Pengaruh faktor-faktor sosiodemografi terhadap tingkat pengetahuan tentang swamedikasi.

55 obat flu. Memang kebanyakan obat flu mengandung obat sakit kepala, tapi obat flu juga mengandung obat-obat lainnya. Ibarat membunuh satu penjahat yang sebenarnya hanya perlu satu peluru, tetapi dilakukan dengan granat, penjahat itu mati, tetapi kerusakan yang ditimbulkan juga lebih banyak Widodo, 2004. Ketepatan penilaian kondisi pasien akan sangat membantu dalam pemilihan obat, terutama pertimbangan kontraindikasi seperti pada penggunaan obat AINS anti inflamasi non steroid yang digunakan pada penderita tukak lambung, atau kondisi-kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian dosis secara individual dan kemungkinan adanya keadaan yang merupakan faktor pencetus efek samping obat pada penderita. Penilaian kondisi pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena mempengaruhi efektifitas pengobatan Tjay dan Raharja, 1993. Pemilihan obat bermerek yang digunakan bersamaan juga harus memperhatikan kandungannya karena obat bermerek dapat mengandung lebih dari satu macam obat. Pada sebagian obat, pabrik obat diperbolehkan membuat obat dengan merek masing-masing walaupun sebenarnya macam kandungan obat atau zat aktifnya sama atau hampir sama Widodo, 2004. Hal tersebut dapat mengakibatkan polifarmasi jika tidak diperhatikan seperti penggunaan Panadol dengan Sanmol yang memiliki kandungan serupa yaitu Parasetamol 500 mg.

4.6 Pengaruh faktor-faktor sosiodemografi terhadap tingkat pengetahuan tentang swamedikasi.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan mempunyai hubungan yang bermakna dengan faktor sosiodemografi responden Universitas Sumatera Utara 56 seperti umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Kesimpulan tersebut didasari oleh nilai p dari keempat variabel faktor sosiodemografi yang lebih kecil dari nilai α 0,050. Tabel 4.6 Hubungan tingkat pengetahuan dengan sosiodemografi responden. Variabel Tingkat pengetahuan Total n P.Value Buruk n Sedang n Baik n Umur 18-28 29-39 40-50 51-60 Total 28 42 43 26 139 45 41 35 16 137 25 31 15 3 74 98 114 93 45 350 0,006 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total 69 70 139 66 71 137 22 52 74 157 193 350 0,013 Pendidikan terakhir Tidak tamat SD SD SMPMTs SMASMKMA Perguruan Tinggi Total 4 22 26 80 7 139 3 6 19 93 16 137 3 46 25 74 7 31 45 219 48 350 0,000 Pekerjaan Tidakbelum bekerja Karyawan Guru Mahasiswa Tenaga kesehatan Ibu rumah tangga Wiraswasta Lainnya Total 12 29 1 3 1 43 23 27 139 13 38 1 11 1 35 21 17 137 10 21 5 2 9 11 11 5 74 35 88 7 16 11 89 55 49 350 0,000 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Hermawati 2012 di Kecamatan Cimanggis depok dan Harahap 2015 di Kota Penyabungan yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Universitas Sumatera Utara 57 mengenai swamedikasi tidak dipengaruhi oleh semua faktor sosiodemografi. Sementara hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang di lakukan oleh Calamusa, et al 2011 di italia pengetahuan seseorang mengenai informasi obat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sosiodemografi. Perempuan diketahui lebih banyak mempunyai pengetahuan tentang obat yang lebih baik dibandingkan dengan laki-laki hal ini dikarena perempuan cenderung lebih peduli dengan kesehatan pribadi dan keluarga, juga lebih aktif dalam mencari informasi. Demikian pula pada responden dengan katagori usia produktif 29-39 tahun dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki pengetahuannya tentang obat lebih baik daripada pasien dengan usia lebih muda atau lebih tua dan pasien dengan tingkat pendidikan rendah.

4.7 Pengaruh faktor-faktor sosiodemografi terhadap rasionalitas swamedikasi.