Pemeriksaan Mikroskopik Pemeriksaan Karakterisasi

33

4.2.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik pada serbuk simplisia diperoleh adanya fragmen epidermis bentuk poligonal, stomata tipe parasitik, serabut sklerenkim, berkas pengangkut dengan penebalan spiral, hablur kristal kalsium oksalat bentuk jarum dan kutikula. Gambar hnasil mikroskopik serbuk simplisia dapat dilihat pada Lampiran 5. Uraian mikroskopik mencakup pengamatan terhadap bagian simplisia dan fragmen pengenal dari serbuk simplisia Depkes RI., 1995. Pada tumbuhan, epidermis dan kristal kalsium oksalat dapat digunakan sebagai identitas tumbuhan. Lapisan kutikula pada epidermis merupakan sifat khas tumbuhan di atas tanah Kemenkes RI., 2009. Serbuk simplisia daun lidah mertua memiliki fragmen pengenal berupa epidermis bentuk poligonal, kutikula, stomata tipe parasitik dilingkupi epidermis bentuk lingkaran serta kristal kalsium oksalat bentuk jarum.

4.2.3 Pemeriksaan Karakterisasi

Hasil pemeriksaan karakterisasi dari serbuk simplisia daun lidah mertua dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Karakterisasi serbuk simplisia daun lidah mertua No. Karakterisasi Hasil Pemeriksaan 1. Penetapan kadar air 5,32 2. Penetapan kadar sari larut dalam air 16,26 3. Penetapan kadar sari larut dalam etanol 9,55 4. Penetapan kadar abu 12,62 5. Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam 0,78 34 Monografi simplisia daun lidah mertua belum tercantum dalam Materia Medika Indonesia MMI, sehingga tidak ada acuan dalam menentukan parameternya. Tabel 4.1 menunjukkan kadar air simplisia daun lidah mertua sebesar 5,32, kadar tersebut memenuhi persyaratan umum yaitu lebih kecil dari 10. Kadar air yang lebih besar dari 10 dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya Depkes RI., 1995. Penetapan kadar sari yang larut dalam air menyatakan jumlah zat yang tersari dalam pelarut air seperti glikosida, gula, gom, protein, enzim, zat warna dan asam-asam organik, sedangkan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol seperti glikosida, antrakinon, steroid, flavonoid, klorofil, saponin, tannin, dan yang larut dalam jumlah sedikit yaitu lemak Depkes RI., 1995. Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa simplisia tidak mengandung logam berat tertentu melebihi nilai yang ditetapkan karena dapat berbahaya toksik bagi kesehatan. Penetapan kadar abu total menyatakan jumlah kandungan senyawa anorganik dalam simplisia misalnya Mg, Ca, Na, Zn, dan K. Kadar abu tidak larut dalam asam untuk mengetahui kadar senyawa anorganik yang tidak larut dalam asam, misalnya silikat. Abu total terbagi dua, yaitu abu fisiologis dan abu non fisiologis. Abu fisiologis adalah abu yang berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri, sedangkan abu non fisiologis adalah sisa setelah pembakaran yang berasal dari bahan-bahan luar yang terdapat pada permukaan simplisia WHO, 1998. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam menyatakan jumlah silika pada simplisia, yang diperoleh dengan cara melarutkan abu total dalam 35 asam klorida WHO, 1998. Perhitungan pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun lidah mertua dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.3 Skrining Fitokimia