18 nitrogen rendah, dan konten padatan yang tinggi, selain dari tingginya kadar BOD,
COD, minyak dan grease. Komponen tersebut menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga air limbah sulit untuk terdegradasi secara alami [35].
2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES TRANSESTERIFIKASI 2.4.1 Temperatur Reaksi
Menurut percobaan yang telah dilakukan oleh Tan, dkk 2015, temperatur reaksi yang melebihi 65
o
C akan membakar alkohol dan mengurangi yield biodiesel karena titik didih metanol adalah 65
o
C. Selain itu, gliserol yang diperoleh pada suhu di atas 65
o
C bersifat lebih kental. Penjelasan untuk masalah ini yaitu ester mono dan digliserida nampaknya telah terlarut dalam fasa gliserol,
dimana hal ini menjelaskan volume gliserol yang melimpah. Pada suhu 65
o
C, metanol mulai mendidih dan hal ini akan meningkatkan kemungkinan kontak
antara molekul dan menyebabkan reaksi berlangsung sempurna. Akan tetapi, suhu reaksi di atas 65
o
C, yield biodiesel yang lebih rendah dan yield gliserol yang lebih tinggi diperoleh, dimana penguapan metanol akan membentuk gelembung
yang akan menghambat reaksi antarfasa [6].
2.4.2 Waktu Reaksi
Pada percobaan yang dilakukan dengan bahan baku minyak jelantah dan reaktan metanol didapatkan hasil yaitu yield maksimum 94 yang diperoleh
dalam waktu 2 jam pada temperatur 65
o
C untuk limbah kulit telur ayam. Karena reaksi transesterifikasi bersifat reversibel, maka waktu reaksi yang lebih lama
akan menurunkan yield biodiesel. Sehingga waktu reaksi 2 jam merupakan waktu reaksi optimum [6]. Sedangkan, Wu, dkk 2013 melakukan percobaan dengan
bahan baku minyak kedelai dan reaktan metanol dengan katalis campuran CaO dan zeolit mendapatkan yield biodiesel melebihi 95 dengan waktu reaksi 3 jam
dengan temperatur reaksi 65
o
C [14].
Universitas Sumatera Utara
19
2.4.3 Kecepatan Pengadukan
Pada percobaan yang dilakukan oleh Sirisomboonchai, dkk 2015 dengan bahan baku minyak jelantah dan katalis cangkang kerang yang dikalsinasi
diperoleh bahwa yield FAME melebihi 86 dengan kondisi yaitu kecepatan pengadukan 500 rpm, berat katalis 5, perbandingan molar 6:1 selama 120 menit
dengan temperatur reaksi 65
o
C [7].
2.4.4 Perbandingan Minyak Terhadap Reaktan
Secara umum, alkohol berlebih digunakan untuk menggeser kesetimbangan untuk menghasilkan yield biodiesel yang lebih tinggi. Oleh karena itu,
perbandingan mol yang lebih tinggi digunakan untuk meningkatkan kontak antara minyak dan alkohol yang digunakan. Akan tetapi, ketika perbandingan antara
minyak dan alkohol terlalu besar, dapat menyebabkan efek yang berlawanan terhadap yield biodiesel. Penambahan jumlah metanol yang berlebihan dapat
memperlambat proses pemisahan fasa ester dan gliserol sehingga berpengaruh pada yield biodiesel akhir. Gliserol banyak terlarut dalam metanol yang berlebih
dan menghambat reaksi dimana hal ini dapat menurunkan konversi dengan menggeser kesetimbangan pada arah yang berlawanan. Metanol yang tidak
bereaksi akan menyebabkan gliserol naik ke fasa biodiesel sehingga yield biodiesel menurun dikarenakan gliserol terdapat dalam ester. Perbandingan mol
metanol terhadap minyak 12:1 dipilih sebagai perbandingan optimal untuk katalis CaO yang diperoleh dari kulit telur ayam [6].
2.4.5 Konsentrasi Katalis