28 perilaku, cara kerja dan motivasi manajer dan bawahannya untuk mencapai
kinerja organisasi yang maksimal dalam partisipasi penyusunan anggaran. Sehingga semakin tinggi budaya organisasi, maka semakin kuat pengaruh
partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.
2.4. Hipotesis Penelitian
2.4.1. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparat
Pemerintahan Daerah
Anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan organisasi. Sistem anggaran terhadap kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja
sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program. Kegiatan tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
program, serta penentuan indikator kinerja yang digunakan sebagai tolak ukur dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Brownell dan Mc. Innes 1986;Indriantoro, 1993; Trisnawati, 2000 ; Falikhatun, 2005; Nor,
2007menemukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja memilikihubungan yang sangat positif. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
olehMilani 1975; Brownell dan Hirst 1986; dan Sukardi 2002 dalam Bambangdan Osmad 2007, penelitian tersebut menemukan hasil yang tidak
signifikanantara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat
Universitas Sumatera Utara
29 pemerintah daerah.
Karena ketidakkonsistenan penelitian-penelitian yang telah ada, maka penelitian ini kembali dilakukan dengan tujuan untuk menguji kembali
pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H
1
: partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerjaaparat
pemerintah daerah.
2.4.2Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja AparatPemerintahan Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai
Variabel Moderasi
Komitmen organisasi adalah upaya mencapai tujuan organisasi dengan kemauan mengarahkan segala daya untuk kepentingan organisasi dan ketertarikan
untuk tetap menjadi bagian organisasi Mowday, Steers, dan Porter, 1979. Dari konsep teori organisasi, telah dijelaskan bahwa komitmen pegawai itu merupakan
hal yang penting bagi organisasi, terutama untuk menjaga kelangsungan dan pencapaian tujuan. Namun untuk memperoleh komitmen yang tinggi, diperlukan
kondisi-kondisi yang memadai untuk mencapainya. Dalam kaitannya dengan komitmen organisasional Mayer dan Allen
1990 mengidentifikasi tiga tema berbeda dalam mendefikan komitmen. 1.
Affective commitment, yang berkaitan dengan adanya keinginan untuk terikat pada organisasi. Individu menetap dalam organisasi karena keinginan sendiri.
2. Continuance commitment, adalah suatu komitmen yang didasarkan akan
kebutuhan rasional.
Universitas Sumatera Utara
30 3.
Normative Commitment, adalah komitmen yang didasarkan pada norma yang ada dalam diri karyawan, berisi keyakinan individu akan tanggung jawab
terhadap organisasi. Morrison 1997 menyatakan bahwa komitmen dianggap penting
bagiorganisasi karena: 1 Pengaruhnya pada turnover, 2 Hubungannya dengankinerja yang mengasumsikan bahwa individu yang memiliki komitmen
cenderungmengembangkan upaya yang lebih besar pada pekerjaan. Komitmen organisasi itusendiri mempunyai tiga komponen yaitu keyakinan yang kuat dari
seseorang danpenerimaan tujuan organisasi, kemauan seseorang untuk berusaha kerasbergantung pada organisasi, dan keinginan seseorang yang terbatas
untukmempertahankan keanggotaan. Semakin kuat komitmen, semakin kuatkecenderungan seseorang untuk diarahkan pada tindakan sesuai dengan
standarImronudin, 2004:4. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H
2
: interaksikomitmen organisasi dengan partisipasi penyusunan anggaran
berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.
2.4.3 Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintahan Daerah dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel
Moderasi
Penggunaan istilah budaya organisasi dengan mengacu kepada budaya yang berlaku dalam perusahaan, karena pada umumnya perusahaan itu dalam
bentuk organisasi, yaitu kerja sama antara beberapa orang yang membentuk kelompok atau satuan kerja sama tersendiri. Budaya organisasi dapat
Universitas Sumatera Utara
31 didefenisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai values, keyakinan-keyakinan
beliefs, asumsi-asumsi assumption, atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman
perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya. Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan
menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai orang per orang dalam organisasi. Dengan demikian, maka budaya organisasi merupakan jiwa organisasi
dan jiwa para anggota organisasi Klimann dkk., 1988 Penelitian yang dilakukan oleh Soewito dan Sugiyanto 2001 dalam
Sardjito2007 menunjukkan bahwa budaya berpengaruh signifikan terhadap tercapainyakinerja karyawan yang tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Masrukhindan Waridin 2006 dan Sitty Yuwalliatin 2006 dalam Sardjito 2007menunjukkan adanya pengaruh positif dari budaya organisasi terhadap
kinerjakaryawan. Holmes dan Marsden 1996 dalam Sardjito 2007 menyatakan
bahwabudaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap perilaku, cara kerja danmotivasi para manajer dan bawahannya untuk mencapai kinerja
organisasi.Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan budaya organisasi, ditentukanbahwa dimensi budaya mempunyai pengaruh terhadap penyusunan
anggarandalam meningkatkan kinerja manajerial, sehingga dapat dirumuskan hipotesissebagai berikut:
H
3
: interaksi budaya organisasi dengan partisipasi penyusunan anggaran
berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintahdaerah.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang