71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian yang telah saya lakukan ini untuk melihat seberapa berpengaruh nya partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat
pemerintah daerah di Kabupaten Karo.Penelitian ini menggunakan variabel pendukung yaitu komitmen organisasi dan budaya organisasi yang bertujuan
untuk memperkuat memperlemah variabel partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal
yang dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerjaaparat pemerintah daerah. 2.
Interaksikomitmen organisasi dengan partisipasi penyusunan anggarantidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.
3. Interaksiantara budaya organisasi denganpartisipasi penyusunan anggaran
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemerintahdaerah.
5.2. Saran
1. Sebaiknya pemerintah lebih meningkatkan partisipasi aparat pemerintah
daerah dalam penyusunan anggaran, agar kinerja yang diberikan lebih
Universitas Sumatera Utara
72 maksimal dan keikutsertaan aparat pemerintah daerah akan menjadi wadah
yang baik dalam pengkomunikasian yang transparan kepada masyarakat. 2.
Dalam pelaksanaannya pemerintah diharapkan lebih meningkatkan dan mempertimbangkan faktor situasional lainnya untuk memacu tingkat kualitas
kinerja aparat pemerintah daerah 3.
Dalam penelitian ini juga disarankan untuk peneliti selanjutnya agar menambah variabel lain yang berkaitan erat secara teori terhadap variabel
kinerja aparat pemerintah daerah. Hal ini dimaksudkan agar variasi naik turunnya kinerja aparat pemerintah daerah dapat lebih dijelaskan.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Teori Kontingensi
Teori atau model kontingensi Fiedler, 1967 sering disebut teori situasional karena teoriini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung kepada
situasi. Model atau teori yang dikemukakan oleh Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya kepemimpinan yang berinteraksi
antara subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin. Dalam suatu institusi akan ditemukan berbagai jenis kendala
yang dapat merubah situasi dan kondisi pemimpin. Karakter setiap aparat daerah untuk menyalurkan seluruh potensi untuk memaksimalkan kinerja yang mereka
lakukan akan menjadi pengaruh utama untuk merubah suatu keadaan atau kondisi. Semakin baik kondisi yang dijalani untuk memimpin suatu organisasi, maka
semakin baik pula kinerja yang dilakukan oleh aparat daerah, begitu juga sebaliknya ketika kondisi yang dihadapkan dapat mengurangi kemaksimalan
dalam kepemimpinannya, maka kinerja para aparat daerah akan semakin menurun juga.Pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat daerah mempunyai
faktor-faktor kontingensi yang akan dibahas pada penelitian ini. Faktor kontingensi tersebut adalah komitmen organisasi dan budaya organisasi.
Penelitian ini akan menunjukkan apakah faktor komitmen dan budaya organisasi dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh partisipasi anggaran terhadap
kinerja aparat pemerintahan daerah.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.2 . Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas accountability secara harafiah dapat diartikan sebagai suatu pertanggungjawaban.Menurut Romzek dan Ingraham 2000, akuntabilitas
publik dalam arti yang paling fundamental merujuk kepada kemampuan menjawab kepada seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan.Seseorang
yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja.Tuntutan keterbukaandalam
proses manajemen keuangan daerah di era kebijakan otonomi,membutuhkan pola akuntabilitas publik melalui pembangunan sistem akuntansipemerintahan,
memberikan peluang terhadap peningkatan penyediaan informasiyang handal dan akurat serta berorientasi pada peningkatan tolok ukur kinerjadalam memberikan
pelayanan publik yang maksimal, dan merupakan prosespertanggung jawaban stewardship and accountability process, manajerial danunsur pengendalian
manajemen di pemerintah daerah. Apabila dibandingkan dengan kinerja manajemen pada sektor swasta,
arahpertanggung jawabannya akan sangat berbeda. Dalam sektor swasta masing- masing manajemen akan bertanggung jawabkepada CEO Chief Executive
Officier, kemudian CEO akan melaporkan hasilkinerjanya kepada pemilik maupun pemegang saham perusahaan. Lain halnyadengan kinerja aparat yang
dibahas dalam penelitian ini, para manajer publiktingkat bawah atau Kepala Seksi akan melaporkan hasil kinerjanya kepadamanajer di atas tingkatannya yaitu
Kepala Bidang, setelah Kepala Bidangmenyetujui hasil laporan tersebut, maka akan diteruskan kepada Kepala Dinasatau Instansi masing-masing dan kemudian
Universitas Sumatera Utara
11 disampaikan kepada Kepala Daerah.Sebagai penyelenggara pemerintahan, aparat
pemerintah memiliki tanggungjawab untuk memberikan pelayanan serta penyelenggaran sistem pemerintahanyang optimal karena penyelenggaraan
pemerintahan yang baik merupakan salahsatu bentuk akuntabilitastanggung jawab pemerintah terhadap publik.
Akuntabilitas publik juga melekat pada fungsi pengendalian danpengawasan, artinya informasi yang disajikan terutama aspek pelaporan
keuangankepada publik harus auditable atau dapat diaudit oleh baik aparat internal daneksternal pengawasan fungsional Badan Pemeriksa Keuangan BPK
danInspektorat maupun auditor lainnya yang terkait.Sebaiknya akuntansipemerintahan sebagai penyedia informasi tidak hanya menyediakan
informasiyang bersifat keuangan tetapi juga menyediakan informasi tentang penggunaansumberdaya oleh setiap entitas publik yang terkait untuk mewujudkan
landasanfilosofi akuntansi pemerintahan non profit organization yang akuntabel dantransparan.
2.1.3. TeoriHarapan Expentancy Theory
Teori ini dikemukan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam melakukan
pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari hasil pekerjaan tersebut.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Brownell dan Ines 1986, meneliti ketiga variabel yaitu partisipasi penyusunan anggaran, kinerja pegawai
Universitas Sumatera Utara
12 dan motivasi kerja. Dalam penelitian tersebut peneliti menduga bahwa dengan
ikut berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran, maka akan meningkatkan motivasi para pegawai dalam melaksanakan kinerja. Sebagai penyelenggara
pemerintahan, para aparat daerah perlu mendapatkan motivasi agar kinerja yang dilakukan dapat maksimal dangan cara ikut berpartisipasi dalam penyusunan
anggaran.
2.1.4. Teori Jalur Tujuan Path Goal Theory
Teori jalur tujuan dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana perilaku seorang pemimpin mempengaruhi kepuasan kinerja bawahannya.Teori ini
pertama kali diungkapkan oleh Evans 1970 dan House 1971.Teori ini didasarkan pada premis bahwa presepsi karyawan tentang harapan antara usaha
dan kinerja sangat dipengaruhi oleh perilaku seorang pemimpin. Para pemimpin membantu bawahan terhadap pemenuhan akan penghargaan dengan memperjelas
tujuan dan menghilangkan hambatan kinerja. Pemimpin melakukannya dengan memberikan informasi, dukungan dan
sumber daya lainnya yang dibutuhkan karyawan untuk menyelesaikan tugas. Dengan kata lain kepuasan atas kebutuhan mereka tergantung atas kinerja efektif,
dan arahan, bimbingan, pelatihan, dan dukungan yang diperlukan. Menurut teori path-goal, efektifitas seorang pemimpin tergantung pada faktor kontingensi
ketidakpastian lingkungan dan gaya kepemimpinan tertentu. Dengan menggunakan pendekatan teori path-goal kinerja pegawai yang
baik dan maksimal akan menjadi tujuan dalam melakukan pelayan publik.
Universitas Sumatera Utara
13 Sedangkan variabel budaya organisasi dan komitmen organisasi menjadi faktor
penentunya.Jika budaya organisasi dan komitmen organisasi semakin baik, maka secara otomatis semakin tinggi pula kemungkinan tercapainya tujuan.
2.1.5. Partisipasi Penyusunan Anggaran
Anggaran adalah pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial
Mardiasmo 2002. Brownel 1986 mengemukakan bahwa partisipasi merupakan perilaku, pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan oleh aparat pemerintah selama
aktivitas penyusunan anggaran berlangsung. Partisipasi penyusunan anggaran dilakukan untuk tujuan perencanaan dan alokasi anggaran agar sesuai dengan
keadaan yang terjadi. Partisipasi penyusunan anggaran juga dapat dijadikan sebagai alat kontrol kepada aparat pemerintahan daerah agar bertanggung jawab
atas segala urusan dan partisipasi selama proses penyusunan anggaran berlangsung.
Pada sektor publik partisipasi penyusunan anggaran ketika anggota eksekutif, legislatif dan masyarakat bekerjasama dalam penyusunan anggaran.
Setiap unit SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah membuat usulan-usulan yang kemudian dilaporkan kepada Kepala Bidang, kemudian Kepala Bidang akan
meneruskan setiap usulan tersebut kepada Kepala Daerah dan Kepala Daerah akan membahas setiap usulan tersebut dengan DPRD. Hasil dari pembahasan usulan-
usulan tersebutlah yang akan ditetapkan Kepala Daerah sebagai anggaran sesuai dengan kebijakan yang berlaku di pemerintahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
14 Keikutsertaan aparat pemerintahan daerah dalam proses penyusunan
anggaran dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang anggaran sehingga dapat menjadi perpanjangan informasi antara pemerintah dengan masyarakat.
Menurut Mardiasmo 2002 anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu sebagai alat perencanaan, alat pengendalian, alat kebijakan fiskal,
alat politik, alat koordinasi dan komunikasi, alat penilaian kinerja, alat motivasi, dan alat menciptakan ruang publik.
Prinsip-prinsip pokok siklus anggaran perlu diketahui dan dikuasai dengan baik oleh penyelenggara pemerintahan. Pada dasarnya prinsip-prinsip dan
mekanisme penganggaran relatif tidak berbeda anatara sektor swasta dengan sektor publik Henley et al., 1990 . Cherrington 1973 mengemukakan bahwa
terdapat beberapa aspek padaanggaran yang meliputi perencanaan, koordinasi, implementasi, pengendalian,evaluasi terhadap apa yang sudah dilakukan, dan
sebuah dasar pencapaian tujuandengan memberikan penghargaan. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan olehMardiasmo 2002.
Menurut Mardiasmo 2002 ada empat siklus dalam anggaran. 1.
Tahap Persiapan Anggaran Budget Preparation Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran,
hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup kompleks dan
Universitas Sumatera Utara
15 berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan dengan
pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran. 2.
Tahap Retifikasi Anggaran Budget Ratification Pada tahap ini pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial
skillnamun juga harus mempunyai political skill, salesman skill, dan coalition building yang memadai. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan
eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-
bantahan dari pihak legislatif. 3.
Tahap Pelaksanaan Anggaran Budget Implementation Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus diperhatikan
manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal ini
bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati,
dan bahkan dapat diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya. Sistem akuntansi yang baik juga meliputi dibentuknya sistem
pengendalian intern yang memadai. 4.
Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran Budget Reporting and Evaluation Tahap terakhir dalam siklus anggaran ini terkait dengan aspek akuntabilitas.
Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap pelaporan dan
evaluasi anggaran ini tidak akan menemui banyak masalah.
Universitas Sumatera Utara
16 Menurut Siegel dan Marconi 1989partisipasi akan memungkinkan
terjadinya perilaku disfungsional. Perilaku disfungsional dalam hal ini adalah perilaku yang tidak sesuai dengan aturan yang sedang berlaku, untuk menghindari
adanya perilaku disfungsional maka aparat pemerintah diberikan kesempatan untuk ikut serta dalam penyusunan anggaran. Penyusunan anggaran pada
pemerintahan dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD, Sekretaris SKPD, dan Kepala Bagian di Pemerintahan.
2.1.6. Kinerja Aparat Pemerintah Daerah
Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian visi dan misi organisasi melalui
hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses Stout, 1993 dalam BPKP, 2000. Pengukuran kinerja suatu organisasi merupakan
komponen penting yang memberikan motivasi dan arah serta umpan balik terhadap keefektifan perencanaan dan pelaksanaan proses perubahan dalam suatu
organisasi. Pengukuran kinerja juga membantu dalam formulasi dan revisi strategi organisasi Chang and Chow, 1999.
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi
mulai alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja
diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system. Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran
Universitas Sumatera Utara
17 kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program kerja unit. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk
mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan
memperbaiki kondisi kelembagaan. Menurut Ihyaul 2009 secara umum tujuan system pengukuran kinerja
ada tiga, yaitu : 1.
untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik top down dan bottom up,
2. untuk mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi, 3.
untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence, dan
4. sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional. Lebih lanjut, Ven 1980 dalam Sunarcahya 2008 menyatakan
bahwakinerja merupakan suatu prestasi yang telah dicapai oleh karyawan didalammerealisasikan sasaran organisasi yang telah ditetapkan. Ven 1980
dalamSunarcahya 2008 mengukur kinerja aparat pemerintah daerah melalui tujuh indikator, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
18 1.
pencapaian target kinerja kegiatan pada suatu program, 2.
ketepatan dan kesesuaian hasil, 3.
tingkat pencapaian program, 4.
dampak hasil kegiatan terhadap kehidupan masyarakat, 5.
kesesuaian realisasi anggaran dengan anggaran, 6.
pencapaian efisiensi operasional, dan 7.
perilaku pegawai.
2.1.7. Komitmen Organisasi
Luthans 1992 menyatakan komitmen organisasi merupakan keinginan yang kuat untuk menjadi anggota dalam suatu kelompok, kemauan usaha yang
tinggi untuk organisasi serta suatu keyakinan tertentu dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan organisasi. Jewell dan siegell dalam Edy 2007 juga
berpendapat bahwa komitmen organisasi dapat didefinisikan sebagai derajat hubungan individu memandang dirinya sendiri dengan pekerjaannya dalam
organisasi tertentu.Dalam kaitannya dengan komitmen organisasional Mayer dan Allen 1990 mengidentifikasi tiga tema berbeda dalam mendefinisikan
komitmen. 1.
Continuance commitment, didefinisikan sebagai keterikatan anggota secara psikologis pada organisasi karena biaya yang ditanggung sebagai konsekuensi
keluar organisasi. Anggota akan cenderung memiliki daya tahan atau komitmen yang tinggi dalam keanggotaan jika pengorbanan akibat keluar
organisasi semakin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
19 2.
Normative commitment, yaitu keterikatan anggota secara psikologis dengan organisasi karena kewajiban moral untuk memelihara hubungan dengan
organisasi. 3.
Affective commitment, adalah tingkat keterikatan secara psikologis dengan organisasi berdasarkan seberapa baik perasaan yang didorong karena adanya
kenyamanan, keamanan dan manfaat lain mengenai organisasi.
2.1.8. Konsep Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan
aktivitas kerja Edy, 2007. Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan- tujuan perusahaan, sebaliknya yang lemah atau negatif menghambat atau
bertentangan dengan tujuan-tujuan perusahaan. Konsep budaya organisasi yang digunakan Hofstede 1990 dalam
Sardjito2007, dalam penelitian lintas budaya antar departemen dalam perusahaan padadasarnya merupakan pengembangan dari konsep dimensi budaya
nasional yangbanyak digunakan dalam penelitian-penelitian perbedaan budaya antar negara.Menurutnya antara budaya nasional dan budaya organisasi
merupakan fenomenayang identik. Perbedaan kedua budaya tersebut tercermin dalam manifestasibudaya kedalam nilai dan praktek. Perbedaan budaya tingkat
organisasi umumnyaterletak pada praktek-praktek dibandingkan dengan perbedaan nilai-nilai.Perbedaan budaya organisasi selanjutnya dapat dianalisis
Universitas Sumatera Utara
20 pada tingkat unitorganisasi dan sub organisasi Supomo, 1998; dalam Susanti
2002 dalamSardjito 2007.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi penyusunan anggaranterhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan komitmen organisasi
dan budayaorganisasi sebagai variabel moderating, sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan
Tahun Penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Subagyo2004 Variabel dependent:
Kinerja manajerial variabel independent:
partisipasidalam penyusunananggaran,
variabel intervening: komitmen tujuan.
Hasil pertama menunjukkan bahwa partisipasi anggaran
tidak berpengaruh signifikanterhadap kinerja.
Hasilkedua menunjukkanpartisipasi
penyusunananggaran berpengaruhpositif terhadap
komitmentujuan, hasilketiga menunjukkan
bahwakomitmen tujuan berpengaruh positif
terhadapkinerja manajerial, hasilkeempat
menunjukkanpartisipasi penyusunananggaran
berpengaruhpositif terhadap kinerjamenajerial melalui
komitmen tujuan.
Sardjito danMuthaher2007
Variabel dependent: kinerja aparat pemerintah
daerah, variabel independent: partisipasi
penyusunan anggaran, variabel moderating:
komitmen dan budaya organisasi.
Adanya pengaruh positifantara
partisipasipenyusunan anggaranterhadap kinerja
aparatpemerintah daerahmenunjukkan
bahwasemakin tinggi partisipasi penyusunan
Universitas Sumatera Utara
21 anggaran maka akan semakin
meningktkan Kinerja aparat pemerintahdaerah
Siregar danSaridewi
2010. Variabel independent
X1 motivasi, X2 budaya kerja, variabel
dependent: kinerja penyuluh pertanian.
Hasil analisis korelasimenunjukkan
bahwahubungan antara budaya kerja dan kinerja
penyuluh pertanian sangat kuat r=0,79 dengan
nilaisignifikansi 0.05, sehinggamenunjukkan
hubunganpositif antara partisipasipenyusunan
anggaranterhadap kinerja.
Ratri 2010
Variabel independent: partisipasipenyusunan
anggaran, variabel dependent
kinerjamanajerial, variabel moderating:
komitmen Organisasi danlocus of control.
Hasil pengujian pengaruhKomitmen
Organisasiterhadap kinerjamenunjukkan nilai t
sebesar 4,849 dengan nilaisignifikansi sebesar
0,000.Dengan demikian makaditunjukkan bahwa pada
α 0,05. Komitmen Organisasiberpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerjapegawai.
Mattola 2011 Variabel independent:
partisipasianggaran, variabel dependent :
kinerja, variabel moderating: locus of
control. Hasil penelitianmenunjukkan
hubunganpositif antara partisipasipenyusunan
anggaranterhadap kinerja.
Browneel dan Innes 1986
Variabel independent: Budgetary Participation,
variabel dependent: Motivation,
andManagerial Performance.
Hasil penelitian Browneeldan Innes menunjukkanbahwa
motivasi dan kinerjamenajerial
mempunyaipengaruh positif dansignifikan
terhadappartisipasi penganggaran,sedangkan
motivasiterhadap partisipasitidak mempunyai
hubunganyang signifikan.
Frucot danShearon 1991
Variabel independent: Budgetary Participation,
variabel dependent: Hasil Penelitian Frucot
danShearon menemukan hubungan yang positif dan
Universitas Sumatera Utara
22 Mexician Mnagerial,
variabel moderating: Locus of Control, and
JobSatisfaction. signifikan antara anggaran
partisipatif dengan kinerjamanajerial.
Milani 1975 Variabel independent
Participation in BudgetSetting, variabel
dependent: Performanceand
Attitudes. Hasil penelitian
Milanimenunjukkan bahwa terdapat hubungan yangtidak
signifikan antarapartisipasi penyusunananggaran dengan
kinerjamanajerial.
Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan komitmen organisasi dan
budaya organisasi sebagai variabel moderasi, sudah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Subagyo 2004
Penelitian yang dilakukan Subagyo 2004 yang berjudul pengaruhpartisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial: komitmentujuan
sebagai variabel intervening. Data penelitian diperoleh dari 72 respondenyang berada pada manajemen tingkat menengah Rumah Sakit tipe A,B,C diwilayah
Jawa Tengah dan DIY. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa hipotesis pertama
menyatakan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadapkinerja. Kemudian hipotesis kedua menunjukkan bahwa partisipasi
penyusunananggaran berpengaruh positif terhadap komitmen tujuan. Kemudian hipotesisketiga menunjukkan bahwa komitmen tujuan berpengaruh
positif terhadap kinerjamanajerial, serta hipotesis keempat menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
23 partisipasi penyusunananggaran berpengaruh positif terhadap kinerja
menajerial melalui komitmentujuan. 2.
Sardjito dan Muthaher 2007 Sardjito dan Muthaher 2007 meneliti tentang pengaruh
partisipasipenyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah: budayaorganisasi dan komitmen organisasi sebagai variabel moderating. Data
dalampenelitian ini diperoleh dari data primer melalui metode survei. Pengambilansampel dilakukan dengan metode sensus. Berdasarkan data di
Kantor Pemerintah Kota dan Kabupaten Semarang, sebanyak 18 kantor dinas dan ada 150 pejabatsetingkatkepala bagianbidangsubdinas dan kepala
subbagiansubbidangseksidari dinas dan kantor pada pemerintah daerah kotakabupatenSemarang.Penelitian ini menggunakan uji regresi sederhana.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ternyata terdapat pengaruhantara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial, yangditunjukkan
dengan nilai t hitung sebesar 2,054 dengan signifikasi sebesar 0,042yang lebih kecil dari α=0,05. Adanya pengaruh positif antara partisipasipenyusunan
anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah menunjukkanbahwa semakin tinggi partisipasi penyusunan anggaran maka akan
semakinmeningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah. 3.
Siregar dan Saridewi 2010 Siregar dan Saridewi 2010 melakukan penelitian tentang hubunganantara
motivasi dan budaya kerja terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
24 Subang, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan sampelsebanyak 47
orang penyuluh pertanian. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara budaya kerjadan
kinerja penyuluh pertanian sangat kuat r=0,79. Hubungan antara budayakerja dengan kinerja menunjukkan hubungan positif linier dengan model regresi Y=
15,02 + 0,61 X2. Semakin tinggi nilai budaya kerja, semakin tinggi pula kinerjapenyuluh pertanian.
4. Ratri 2010
Ratri 2010 melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasipenyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan komitmen organisasidan locus of
control sebagai variabel moderating. Penelitian ini menggunakansampel sebanyak 32 manajer yang bekerja di departemen pemasaran,
estimating,sumber daya manusia, administrasi dan keuangan, produksi, procurement danproyek yang bekerja di PT Adhi Karya Persero Tbk.
Hasil pengujian pengaruh MRA Komitmen Organisasi terhadap kinerjamenunjukkan nilai t sebesar 4,849 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000. Nilaisignifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian maka ditunjukkanbahwa pada α 0,05, MRA Komitmen Organisasi berpengaruh
positif dan signifikanterhadap kinerja pegawai. 5.
Mattola 2011 Mattola 2011 melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasianggaran
terhadap kinerja dengan locus of control sebagai variabel moderating.Penelitian ini mengambil sampel karyawan pada PT Kimia Farma
Universitas Sumatera Utara
25 Trading Distribution cabang Makassar. Kuesioner dibagikan kepada 37
karyawan yangterlibat dalam proses penyusunan anggaran. Alat analisis yang digunakan dalampenelitian ini adalah analisis regresi. Sebelum menguji
hipotesis, dilakukanpengujian instrumen yang meliputi uji validitas data dan uji reliabilitas data, yangselanjutnya dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi
Uji Normalitas dan UjiHeteroskedastisitas, kemudian dilakukan uji hipotesis. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan hubungan positif antara
partisipasipenyusunan anggaran terhadap kinerja. Selain ini ditunjukkan pula bahwa nilai Rsebesar 0,771, hal ini berarti bahwa hubungan antara partisipasi
anggaran terhadapkinerja mempunyai hubungan sebesar 77,1 atau dapat dikatakan kuat karenahubungan tersebut 50. Nilai adjusted R square yang
dihasilkan mencapaiangka 0.582 yang berarti bahwa 58,2 dari variasi kinerja dapat dijelaskan olehvariabel partisipasi anggaran. Sedangkan sisanya
yaitu 41,8 100 - 58,2dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model regresi.
2.3. Kerangka Konseptual