Tokoh dan Penokohan Sinopsis Novel
65
Tak mau hanya sibuk berkasak-kusuk tanpa berani meminta foto idola sebagaimana perempuan-perempuan muda di U-Bahn ini, aku
memberanikan diri menghampiri Cooper. Aku menyalaminya dan meminta foto untuk ku pamerkan pada Hanum nanti.
58
c. Azima Hussein
Azima hussein merupakan tokoh tambahan yang penting dalam cerita ini. Dia merupakan istri dari alm. Ibrahim Hussein dan merupakan sosok
wanita yang penyayang. Ini terlihat dari Azima sangat menyayangi ibunya sehingga rela melepas jilbabnya. Walaupun seperti itu, dia tetaplah orang
yang menjalankan perintah agama dengan sebaik yang bisa dilakukan dengan menggunakan pakaian yang sangat tertutup serta rambut palsu
pengganti jilbab dan tetap memegang kepercayaannya terhadap Islam. Tangannya kini melepas sesuatu yang menyelubung di atas
kepalanya. Perlahan aku tahu apa itu. Itu jelas bukan bagian asli tubuhnya.
Wig? Rambut palsu? “Hanum, inilah caraku menenggang perasaan ibuku sekaligus Tuhan.
Aku ingin menjadi muslimah sejati, sekaligus ingin selamat dari cemoohan sosial. Dan hijabku telah kuganti dengan rambut palsu
ini....”
59
Selain itu, Azima merupakan sosok yang lembut, ramah, dan baik hatinya. “Assalamu’alaikum. My name is Julia Collins. Call me Julia. Where’s
your friend? ”
Perempuan itu menyalamiku. Dengan sigap dia membuka plastik yang dia bawa dan mengulurkan gulungan perban putih. Dia tidak peduli
dengan kebengonganku yang begitu jelas. Aku mengenali wajahnya. Senyumnya begitu tulus.
Setulus dia menyalamiku di Museum Serangan 11 September di Ground Zero pagi-pagi tadi.
60
58
Ibid., hlm. 36
59
Ibid., hlm. 181
60
Ibid., hlm. 120
66
d. Ibrahim Hussein
Ibrahim Hussein merupakan Suami Azima Hussein. Pada novel ini, Ibrahim memiliki peran yang sangat penting sebagai tokoh tambahan,
walaupun dirinya terdeskripsikan sebagai cerita masa lampau. Karakteristik dirinya pun diketahui berkat cerita tentang dirinya, berbeda dengan tokoh
lainnya yang yang dideskripsikan sebagai tokoh hidup. Ibrahim Hussein adalah tokoh yang sangat menyayangi keluarga,
menghormati orang tua, serta memiliki sikap religius yang cukup baik dengan ajaran agama yang diaplikasikan di dalam kehidupannya.
“Hari ini my love, aku akan berteriak sekeras-kerasnya dari lantai atas kantor untuk mencoba memanggilmu. Kau pasti bisa mendengarnya.
Lalu, aku akan berteriak kedua kalinya untuk bayi kita.
61
Sebencinya ibu terhadap suamiku, aku menaruh kekaguman pada Abe kaerna dia tetap menghormati dan menyayangi ibuku. Setelah beberapa
bulan berlalu, aku dan orang tuaku tak saling menyapa. Tapi Abe memintaku untuk selalu bersujud pada orang yang telah melahirkanku.
62
Nyonya Azima Hussein, dalam kegentingan itu suami Anda begitu tegar. Saya berguru padanya dalam menit-menit terakhir itu. Dia
menderas dalam doa. Saya tak tahu dia berbicara apa. Tapi saat itulah saya dihantam kesombongan saya selama ini.
63
e. Michael Jones
Michael Jones merupakan tokoh tambahan yang memiliki peran yang cukup penting di dalam novel ini. Dia merupakan tokoh yang memiliki sifat
penyayang, terutama kepada istrinya. Akan tetapi rasa benci pun terbentuk di tokoh tersebut, karena rasa cinta yang begitu besar kepada istrinya.
Aku mencintai istriku, Anna. Dan telah berjanji akan membahagiakannya. Tapi semua sirna karena para lalim itu. Siang dan
malam aku hanya merenung, mencoba meninabobokan perasaanku yang berkecambuk. Sejak 11 September, hatiku tidak bisa bergerak pada
perempuan mana pun. Aku tidak tahu harus marah pada siapa. Hingga
61
Ibid., hlm. 8
62
Ibid., hlm. 179
63
Ibid., hlm. 294
67
akhirnya aku mendengar pembangunan Masjid Ground Zero yang begitu dekat dengan kompleks tragedi itu terjadi.64
Selain itu dia adalah orang yang memiliki hati yang baik walaupun secara religi tidaklah sebaik Ibrahim.
“Aku menyesal mengapa setelah delapan tahun, semua ini baru menjadi jelas. Tapi, hari ini aku sadar, mengapa Tuhan membuatku
menunggu selama ini. Setelah Joanna tewas, aku merasa hidupku tidak berguna lagi. Delapan tahun yang menyesakkan, delapan tahun dalam
dendam. ...”
65
f. Gertrud Robinson
Gertrud Robinson berperan sebagai bos Hanum di Heute Ist Wunderbar. Gertrud sebagai tokoh tambahan yang memiliki peran penting di dalam
cerita ini. Dialah yang memerintahkan Hanum untuk membuat sebuah artikel besar dan berat yang semua itu langkah awal cerita. Gertrud yang
suka memberi Hanum tugas-tugas berat ini memiliki sifat yang tidak dapat diperkirakan. Dia begitu sayang terhadap ibunya dan tak ingin membuat
kecewa ibunya. Walaupun Gertrud seorang penyang, tetapi dia bukanlah seorang yang taat beribadah ataupun religius.
Tapi baiklah, bagi Gertrud agaknya ini masalah besar. Seorang anak yang merasa tak dapat membahagiakan orang tuanya sepanjang
hidupnya adalah masalah besar.
66
“.... kau kan tahu, aku sendiri bukan orang yang religius dalam hidup. Aku tahu aku harus meryakan Natal dan Paskah tiap tahun. Tapi aku tak
tahu, apakah itu hanya menjadi tradisi atau sesuatu yang hendaknya mendamaikan hidup.
67
Gertrud memang bukanlah seorang yang religius, tetapi dia orang yang menghargai agama lain dan tak ingin merusak agama tersebut di mata orang
64
Ibid., hlm. 225
65
Ibid., hlm. 312
66
Ibid., hlm. 39
67
Ibid., hlm. 40
68
lain. Selain itu Gertrud merupakan seorang yang benar-benar teliti dan pintar, ini terlihat dari daftar narasumber yang harus diwawancarai Hanum.
“Jangan salah. Aku sebenarnya tidak setuju dengan agenda besar dewan redaksi tentang laporan 911 ini. Untuk itulah aku menyuruhmu,
seorang muslim yang menulisnya, bukan Jacob yang tak tahu apa-apa. Tapi, ya sudahlah....”
68
Ya Tuhan Aku...aku telah salah menilai orang. Aku benar-benar mengingat nama itu di antara nama-nama yang lain. ya, aku telah salah
menilai Gertrud Robinson. Lagi-lagi aku tak percaya dengan semua keajaiban di Amerika ini.
69
g. Phillipus Brown
Phillipus Brown pada cerita ini sebagai tokoh tambahan. Walaupun tokoh tambahan, dia memiliki peran yang cukup penting dalam novel ini.
Tanpa ada dirinya, rahasia yang selama ini terembunyi, tidak akan terbuka. Brown merupakan seorang miliuner yang memiliki sifat sopan, ramah, dan
terbuka kepada orang lain. “Phillipus Brown?” kuulurkan tangan pada pria berkacamata tebal
itu. Dia telah mengoleskan mentega di roti gandum yang sekeras batu. Dia tersenyum ramah padaku dan meletakkan pisau rotinya seketika lalu
menjabat tanganku. Aku keraskan namaku saat menyebutnya. “Rangga Almahendra from
Indonesia.” “Please sit down Mr. Mahendra. Nice to have company, just call
me Phillip ”.
70
Bukan hanya sopan serta ramah, Brownpun memiliki hati yang lembut dengan mudah terharu dan dirinya pun seorang yang berusaha menepati
janji. Phillipus Brown menunduk. Dengan sebuah napas panjang dia
mendongakkan kepala. Air matanya berhulu di sudut mata.
71
68
Ibid., hlm 47
69
Ibid., hlm. 141
70
Ibid., hlm. 193-194
71
Ibid., hlm. 294
69
“Hadirin semua, aku memang telah berbohong pada Ibrahim. Aku tak pernah kembali untuknya. Tapi cita-citanya untuk Sarah
anaknya...akan kulunasi.” “Sekolah ke mana pun kau mau, Nak. Wujudkan impian ayahmu.
Princeton.”
72