Uji Toksisitas Subkronik Uji Toksisitas Kronik

12 menghasilkan kematian 50 dari populasi di bawah kondisi yang ditentukan dari tes atau LC 50 merupakan konsentrasi perkiraan, dalam lingkungan hewan yang terpapar, yang akan membunuh 50 dari populasi di bawah kondisi yang ditentukan dari tes Hodgson dan Levi, 2000. Nilai LD 50 sangat berguna untuk hal-hal sebagai berikut: a. klasifikasi lazim zat kimia sesuai dengan toksisitas relatifnya dapat dilihat pada Tabel 2.2 BPOM RI., 2014: Tabel 2.2 Klasifikasi lazim zat kimia Tingkat Toksisitas LD 50 Klasifikasi 1 ≤ 1 mgkg Sangat toksik 2 1-50 mgkg Toksik 3 50-500 mgkg Toksik sedang 4 500-5000 mgkg Toksik ringan 5 5-15 gkg Praktis tidak toksik 6 ≥ 15 gkg Relatif tidak membahayakan b. evaluasi dampak keracunan yang tidak sengaja; perencanaan penelitian toksisitas subkronik dan kronik pada hewan, memberikan informasi tentang mekanisme toksisitas, pengaruh umur, seks, faktor penjamu dan faktor lingkungan lainnya dan variasi respons antar spesies dan antar strain hewan; memberikan informasi tentang reaktivitas suatu populasi hewan Lu, 1994.

2.3.2 Uji Toksisitas Subkronik

Uji toksisitas subkronik dilakukan dengan memberikan bahan berulang, setiap hari lima hari seminggu, selama jangka waktu 10 dari masa hidup hewan Retnomurti, 2008. Uji toksisitas subkronik meneliti toksisitas yang disebabkan oleh dosis berulang dalam jangka waktu tertentu Hodgson dan Levi, 2000. 13 Tujuan toksisitas subkronik oral pada rodensia adalah untuk memperoleh informasi BPOM RI., 2014: a. efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut. b. efek toksik setelah pemaparan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu. c. dosis yang tidak menimbulkan efek toksik No Observed-Adverse Effect- LevelNOAEL. d. mempelajari adanya efek kumulatif dan efek reversibilitas setelah pemaparan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu. Pengamatan yang dilakukan dalam pengujian toksisitas subkronis adalah pengamatan pada awal pemberian senyawa meliputi penampakan fisik kematian, membran mucus, kulit dan lain sebagainya, konsumsi makanan, berat badan, respon neurologi, kelakuan yang tidak normal, pernafasan, ECG, EEG, hematologi, pemeriksaan darah, urin. Pengamatan pada akhir pengujian meliputi nekropsi dan histologi Hodgson dan Levi, 2000.

2.3.3 Uji Toksisitas Kronik

Uji toksisitas kronik oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji secara berulang sampai seluruh umur hewan. Perlu dilakukan uji toksisitas kronik mengingat pemakaian obat seringkali memerlukan waktu yang relatif panjang, bahkan mungkin sepanjang masa hidup si pemakai OECD, 2008. Uji toksisitas kronik menentukan toksisitas dari keberadaan bahan yang sebagian besar terdapat dalam kehidupan. Uji ini mirip dengan uji subkronis tetapi 14 memerlukan waktu yang lebih lama dan melibatkan kelompok yang lebih besar dari hewan pada uji toksisitas subkronik Gupta dan Bhardwaj, 2012. Pada tikus, paparan kronik biasanya 6 bulan sampai 2 tahun. Untuk hewan selain tikus biasanya selama satu tahun tetapi mungkin lebih lama Cassaret dan Doull, 2008.

2.4 Pengujian In Vivo