapat kompetensi apresiasi untuk mengasah kemampuan siswa yaitu kemampuan menikmati dan menghargai karya sastra. Pendidikan semacam ini, siswa diajak untuk langsung membaca, memahami, menganalisis, dan nmenikmati karya sastra secara langsung.44

Pembelajaran sastra mengajak siswa untuk memahami dan menganalisis berdasarkan bukti nyata yang ada di dalam karya sastra dan kenyataan di luar sastra. Selain itu, pembelajaran sastra juga mengajak siswa untuk mengembangkan sikap positif terhadap karya sastra. Pendidikan sejenis ini akan mengembangkan kemampuan pikir, sikap, dan keterampilan peserta didiknya.45

Pembelajaran sastra dianggap penting untuk siswa, terutama dapat menimbulkan sikap moral yang baik, keagamaan, dan khidmat terhadap Tuhan. Jika terdapat relevansi di antara keduanya, diharapakan rasa yang ditumbulkan sastra tersebut dapat teraplikasikan dengan baik di dalam pribadi siswa.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini berbeda dengan skripsi Syarifah Alawiyah yang

berjudul “Agama dan Interaksi Sosial Studi Kasus Relasi Aktivis Rohis

dan Aktivis Rohkris Dengan Pemeluk Agama Lain di SMA 79 Jakarta”. Dalam hal objek penelitian, objek pada skripsi tersebut adalah para murid SMA 79 Jakarta, sedangkan penelitian ini, yaitu novel Bulan Terbelah di Langit Amerika. Akan tetapi dari banyak perbedaan yang

44 Wahyudi Siswanto, op. cit., hlm. 168 45 Ibid., hlm. 169


(42)

terdapat antara penelitian ini dengan skripsi tersebut, terdapat relevansi pada keduanya yaitu agama mengajarkan moral yang baik dan menghargai orang lain yang berbeda kepercayaan. Itulah relevansi antara penelitian ini dengan skripsi tersebut.

Pada penelitian ini memiliki relevansi dengan beberapa skripsi,

yaitu skripsi Dimyati Usman yang berjudul “Nilai Religiusitas dalam

Novel Dosa Kita Semua Karya Motinggo Busye: Implikasi Terhadap

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA”. Pada skripsi

Dimyati Usman, nilai religiusitas yang terfokuskan pada kehidupan berkeluarga berdasakan pandangan religius. Pada skripsi ini, sisi religiusitas yang tertangkap jelas pada penyesalan seorang suami yang telah melalaikan istri dan anak-anaknya. Pada skripsi Ariyadih yang

berjudul “Nilai Religius Pada Novel Opera Van Gontor Karya Amroeh Adiwijaya dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra Indonesia”. Relevanasi judul skripsi peneliti dengan kedua skripsi tersebut, berupa persamaan hal religius yang merupakan analisisnya. Pada penelitian ini, objektifitas yang dikaji begitu berbeda dengan judul yang diajukan. Pada skripsi Ariyadih, seorang santri disebuah pesantren, yaitu di Pesantren Gontor dan analisisnya disesuaikan sekali dengan syarat-syarat sebuah novel dikatakan religi.

Pada skripsi Hildawati dengan judul “Nilai Religiusitas Islam Dalam Novel Atheis Karya Achdiat Karya Mihardja dan Implikasinya

Terhadap pembelajaran Sastra”, masih memiliki relevansi dengan judul skripsi yang diajukan yaitu kajian religius yang menjadi fokus penelitian dalam sebuah novel. Akan tetapi, terdapat perbedaan yakni objek yang dikaji serta titik fokus religi bisa terdapat sub-sub dalam nilainya.

Relevansi judul penelitian ini dengan beberapa skripsi yang telah dicantumkan, yaitu pada fokus religi sebagai subjek penelitian. Perbedaannya terdapat pada sub di luar religi dan objek-objek yang dikaji.


(43)

33

penelitian adalah suatu hal yang penting. Metode dalam penelitian merupakan cara memecahkan sebuah masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan berniat mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami dan menjelaskan data penelitian yang dikumpulkan, serta mengendalikan suatu keadaan. Metode penelitian juga merupakan cara kerja yang tepat untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran.1 Menurut Siswantoro, metode dalam sebuah penelitian memiliki peran sangat penting sebagaimana diungkapkan Hadari Nawawi, yaitu metode dapat menghindari kita dari cara memecahkan masalah dan berpikir yang spekulatif, selain itu metode dapat menghindari kita dari cara bekerja yang bersifat trial and error, dan meningkatkan sifat objektivitas kita dalam menggali kebenaran sebuah pengetahuan.2

Berdasarkan pernyataan Siswantoro dan Syamsuddin AR, metode merupakan suatu hal yang penting untuk penelitian. Metode dapat membuat kita sebagai peneliti tidak akan menganalisis sebuah masalah dengan kesalahan yang fatal serta dapat menggali kebenaran sebuah pengetahuan.

Penelitian ini termasuk penelitian sastra karena objek dan kajian utama penelitian ini terpusatkan pada karya sastra dan kajian yang terdapat di dalamnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sastra dan tipe metode yang

1 Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009) cet. 3, hlm. 14

2 Siswantoro, Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 56


(44)

digunakan metode kualitatif, hal ini disesuaikan dengan objek yang menjadi sasaran penelitian.

Menurut Suwardi Endraswara, “metode penelitian sastra adalah cara yang dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan

bentuk, isi, dan sifat sastra sebagai subjek kajian”.3 Sedangkan

Metode Kualitatif adalah penelitian yang dilakukan seusai hasil pemecahan masalah dengan penelitian kuantitatif tidak menemukan titik terang penyelesaiannya. Penelitian kualitatif bersikap deskriptif karena data yang dianalisisnya bukan lah untuk menerima atau menolak hipotesis seperti kuantitatif yang dapat menolak atau menerima hipotesis. Penelitian kualitatif hasil analisisnya berupa deskripsi objek yang diteliti, dan tidak harus selalu berupa angka-angka atau koefisien variabel. Penelitian kualitatif cenderung berkembang dan digunakan dalam ilmu sosial yang berhubungan dengan perilaku sosial atau manusia.4 Jadi

penelitian kualitatif akan penelitian sastra ialah penelitian yang menghasilkan data-data berupa deskriptif dalam bentuk kata-kata baik tulisan atau lisan dengan objek dan kajiannya yaitu sastra.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan dengan menyesuaikan pertanyaan-pertanyaannya.

Menurut Abrams pendekatan dalam penelitian sastra dapat dilakukan melalui empat macam, yaitu melalui pendekatan objektif, mimetik, ekspresif, dan pragmatik. Selain pendekatan yang dikemukakan oleh Abrams, terdapat pendekatan interdisiplin ilmu dalam pendekatan analisis penelitian. Pendekatan dalam

3 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi, (Jakarta: Buku Seru, 2013), hlm. 8

4 M. Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), cet. 3, hlm. 17


(45)

penelitian ini menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu, yaitu pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra ini digunakan peneliti karena ingin mengkaitkan kehidupan kemasyarakatan di dalam analisisnya. Untuk dapat menggunakan pendekatan sosiologi sastra dalam menganalisis penelitian dengan baik, sebelumnya kita harus mengetahui apa itu pendekatan sosiologi sastra itu sendiri.

Sosiologi sastra merupakan pendekatan penelitian sastra yang bersifat reflektif atau di luar kehendak peneliti. Pendekatan Sosiologi sastra berupa penelitian yang terfokus pada masalah manusia karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya.5 Menurut Heru Kurniawan, ia mengemukakan bahwa sosioologi sastra objek kajian utamanya merupakan sastra, yang berupa karya sastra, sedangkan sosiologi merupakan ilmu yang memahami gejala yang terdapat dalam sastra, baik penulis, fakta sastra, maupun pembaca yang menghidupi penulis, masyarakat yang dideskripsikan secara jelas, dan pembaca sebagai individu yang menghidupi masyarakat.6

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah novel karya Hanum Salsabila Rais yang dipusatkan pada novel Bulan Terbelah di Langit Amerika yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada dua objek, pertama yang berdasarkan novel Bulan Terbelah di Langit Amerika dan kedua berdasarkan buku, jurnal, dan data-data yang didapatkan dari secara online.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sebuah penelitian agar mendapatkan hasil pemecahan masalahnya dibutuhkan data-data untuk dianalisis. Data-data yang

5 Suwardi Endraswara, Op. Cit., hlm. 79

6 Heru kurniawan, Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 5


(46)

dibutuhkan untuk penelitian dikumpulkan dengan berbagai macam teknik pengumpulan disesuaikan penelitian yang dilaksanakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik kepustakaan.

Istilah studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah oleh para ahli, diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, dan tinjuan teoritis. Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk pada upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik penelitian. Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.7 Berdasarkan

pengertian tersebut, berbagai data yang dikumpulkan berupa artikel, catatan, buku, jurnal, dan yang bersumber dari internet.

F. Teknik Analisis Data

Setelah mengumpulkan data yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data, digunakan teknik-teknik untuk mempermudah peneliti melakukan tugasnya. Teknik analisis data bertujuan untuk mengungkapkan data yang terdapat di dalam objek penelitian, yaitu struktur data objek penelitian, representasi religiusitas, dan nilai-nilai religiusitas yang terdapat di dalam novel Bulan Terbelah di Langit Amerika karya

Hanum Salsabila Rais ke dalam suatu uraian sehingga dapat diambil kesimpulan tentang representasi religi di masyarakat dan nilai-nilai religi yang dilengkapi dengan data-data yang mendukung.

7 Atep Afia, “Studi Kepustakaan”, dosen.narotama.ac.id/wp-content/.../Modul-6-Studi-Kepustakaan-.doc diunduh pada 14 September 2014, pukul 21.00 WIB


(47)

Data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasi, dideskripsikan kemudian dianalisis berdasarkan topik masalah yang diangkat penulis.8 Berikut ini merupakan teknik analisis data yang digunakan :

1. Membaca secara kritis, lebih mendalam, dan diulang hingga beberapa kali secara teratur.

2. Mengelompokkan atau mengklasifikasi data berdasarkan topik penelitian, yaitu unsur intrinsik novel (tokoh/penokohan, alur, amanat, gaya bahasa, latar, tema, dan sudut pandang), deskripsi religiusitas di dalam masyarakat, serta nilai religi yang terdapat pada novel.

3. Mendeskripsikan struktur novel, segala religiusitas di dalam masyarakat dan nilai religi yang terdapat pada novel.

4. Menganalisis struktur novel, segala religiusitas di dalam masyarakat dan nilai religi yang terdapat pada novel.

5. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam skripsi.

6. Menyusun data hasil analisis

8Ariyadih, “Nilai Religiusitas Dalam Novel Opera Van Gontor Karya Amroeh Adiwijaya dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah” Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, hlm. 35, tidak dipublikasikan.


(48)

BAB IV

REPRESENTASI RELIGI DALAM NOVEL BULAN TERBELAH DI LANGIT

AMERIKA RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA

A.Biografi Pengarang

1. Hanum Salsabiela Rais

Hanum Salsabiela Rais merupakan putri kedua dari tokoh politik nasional, yaitu Amien Rais. Ia lahir, dibesarkan, dan menempuh pendidikan di Yogyakarta hingga meraih gelar doktor gigi dari Universitas Gadjah Mada. Ia mengawali karirnya bukanlah sebagai doktor gigi, melainkan sebagai jurnalis dan reporter-presenter di Trans TV.

Hanum telah menikah dengan pria bernama Rangga Almahendra. Setelah menikah, ia bersama sang suami sempat tinggal selama 3,5 tahun di Austria. Selama di Austria, ia mengenyam sebagai jurnalis dan video podcast film maker di Executive Academy Vienna, dan menjadi koresponden untuk detik.com selama 3 tahun.

Pada tahun 2013, Hanum terpilih menjadi duta perempuan mewakili Indonesia untuk Youth Global Forum di Suzuka, Jepang, yang dilaksanakan oleh Honda Foundation. Salah satu karya tulisnya, yaitu buku Berjalan di Atas Cahaya mendapat apresiasi buku dan Penulis Nonfiksi terfavorit 2013 oleh Goodreads Indonesia. Novel karyanya yang berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa

dijadikan film dengan judul yang sama dalam dua chapter. Skenario filmnya tersebut ditulis olehnya dan suaminya. Film tersebut mendapat apresiasi dari 1,8 juta penonton versi filmindonesia.id. film ini diputar di ajang Cannes, Bethesda Washington DC dan Melbourne Film Festival.

Hanum yang memiliki pengalaman sebagai jurnalis, dia menulis beberapa buku. Berikut ini buku-bukunya yang diterbitkan, yaitu 1) Menapak Jejak Amien


(49)

Rais: Persembahan Seorang Putri Untuk Ayah Tercinta(2010). Buku ini ditulis Hanum ditujukan untuk Ayah tercinta yaitu Amien Rais. Bukan hanya buku, ia menulis cerita dalam bentuk novel, yaitu 2) 99 Cahaya di Langit Eropa (2011). Novel ini kemudian dijadikan sebuah film dengan judul yang sama. 3) Berjalan di Atas Cahaya (2013), novel inilah yang mulai mencuat namanya menjadi penulis yang dikenal dengan begitu baiknya sehingga mendapat sebuah penghargaan. 4) Bulan Terbelah di Langit Amerika (2014).

Kini, pekerjaan sehari-harinya Hanum yaitu menjabat sebagai direktur PT. Arah Dunia Televisi (ADiTV), TV Islami modern di Yogyakarta. Ia pun dapat dihubungi melalui surat elektronik atau email hanumrais@gmail.com dan twitter @hanumrais. 1

2. Rangga Almahendra

Rangga Almahendra merupakan suami Hanum Salsabila Rais sekaligus teman

seperjalanan dan penulis novel Bulan Terbelah di Langit Amerika. Selama masa bersekolah, dia menamatkannya di Yogyakarta, kemudian berkuliah di Institut Teknologi Bogor dan gelar magisternya dia raih di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Keduanya diraihnya dengan predikat cum laude.

Rangga mendapatkan beasiswa S-3 di WU Vienna dari pemerintah Austria. Saat kuliah S-3 nya, dia mempresentasikan paper doktoralnya dalam

Strategic Management Conference di Washington DC dan Roma dan ini yang menjadikannya inspirasi kisah ini.

Pada tahun 2010, gelar doctor resmi diraih di bidang Internasional Business dan Management. Rangga tercatat sebagai salah satu dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di UGM Yogyakarta dan Johannes Kepler University. Saat ini bekerja sebagai Direktur utama AdiTV, Ikatan Alumni mahasiswa ITB yang

1 Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, Bulan Terbelah di Langit Amerika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), hlm. 339


(50)

berasal dari Yogyakarta, serta menjadi Manager of Office Internasional Affairs FEB-UGM. Rangga dapat dihubungi melalui surel ralmahen@yahoo.com dan twitter @rangga_alma. 2

B.Latar Belakang Lahirnya Karya

Sebenarnya novel Bulan Terbelah di Langit Amerika merupakan novel terbaru yang dikarang oleh Hanum pada tahun 2014. Awal karangan novel ini ketika Hanum dan suaminya diwawancarai oleh seorang penyiar radio yang membuat dirinya sadar. Sebuah pertanyaan membuat dirinya teringat pada suatu draf tulisan tentang perjalanan muhibah ke Amerika Serikat pada 2009 silam yang terabaikan. Draf buku tersebut lebih awal daripada 99 Cahaya di Langit Eropa, berdasarkan perjalanan ketika berkunjung ke New York dan Wasington DC selama 12 hari dan menyempatkan datang ke semua ikon duo kota besar tersebut.

Kisah dalam novel Bulan Terbelah di Langit Amerika merupakan perpaduan antara berbagai dimensi genre buku (drama, fakta sejarah, dan ilmiah, traveling, spiritual, serta fiksi).

Awal draf novel Bulan Terbelah di Langit Amerika adalah true story, namun mengingat suatu perjalanan bukan hanya untuk bercerita, Hanum berubah pikiran.

Beberapa cerita yang dituangkan dalam novel ini berasal dari inspirasi yang dilihat Hanum dan suaminya di jaringan media, online news, atau youtube. Banyak di antaranya juga berasal dari kisah nyata yang diceritakan oleh para mualaf dan narasumber terpercaya selama Hanum menjadi wartawan dan scholar di Eropa. Semua fakta sejarah, ilmiah, bangunan bersejarah, atau peristiwa yang disampaikan juga adaptasi dari kejadian sebenarnya.

Pada Februari-Mei 2014 Hanum bergegas mengerjakan draf “Amerika yang

belum ada judul” di tengah kesibukan sebagai dosen dan staf direksi PT. Arah Dunia


(51)

Televisi (ADiTV),TV islami modern di Yogyakarta serta pengerjaan film 99 Cahaya di Langit Eropa.3

C. Sinopsis Novel

Tokoh utama dalam novel ini adalah Hanum dan Rangga. Mereka berdua adalah sepasang suami isteri berkeyakinan Islam yang sedang tinggal di Eropa, lalu Amerika dikarenakan suatu perihal suaminya.

Hanum awalnya hanya di Eropa hanya berdiam diri saja di apartemen atau jalan-jalan menelusuri Eropa tanpa ada aktivitas yang membuatnya bersemangat, akhirnya dia memutuskan mencari pekerjaan dengan mengirimkan surat lamaran pekerjaan berdasarkan lowongan pekerjaan yang pernah diberikan temannya Fatma Pasha ke alamat surel yang terdapat pada koran. Akhirnya Hanum diterima dan menjadi seorang wartawan.

Pada suatu hari Rangga, suami Hanum mendapatkan ide untuk paper berikutnya setelah melihat berita tentang Philippus Brown, kemudian diajukan kepada dosennya yaitu Reinhard. Ide untuk paper Rangga disetujui oleh Reinhard bahkan Rangga diperintahkan untuk mempresentasikan pappernya di Amerika Serikat dan menjumpai Philippus Brown untuk memintanya memberikan perkuliahan singkat di kampusnya. Hanum pun mendapat tugas yang mencengangkan dari bos sekaligus sahabatnya, yaitu Gertrud. Hanum diperintahkan untuk menulis Artikel berjudulkan

“Akan Lebih Baikkah Dunia Ini Tanpa Islam?” yang mengharuskannya pergi ke

Amerika Serikat.

Saat di Amerika Serikat, Hanum dan Rangga sempat terpisah selama 2 hari. Hanum ketika sedang mewawancarai seorang demonstran yaitu Michael Jones mengalami insiden buruk sehingga membuatnya terpaksa terpisah dengan Rangga. Akan tetapi, seorang penjaga museum yang merupakan seorang muslim


(1)

RENACANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SMAN 1 Jakarta

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XI/1

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit (1 Pertemuan)

Standard Kompetensi : 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan.

Kompetensi Dasar : 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan

Indikator Pencapaian Kompetensi :

 Siswa Mampu menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonesia

 Siswa mampu menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel terjemahan

 Siswa mampu membandingkan unsur-ekstrinsik dan intrinsik novel terjemahan dengan novel Indonesia

I. Tujuan Pembelajaran

Setelah Pembelajaran ini, siswa mampu

 Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia dan novel Terjemahan;  Membandingkan Perbedaan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia dengan novel

terjemahan.

 Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya

Rasa hormat dan perhatian Tekun

Tanggung Jawab Kreatif

II. Materi Ajar/Pembelajaran 1. Materi Fakta :


(2)

2. Materi Konsep

Novel merupakan karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Daftar Isi 1 Novel

1.1Pengertian novel

1.2Unsur intrinsik dan ekstrinsik 1.3Nilai-nilai dalam novel 1.4Macam-macam novel 3. Materi Prosedur

1. Novel

1.1.Pengertian novel

1.2.Unsur intrinsik dan ekstrinsik 1.3.Nilai-nilai dalam novel 1.4.Macam-macam novel III. Metode Pembelajaran

-Contoh – Diskusi - Tanya jawab - Latihan -CTL

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran A. Pendahuluan :

 Mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran kepada siswa.  Mengabsen kehadiran dan dimulai dengan membaca basmalah  Apersepsi, motivasi, dan prakonsep

 Penyampaian tujuan pembelajaran B. Kegiatan Inti :

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

 Mampu menjelaskan tentang definisi novel dan lainnya secara baik dan tepat;  Membagi siswa-siswi menjadi beberapa kelompok

 Peserta didik secara individu memperhatikan pada contoh novel yang dicontohkan guru.

 Melibatkan peserta didik mencari informasi yang lebih luas dari pembelajaran yang diajarkan;

 Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar;

 Melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran;

 Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik, serta peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.


(3)

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru :

 Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan ide baru;

 Peserta didik mengembangkan hasil temuan yang mereka temukan saat membaca lalu dibicarakan dengan kelompok.

 Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;  Memfasilitasi peserta didik berkompetensi sehat untuk meningkatkan prestasi;  Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik

lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

 Setiap kelompok mengirimkan perwakilan dan kelompok lain memberi tanggapan atas asumsi yang dikemukakan kelompok sebelumnya.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

 Memberikan umpan balik positif dan menguatkan pendapat dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, ataupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;

 Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber;

 Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar;

 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik;  Secara bersama, siswa menyepakati hasil pembelajaran tentang novel tersebut;  Guru menambahkan informasi untuk lebih menguatkan hasil pembelajaran

tentang novel. C. Kegiatan Akhir :

Refleksi:

Dalam kegiatan penutup, guru:

 Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

 Melakukan penilaian dan/refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan  Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

 Menyimpulkan cara menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik.

 Menyampaikan amanat dari novel tersebut untuk kelaknya diaplikasikan. V. Sumber/Bahan/Alat

 Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia  Laptop

 Power point

 Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika V. Penilaian


(4)

 Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Teknik Penilaian Bentuk

Penilaian Instrumen  Siswa Mampu

menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonesia  Siswa mampu

menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel terjemahan  Siswa mampu

membandingkan unsur-ekstrinsik dan intrinsik novel terjemahan dengan novel Indonesia

Tes Praktik Uji Petik Kerja

 Analisis unsur intrinsik dan

ekstrinsik dalam novel

Indonesia.  Analisis unsur

intrinsik dan ekstrinsik dalam novel terjemahan.  Bandingkanlah perbedaan unsur intrinsik dan ekstrinsik pada novel Indonesia dengan novel terjemahan.  Hasil analisis

coba diterapkan

dalam pembelajaran.


(5)

Bentuk tes : lisan dan tulisan

No Aspek Penilaian Bobot Nilai

1 Kemampuan menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik

a. Tepat (3)

b. Kurang tepat (2) c. Tidak tepat (1)

4

2 Kemampuan Membedakan dua karya yang berbeda

a. Tepat(4)

b. Kurang tepat (2) c. Tidak tepat (1)

6

3 Kemampuan menjelaskan hasil analisis

a. Tepat(4)

b. Kurang tepat (2) c. Tidak tepat (1)

6

4 Membuat simpulan hasil analisis novel

a. Tepat(3)

b. Kurang tepat (2) c. Tidak tepat (1)

4

5 Kemampuan membaca dengan teliti a. Tepat(4)

b. Kurang tepat (2) c. Tidak tepat (1)

5

Keterangan

Skor maksimum 5 x (20) = 100

Nilai Akhir : skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal

Mengetahui, 03 Oktober 2015

Kepala SMAN 1 Jakarta Guru Mapel BHS Indonesia

(Drs. Suhardi, M. Ag) (Ahmad Maulana)


(6)

BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Ahmad Maulana, lahir di Jakarta, 24 Juli 1993. Bertempat tinggal di Jl. Kemandoran 1, Pulo Mawar, RT 007/RW 04, No. 4. Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan H. Mujeri dan Hj. Musriah. Selama masa studi, penulis pernah aktif berorganisasi ketika di masa MTs dan MA. Ketika di MTs pernah aktif di Rohis dan sebagai salah satu pengurus utama. Ketika di MA, penulis aktif di ekskul KIR dan pernah mengikuti perlombaan karya ilmiah remaja bersama kelompok studi IPS tingkat Jakarta Selatan dan aktif sebagai sekretaris II dalam organisasi PK di MAN 4 Jakarta. Selama studi di perguruan tinggi, penulis hanya sering mengikuti kajian-kajian saja tanpa mendaftar sebagai anggota UKM. Penulis memiliki ketertarikan lebih terhadap bidang elektronik, olahraga, dan ekonomi di luar bidang sastra. Penulis memiliki hobby bermain futsal, mencari tahu informasi tentang komputer, membaca buku agama, dan bermain game manajemen. Bermottokan mengalir dengan tenang bagai air tetapi tidak mengikuti arus.

Riwayat pendidikan penulis diawali dengan Sekolah Dasar Islam (SDI) Al-Ikhlas, Jakarta (1999-2005), kemudian melanjutkan ke MTs Negeri 12 Jakarta (2005-2008), dan kembali melanjutkan pendidikan di sekolah berlandaskan agama Islam, yaitu MA Negeri 4 Jakarta (2008-2011). Selepas MA, penulis kembali melanjutkan dunia pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri Islam, yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil konsentrasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (2011-2015).


Dokumen yang terkait

NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA: TINJAUAN SEMIOTIKA Nilai Religius dalam Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra: Tinjauan Semi

0 3 18

NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA: TINJAUAN SEMIOTIKA Nilai Religius dalam Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra: Tinjauan Semi

1 3 12

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA.

0 0 17

Implikatur Percakapan dalam Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

0 0 8

Implikatur Percakapan dalam Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

0 0 2

Implikatur Percakapan dalam Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

0 2 15

Implikatur Percakapan dalam Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

0 0 6

Implikatur Percakapan dalam Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

0 0 1

Implikatur Percakapan dalam Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

0 0 11

NILAI RELIGI PADA NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA

0 0 12