28
3.8.6 Pemeriksaan SteroidaTriterpenoida
Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan
beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru atau biru kehijauan yang terjadi menunjukkan adanya steroid, sedangkan warna merah, merah muda
atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid Harborne, 1987.
3.9 Tahap Penelitian 3.9.1 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Lidah Mertua EEDLM
Pembuatan ekstrak etanol daun lidah mertua dilakukan dengan cara perkolasi. Dibasahi 100 g serbuk simplisia dengan etanol 96 dan dibiarkan
selama 3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator, tuangi dengan cairan penyari etanol sampai semua simplisia terendam dan terdapat
selapis cairan penyari diatasnya, mulut tabung perkolator ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka. Biarkan
cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, perkolat ditampung. Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak
meninggalkan sisa. Kemudian dipekatkan dengan alat penguap vakum putar hingga diperoleh ekstrak kental Depkes RI., 1979.
3.9.2 Pembuatan Suspensi CMC-Na 0,5
Sebanyak 0,5 g CMC-Na ditaburkan dalam lumpang yang berisi ±20 mL air suling panas. Didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh massa
yang transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan dengan air suling, dihomogenkan dan dimasukkan ke labu tentukur 100 mL, dicukupkan volumenya
dengan air suling hingga 100 mL.
29
3.9.3 Penyiapan dan Pengelompokkan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan yaitu mencit jantan sebanyak 30 ekor dengan bobot 20 – 35 g. Mencit dibagi ke dalam enam kelompok perlakuan, tiap
kelompok terdiri dari lima ekor mencit jantan dimana kelompok I sebagai kelompok kontrol, kelompok II – VI sebagai kelompok perlakuan dengan rincian
sebagai berikut: Kelompok I K1 : Kontrol, diberikan larutan suspensi CMC-Na 0,5
Kelompok II K2 : Perlakuan, diberikan EEDLM dengan dosis 250 mgkg BB Kelompok III K3 : Perlakuan, diberikan EEDLM dengan dosis 500 mgkg BB
Kelompok IV K4 : Perlakuan, diberikan EEDLM dengan dosis 1000 mgkg BB Kelompok V K5 : Perlakuan, diberikan EEDLM dengan dosis 2000 mgkg BB
Kelompok VI K6 : Perlakuan, diberikan EEDLM dengan dosis 4000 mgkg BB
3.9.4 Pemberian Sediaan Uji dan Pengamatan Gejala Toksik
Sebelum diberikan perlakuan, hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 3 – 4 jam dengan tetap diberi minum. Sediaan uji diberikan kepada hewan
uji secara peroral menggunakan oral sonde, satu kali selama masa uji. Kemudian dilakukan pengamatan hewan uji terhadap gejala toksik yang muncul. Waktu
pengamatan adalah 5 menit, 10 menit, 15 menit, 30 menit, 60 menit, 120 menit, 180 menit, dan 240 menit, dan setelah itu diamati selama 14 hari. Perhatian
khusus diberikan akan adanya tremor, salivasi, diare, lemas, gerak–gerik hewan seperti berjalan mundur dan berjalan dengan menggunakan perut, kemudian
dilanjutkan dengan beberapa metode pengujian, yaitu:
30 a. uji panggung
Mencit yang telah diberi ekstrak etanol daun lidah mertua diletakkan di atas meja alas bundar dengan diameter 30 – 40 cm dan tinggi 40 – 45 cm. Pada uji ini
yang diamati adalah aktivitas motorik mencit. b. uji katalepsi
Mencit yang telah diberi ekstrak etanol daun lidah mertua diletakkan di atas pensil yang digerakkan dari bawah ke atas sekitar 2 – 3 cm dari permukaan meja.
Dicatat mudah tidaknya kaki depan mencit jatuh kembali ke atas meja. Pada uji ini yang diamati adalah ada tidaknya gangguan neurologi pada mencit.
Pengamatan meliputi waktu timbul dan hilangnya gejala toksik serta saat terjadinya kematian. Hewan uji yang mati setelah pemberian suspensi sediaan uji
sesegera mungkin dibedah pada bagian perut secara melintang, selanjutnya diambil organ hati, paru-paru, jantung, ginjal, dan testis. Sisa hewan uji yang
masih hidup sampai masa akhir uji, dikorbankan secara fisik dengan dislokasi leher kemudian dibedah dan diambil organnya. Organ-organ tersebut dicuci
dengan NaCl 0,9, kemudian ditimbang dan dimasukkan kedalam pot yang berisi formalin 10 untuk kemudian dikirim kebagian histopatologi untuk
pembuatan preparat histopatologinya. Pengamatan terhadap organ-organ dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: secara makroskopis dengan melihat adanya
perubahan warna, bentuk permukaan, dan tekstur organ untuk organ hati, paru- paru, jantung, ginjal, dan testis, dan secara mikroskopik dengan menggunakan
mikroskop untuk melihat adanya perubahan atau kerusakan struktur histologi organ hati.
31
3.10 Analisis Data