Pengukuran Kadar ALT Gambaran Histopatologi Organ Hati

41 Tabel 4.9 Pengamatan makroskopik organ hati mencit Kelompok Dosis Pengamatan Warna Konsistensi Permukaan K1 Kontrol Merah kecoklatan Kenyal Licin K2 250 Merah kecoklatan Kenyal Licin K3 500 Merah kecoklatan Kenyal Licin K4 1000 Merah kecoklatan Kenyal Licin K5 2000 Merah kecoklatan Kenyal Licin K6 4000 Merah kecoklatan Kenyal Licin Berdasarkan Tabel 4.9, terlihat bahwa organ hati pada semua kelompok perlakuan masih dalam keadaan normal. Hati dan ginjal yang normal berwarna kecoklatan, permukaannya licin, dan konsistensinya kenyal. Kriteria normal pada organ hati dan ginjal bila tidak ditemukannya perubahan warna, perubahan struktur, dan perubahan konsistensi Anggraini, 2008.

4.4.6 Pengukuran Kadar ALT

Pada umumnya, aktivitas serum ALT, yang lebih umum dikenal dengan Serum Glutamat Piruvat Transaminase SGPT, adalah enzim yang paling spesifik untuk mengidentifikasi adanya kerusakan pada sel hati Hall, 2007. Enzim ini dapat ditemukan pada berbagai jaringan, tetapi paling banyak terdapat pada sel hati hepatosit. Hasil analisis darah mencit untuk pengujian kandungan ALT dilakukan pada akhir perlakuan yaitu hari ke-15 dan dapat dilihat pada Tabel 4.10. 42 Tabel 4.10 Pengukuran rata-rata kadar ALT mencit setelah diberikan ekstrak etanol daun lidah mertua Kelompok Dosis Rata-rata kadar ALT IUL ± SD K1 Kontrol 52,67 ± 20,841 K2 250 59 ± 16,523 K3 500 50 ± 9,000 K4 1000 54,67 ± 8,505 K5 2000 87,33 ± 10,504 K6 4000 112 ± 17,521 Keterangan: SD = Standard Deviasi, = adanya perbedaan signifikan p 0,05 Berdasarkan Tabel 4.10 terlihat bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara kadar ALT pada kelompok kontrol dengan kadar ALT kelompok dosis 250 – 2000 mgkg bb, tetapi pada kelompok dosis 4000 mgkg bb terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol. Menurut Hall 2007, kadar ALT darah mencit normal adalah 25-200 IUL, sehingga kadar ALT mencit pada kelompok dosis 4000 mgkg bb masih tergolong normal memenuhi persyaratan. Diantara enzim yang dihasilkan oleh hati dan peka terhadap kelainan fungsi hati adalah enzim SGPT dan SGOT. Enzim SGPT lebih spesifik sebagai indikator adanya gangguan fungsi hati bila dibandingkan dengan enzim SGOT Rustam, 2011.

4.4.7 Gambaran Histopatologi Organ Hati

Pengamatan histopatologi dilakukan pada akhir masa uji, yaitu pada hari ke-15. Mencit yang masih hidup dibedah untuk diambil organ vitalnya yaitu hati. Hasil pengamatan ini digunakan untuk menentukan spektrum efek toksik pada mencit setelah pemberian sediaan uji. Melalui pengamatan histopatologi ini dapat 43 dilihat kerusakan organ yang tidak terlihat bila hanya diamati secara makroskopik. Hasil pengamatan gambaran histopatologi sel hati mencit dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2, dan 4.3. Keterangan: 1 = Hepatosit, 2 = Vena Sentral, 3 = Sinusoid Gambar 4.1 Histopatologi hati mencit dengan pemberian CMC Na 0,5 dan EEDLM 250 mgkg bb Keterangan: 1 = Hepatosit, 2 = Vena Sentral, 3 = Sinusoid, 4 = Kariopiknosis Gambar 4.2 Histopatologi hati mencit dengan pemberian EEDLM 500 mgkg bb dan 1000 mgkg bb CMC Na 0.5 EEDLM 250 mgkg bb 1 2 3 EEDLM 500 mgkg bb EEDLM 1000 mgkg bb 1 2 3 4 44 Keterangan: 1 = Hepatosit, 2 = Vena Sentral, 3 = Sinusoid, 4 = Kariopiknosis, 5 = Karioreksis Gambar 4.3 Histopatologi hati mencit dengan pemberian EEDLM 2000 mgkg bb dan 4000 mgkg bb Berdasarkan dari gambar di atas dapat dilihat bahwa gambaran histopatologi pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan dosis 250 mgkg bb masih dalam keadaan normal yaitu hepatosit tersusun secara radial dalam lobulus hati dan belum ada terlihat terjadinya degenerasi hidropik maupun nekrosis, sedangkan pada kelompok perlakuan dengan dosis 500, 1000, 2000, dan 4000 mgkg bb terlihat bahwa hati mulai mengalami kerusakan yang ditandai dengan susunan sinusoid yang tidak teratur dan sebagian hepatosit mulai mengalami nekrosis. Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan pada organime hidup. Inti sel yang mati dapat terlihat lebih kecil, kromatin dan serabut retikuler menjadi berlipat-lipat. Inti menjadi lebih padat piknotik yang dapat hancur bersegmen- segmen karioreksis dan kemudian sel menjadi eosinofilik kariolisis. Sel hepar yang mengalami nekrosis dapat meliputi daerah yang luas atau daerah yang kecil Underwood, 1994. 1 2 3 4 5 EEDLM 2000 mgkg bb EEDLM 4000 mgkg bb 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun lidah mertua EEDLM tidak menunjukkan gejala toksik pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dosis 250, 500, dan 1000 mgkg bb, tetapi pada kelompok perlakuan dengan dosis 2000 dan 4000 mgkg bb ditemukan adanya gejala toksik yang ditandai dengan adanya penurunan aktivitas motorik mencit dan aktivitas berjalan dengan perut.

5.2 Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti potensi toksisitas subkronis dan kronis dari ekstrak etanol daun lidah mertua dengan rentang dosis yang lebih bervariatif.