Pemeriksaan Radiologik Pemeriksaan Penunjang 1. Analisis Cairan Pleura

19 4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ 2+. 5. Ditemukan 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ 3+ PDPI, 2006.

2.4.4 Pemeriksaan Radiologik

Tuberkulosis dapat memberikan gambaran karakteristik untuk tuberkulosis paru melalui foto rontgen toraks, yaitu: 1. Apabila lesi terdapat terutama di lapangan atas paru 2. Bayangan berawan atau berbecak 3. Terdapat kavitas tunggal atau multipel 4. Terdapat kalsifikasi 5. Apabila lesi lateral terutama bila terdapat pada lapangan atas paru 6. Bayangan abnormal yang menetap pada foto toraks setelah foto ulang beberapa minggu kemudian Yunus, F., dkk, 1992. Pemeriksaan khusus yang sering kadang-kadang juga digunakan adalah bronkografi, yakni untuk melihat kerusakan bronkus akibat tuberkulosis, yang dilakukan apabila penderita akan menjalani pembedahan paru. Pemeriksaan radiologis yang lebih canggih dan sudah banyak digunakan adalah Computed Tomography Scanning CT Scan dan Magnetic Resonance Imaging MRI Sudoyono, A., dkk, 2010. Pemeriksaan foto rontgen toraks dibutuhkan untuk kasus yang sulit seperti penderita suspek tuberkulosis HIV positif. Pemeriksaan foto toraks masih kurang akurat bila dibandingkan dengan hasil pemeriksaan sputum. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih akurat Crofton, dkk, 2002. Universitas Sumatera Utara 20

2.4.5 Pemeriksaan Penunjang 1. Analisis Cairan Pleura

Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan pada pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa rendah. 2. Pemeriksaan histopatologi jaringan Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis TB. Pemeriksaan yang dilakukan ialah pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi, yaitu : a. Biopsi aspirasi dengan jarum halus BJH kelenjar getah bening KGB b. Biopsi pleura melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen Silverman c. Biopsi jaringan paru trans bronchial lung biopsyTBLB dengan bronkoskopi, trans thoracal needle aspirationTTNA, biopsi paru terbuka. d. Otopsi Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan yang kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi. Universitas Sumatera Utara 21 2. Pemeriksaan darah Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah LED jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Pemeriksaan Limfosit juga kurang spesifik sebagai indikator spesifik. 3. Uji tuberkulin Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di Indonesia dengan prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila kepositivan dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif PPDI, 2006. Universitas Sumatera Utara 22 Gambar 2.1 Skema alur diagnosis TB paru pada orang dewasa 2.5 Klasifikasi 2.5.1 Klasifikasi Berdasarkan Organ Tubuh yang Terkena 1. TB paru. TB paru adalah TB yang menyerang jaringan parenkim paru. Tidak termasuk pleura selaput paru dan kelenjar pada hilus. 2. TB ekstra paru. TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung pericardium, kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 23

2.5.2 Klasifikasi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis