Pemeriksaan Jasmani Pemeriksaan Bakteriologik

16 2. Malaise Karena tuberkulosis bersifat radang menahun maka dapat terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan semakin kurus, sakit kepala, mudah lelah, dan pada wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan siklus menstruasi Yunus, F., dkk, 1992.

2.4.2 Pemeriksaan Jasmani

Pemeriksaan jasmani pada tuberkulosis paru terdapat kelainan anatomis yang terletak pada lobuli yang meliputi alveoli dan beberapa bronkiolus terminalis Alsagaff, dkk, 2005. Pada stadium awal penemuan yang utama adalah ronki basah halus waktu inspirasi dalam yang diikuti dengan ekspirasi dalam, terdengar di daerah lesi. Pada stadium yang lebih lanjut karena proses menjalar pelan-pelan dan menahun, maka penderita akan datang dengan keadaan yang sudah lanjut dan kelainan fisik yang mudah diketahui, berupa: a. Kelainan pleura yaitu konsolidasi, fibrosis, atelektasis, danatau kerusakan parenkim dengan sisa suatu kavitas. b. Kelainan saluran pernapasan berupa radang dari mukosa disertai dengan penyempitan maupun penimbunan sekret. c. Kelainan pleura oleh karena proses terletak dekat pleura, maka hampir selalu terjadi reaksi pleura berupa penebalan atau nyeri pleura. Universitas Sumatera Utara 17 Kelainan-kelainan tersebut akan menimbulkan tanda-tanda fisik sebagai berikut: a. Perubahan volume paru Konsolidasi pada parenkim tidak mengubah volume paru. Fibrosis, atelektasis dan kavitas memperkecil volume jaringan paru yang terkena sehingga menarik jaringan sekitar. b. Perubahan pergerakan pernapasan Daerah yang terkena penyakit akan berkurang gerakannya. c. Perubahan penghantaran getaran suara Konsolidasi dan fibrosis pada parenkim paru dengan saluran pernapasan yang masih terbuka akan meningkatkan penghantaran getaran suara sehingga fremitus suara meningkat. Suara napas menjadi bronko-vesikuler atau bronkial, didapatkan bronkofoni atau suara bisik yang disebut whispered pectoriloque Alsagaff, dkk, 2005.

2.4.3 Pemeriksaan Bakteriologik

Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat berupa dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar, urin, faeces, dan jaringan biopsi. Pemeriksaan dahak atau sputum adalah penting karena dapat menemukan bakteri tahan asam BTA yang merupakan diagnosis pasti dalam penegakan diagnosa tuberkulosis dan juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan selain pemeriksaan dahak yang mudah dan murah untuk dilakukan di pelayan kesehatan primer seperti puskesmas PDPI, Universitas Sumatera Utara 18 2006, Sudoyono A., dkk, 2010. Metode pemeriksaan dahak adalah dengan mengumpulkan dahak sebanyak 3 kali SPS, yaitu: 1. S sewaktu: dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. 2. P pagi: dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di unit pelayanan kesehatan. 3. S sewaktu: dahak dikumpulkan di Unit Pelayanan Kesehatan UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi Depkes RI, 2006. Pemeriksaan dahak membutuhkan ±5 mL dahak dan menggunakan pewarnaan seperti dengan metode Ziehl Neelseen NZ atau pewarnaan Kinyoun- Gabbet Widoyono, 2008. Pemeriksaan sediaan dahak dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa, pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop flourensens pewarnaan khusus, pemeriksaan dengan biakan kultur, dan pemeriksaan terhadap resitensi obat. Interpertasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD International Against Tuberculosis and Lung Disease yang direkomendasikan WHO, adalah sebagai berikut: 1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif. 2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah bakteri yang ditemukan. 3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + 1+. Universitas Sumatera Utara 19 4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ 2+. 5. Ditemukan 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ 3+ PDPI, 2006.

2.4.4 Pemeriksaan Radiologik