Nama Lain Morfologi Cara Dingin Cara Panas

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UraianTumbuhan Lidah Mertua 2.1.1 Sistematika Tumbuhan Menurut Chase, dkk 2009, sistematika dari tumbuhan lidah mertua adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledonae Ordo : Asparagales Suku : Asparagaceae Genus : Sansevieria Spesies : Sansevieria trifasciata

2.1.2 Nama Lain

Di Indonesia, tumbuhan ini umumnya di kenal dengan sebutan lidah mertua. Nama daerah dari tumbuhan lidah mertua, yaitu ki kolo, letah menyawak Sumatera, nanas belanda Sunda, pacing towo Jawa dan mandafika Madura Utami, 2008.

2.1.3 Morfologi

Lidah mertua merupakan herba menahun, tinggi mencapai 1,8 m dengan akar rimpang berwarna merah-kuning. Daun tunggal, kaku dan keras, permukaan licin, berkumpul sebagai roset akar, yaitu 2-6 helai daun tumbuh berkumpul di pangkal akar. Helaian daun panjang menyempit dengan bagian tepi agak melekuk ke dalam menyerupai talang, ujung runcing, pangkal menyempit, kedua 6 permukaan daun berwarna hijau dengan garis-garis bergelombang horizontal dan tepi daun berwarna kuning cerah, panjang 5-175 cm, lebar 4-9 cm. Bunga majemuk dalam tandan dengan panjang 30-80 cm. Kuntum bunga 3-8 kuntum berkumpul membentuk bulir, berwarna hijau muda, harum dan mekar sepanjang malam. Buah buni, berbiji 1-3, bulat dengan diameter 3 mm dan berwarna merah tua Dalimartha, 2007.

2.1.4 Kandungan Kimia dan Kegunaan

Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat adalah daun. Daun lidah mertua mengandung saponin dan polifenol Dalimartha, 2007. Daun lidah mertua digunakan untuk mengobati flu, batuk, kekurangan vitamin C, bisul, borok, bengkak memar dan penyubur rambut Dalimartha, 2007; Hariana,

2007. 2.2 Metode Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Tujuan utama dari ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan. Zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersebut dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain Ditjen POM. 2000. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan dengan pelarut yang sesuai. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu Harborne, 1987. 7 Menurut Ditjen POM 2000, ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan yaitu cara dingin dan cara panas.

2.2.1 Cara Dingin

Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara dingin terdiri dari: a. maserasi Maserasi adalah penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut disertai sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus menerus disebut maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan penambahan ulang pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi. b. perkolasi Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak terus menerus sampai diperoleh perkolat.

2.2.2 Cara Panas

Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara panas terdiri dari: a. refluks Refluks adalah proses penyarian simplisia pada temperatur titik didihnya menggunakan alat dengan pendingin balik dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu. b. digesti Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada 8 temperatur 40 - 50°C. c. sokletasi Sokletasi adalah proses penyarian menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat khusus soklet dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel. d. infundasi Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 15 menit. e. dekoktasi Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit.

2.3 Toksisitas

Toksisitas adalah kemampuan suatu zat asing dalam menimbulkan kerusakan pada organisme baik saat digunakan atau saat berada dalam lingkungan Priyanto, 2009. Menurut Wisaksono 2002, toksisitas adalah potensi bahan kimia untuk meracuni tubuh orang yang terpapar. Obat sebelum dipasarkan atau digunakan harus menjalani serangkaian uji untuk memastikan efektivitas dan keamanannya Priyanto, 2009. Uji toksisitas dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi resiko akibat pajanan bahan kimia yang terjadi Klassen, 2012. Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologik dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat