23 lain hanya merasakan ringan saja. Bila mungkin pilihlah obat yang memiliki
efek samping paling ringan. d. Pilih bentuk sediaan obat yang paling sesuai dan nyaman. Suatu obat seringkali
tersedia dalam berbagai bentuk, misalnya tablet, sirup, salep sehingga bisa memilih bentuk obat yang paling aman dan nyaman, misalnya bila menderita
penyakit ringan yang cukup diobati dengan obat luar, sebaiknya jangan memilih obat yang diminum berefek sistemik, karena efek samping obat luar
lebih ringan dari pada obat yang diminum. e. Pilihlah yang harganya murah. Obat dengan harga tinggi tidak selalu
menunjukkan kualitas yang lebih baik. Kenyataannya obat-obat dengan isi yang sama, antar merek obat bisa berbeda harga hingga 3 kali lipat bahkan
lebih. Produsen obat berlomba membuat iklan yang memikat, dan biaya iklan yang tinggi ini akan dibebankan kepada harga produk obat tersebut. Salah satu
cara mendapatkan obat bermutu dan relatif murah adalah dengan membeli obat generikWidodo, 2004.
2.3 Penggolongan Obat
Oleh undang-undang, obat dibagi menurut tingkat keamanannya menjadi beberapa kelompok. Kelompok-kelompok ini selanjutnya menentukan mudah
sukarnya obat didapatkan di pasaran. Obat relatif aman relatif kurang beracun. Makin kurang aman atau makin berbahanya suatu obat, makin ketat obat itu
diawasi peredarannya dan pemakaiannya oleh pemerintah. Sehingga untuk mendapat obat-obat tersebut harus dengan resep dokter dan hanya dapat dibeli di
apotek Anief, 2007.
Universitas Sumatera Utara
24 Ada empat kelompok obat berdasarkan keamanannya:
1. Kelompok obat bebas Sesuai dengan namanya, obat-obat dalam golongan tersebut di atas dapat
dijualbelikan dengan bebas, tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotek, toko obat maupun warung-warung kecil. Sebagai tanda obat bebas, pada
pembungkusnya diberi tanda khusus, warna hijau di dalam lingkaran warna hitam. Termasuk dalam kelompok ini ialah: Vitamin B compleks, vitamin B
1
, tablet vitamin A, vitamin C, multivitamin dan sebagainya.
Golongan obat bebas ini biasanya tidak membahayakan jiwa, dalam arti kata agak luas: bila makan jumlah 10-20 biji sekaligus pun belum tentu sampai
mati saat itu juga. 2. Kelompok obat bebas terbatas
Pada zaman belanda, kelompok ini juga disebut obat daftar W W = Waarschuing = peringatan. Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini dapat
diperjual belikan secara bebas dengan syarat hanya dalamjumlah yang telah ditentukan dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda peringatan ditulis dengan
huruf putih di atas kertas yang umumnya berwarna hitam. Ada enam macam tanda peringatan yang dipilih sesuai dengan obatnya:
Peringatan No. 1: Awas Obat keras. Bacalah aturan memakainya. Peringatan No. 2: Awas Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
Peringatan No. 3: Awas Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan. Peringatan No. 4: Awas Obat keras. Hanya untuk dibakar untuk rokok asma.
Peringatan No. 5: Awas Obat keras. Tidak boleh ditelan. Peringatan No. 6: Awas Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.
Universitas Sumatera Utara
25
Gambar 2.1 Peringatan obat golongan bebas terbatas
Tanda lain untuk obat bebas terbatas ini, pada pembungkusnya diberi tanda khusus, warna biru di dalam lingkaran warna hitam. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah tablet antimo, merkurokrom, Vitamin E 9 maksimal 120 mg, kreosol dan lain-lain.
3. Kelompok obat keras Di dalam kefarmasian dan di zaman belanda dahulu obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini terkenal dengan obat-obat golongan daftar G gevaarlijk = berbahaya atau daftar obat keras.
Obat-obat golongan ini sangat berbahaya, mempunyai kerja sampingan yang sangat besar dan untuk mendapatkannya di perlukan resep dokter dan hanya
dapat dibeli di apotek. Pada pemakaian yang tidak berhati-hati dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat mengakibatkan maut,
misalnya menimbulkan gangguan pada metabolisme, gangguan pada saluran kencing, mengakibatkan penyakit kurangnya pembentukan bentuk darah tertentu
agranulocytosis dan lain-lainnya. Lebih dari 100 bahan obat termasuk dalam kelompok ini, meliputi
antibiotika, obat-obat yang tercantum dalam daftar obat bebas terbatas, bila jumlahnya melebihi dari apa yang ditentukan oleh daftar itu, obat-obat yang
Universitas Sumatera Utara
26 berpengaruh pada susunan saraf seperti obat penenang, obat-obat yang digunakan
dengan cara penyuntikan dan masih banyak lagi yang lainnya. Sebagai tanda obat keras, pada pembungkusnya diberi tanda khusus, huruf
K dengan latar belakang warna merah, di dalam lingkaran warna hitam. 4. Kelompok narkotika.
Obat ini seperti halnya dengan obat daftar G, hanya dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter. Dalam dunia kefarmasian terkenal dengan obat
golongan O O = Opium. Berbeda dengan obat keras, peredaran obat narkotika ini sangat ketat dan di awasi oleh badan pengawasan obat. Di apotek, keluar
masuknya obat-obat narkotika ini dicatat dan dilaporkan kepada badan pengawasan obat. Obat-obat narkotika ini mempunyai akibat buruk, tidak hanya
pada badan pemakainya, tetapi juga pada masyarakat sekelilingnya. Hal ini disebabkan karena mengakibatkan kecanduan, ketergantungan pada obat tersebut
dan dapat merusak kepribadian pemakainya. Jadi masalah narkotika ini bukan hanya merupakan masalah medis tetapi juga merupakan masalah sosial. Contoh
obat narkotika: morfina, kokaina, petidina dan sebagainya.Sebagai tanda narkotika, pada pembungkusnya diberi tanda khusus, palang merah dengan latar
belakang putih, di dalam lingkaran warna merah Anief, 2007.
Gambar 2.2 Penggolongan obat berdasarkan keamanan.
Universitas Sumatera Utara
27 Tidak semua golongan obat dapat diberikan kepada pasien yang
melakukan pengobatan sendiri. Hanya golongan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek yang dapat diberikan Sartono, 1996.
Obat wajib apotek SK No. 347MenkesSKVII1990 yaitu obat keras yang dapat diserahkan apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter.
Apoteker di apotek dalam melayani pasien yang memerlukan obat diwajibkan: a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien.
b. Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan. c. Memberi informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontarindikasi, efek
samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien Sartono, 1996.
2.4 Keluhan Penyakit Ringan dan Penanggulangan 2.4.1 Demam