Latar Belakang Lahirnya Karya
43
a. Tema Mayor
Tema mayor merupakan tema utama cerita, pada novel Bulan Terbelah di Langit Amerika, tema utamanya adalah religiusitas. Religiusitas yang
merupakan suatu hubungan antara manusia dengan Tuhan memiliki keterkaitan dengan kebudayaan dan agama yang terdapat dalam kehidupan.
Keterkaitan tersebut terwujudkan bukan hanya dalam bentuk ritual ibadah, tetapi dapat dalam bentuk kegiatan yang sesuai ajaran-ajaran agama.
Pada novel ini, religiusitas terepresentasikan dalam berbagai bidang dimensi, bukan hanya pada ritual ibadah, tetapi kegiatan sehari-hari
manusia. Hal ini sudah terlihat dari awal cerita ketika Hanum menulis tokoh-tokoh yang dianggap kantornya sebagai tokoh besar dan baik, tetapi
berlainan dengan ajaran-ajaran serta norma agama yang diyakininya. Gambaran religius pada novel ini tergambarkan pada kutipan berikut.
Aku pernah ditugasi menulis kisah si kaya raya pemilik shopping mall Lugner City Wina, Richard Lunger. Apa yang menarik dari
dirinya bagi pembaca ternyata sama sekali tidak membuatku ingin menuliskan bahkan namanya.
Bagaimana tidak? Aku harus menyanjung-nyanjung pria tua tak tahu diri yang hobi gonta-ganti pacar setiap bulan? Mewawancarainya
pada pagi hari dengan dikelilingi para selir imutnya membuatku seolah turun derajat. Jujur, itu dosa terbesarku selama menulis profil orang
yang dianggap Getrud meraup kesuksesan besar.
5
Pada kutipan tersebut memperlihatkan bahwa sebagai manusia yang meyakini Tuhan serta ajaran-Nya, maka melaksanakan perintah-Nya
dengan baik walau dalam keadaan yang tidak sesuai dengan kebaikan iman. Tokoh utama sebagai seorang muslim merasa berdosa karena dirinya
bukanlah berbagi ilmu yang bermanfaat dengan mewawancarai tokoh yang dapat membuat manusia menuju yang lebih baik. Seorang manusia yang
5
Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, Bulan Terbelah di Langit Amerika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014, hlm. 22
44
mempercayai ajaran Tuhan dan melakukan setiap perintah-Nya, dapat menjadikan kepribadian dirinya yang baik. Bahkan manusia kehidupannya
akan menjadi lebih tenang, dekat dengan Tuhan, dan memperoleh hal yang lebih dari apa yang dilakukan.
Pada novel ini, seorang tokoh utama laki-laki yaitu Rangga, terinspirasi bahkan mengagumi seorang filantropi bernama Phillipus yang
mendonasikan keuangannya sebesar 100 juta dollar Amerika untuk beasiswa anak-anak korban perak Irak dan Afganistan. Bukan hanya pada
Brown, Rangga terinspirasi dan mengagumi cara berbisnis seorang muslim dengan sistem bersedekah kepada siapapun yang bernama Deewan.
Berikut ini kutipan yang menunjukkan bahwa dengan mengikuti ajaran Tuhan, hidup akan tetap bahagia bahkan melebihi itu.
“Khan, kau ingat kan restoran All You Can Eat, Pay as You Wish di daerah Schottentor itu?” tanyaku sukacita. Ya, itu restoran yang
menjadi andalan anak-anak beasiswa seperti kami karena bisa makan sepuasnya dan bayar sesuka hati. Restoran muslim lagi
“Deewan, pemiliknya yakin bahwa bisnisnya bisa berkembang karena kedermawanannya. Konsep terbalik dari bisnis yang selama ini
kita pelajari.” “Konsep yang sedikit aneh dan sinting, kukira. Bagaimana dia
bisa untung?” celoteh Stefan.” “kenyataannya, dia tidak bangkrut. Sudah sepuluh tahun dia
menjalankan bisnis restoran Pakistan itu. Brown, aku yakin, punya cara berpikir seperti Deewan. Gila Seratus juta dollar AS untuk
sedekah Kalau Brown bisa berpikir demikian, aku rasa pasti banyak orang di Wina ini yang punya pikiran sama, yang bisa kujadikan
narasumber
6
Pada kutipan di atas menunjukkan seorang manusia dapat terinspirasi bahkan ingin meneladani orang-orang yang menjalani
kehidupannya dengan baik karena melakukannya berdasarkan ajaran Tuhan
6
Ibid., hlm. 33