12 ramah  lingkungan.  Aktivitas  katalis  dari  kapur  tohor  dapat  ditingkatkan  dengan
mengkonversinya  menjadi  kalsium  metoksida  CaOCH
3 2
.  Dibandingkan dengan  CaO,  katalis  ini  memiliki  aktivitas  yang  lebih  tinggi  dan  kelarutan  yang
lebih rendah pada reaksi transesterifikasi dengan minyak nabati [24]. Katalis yang berbasis  Ca  memiliki  aktivitas  katalis  yang  cenderung  lebih  tingi  dimana
diantaranya  kalsium  metoksida  memiliki  aktivitas  katalis  yang  sangat  baik  dan juga  memiliki  waktu  pakai  yang  panjang  serta  dapat  mempertahankan
keaktifannya bahkan setelah digunakan berulang kali [13]. Menurut  Refaat  2011,  transesterifikasi  dengan  katalis  heterogen  secara
umum  memerlukan  kondisi  operasi  yang  dimana  temperatur  dan  tekanan  relatif tinggi,  dan  kinerja  katalis  heterogen  secara  umum  lebih  rendah  dibandingkan
katalis  homogen.  Selain  itu,  salah  satu  masalah  dengan  katalis  heterogen  adalah pada saat  deaktifasi  akan terjadi beberapa  fenomena, seperti keracunan. Masalah
keracunan biasanya muncul pada proses yang melibatkan minyak jelantah. Secara umum,  katalis  yang  baik  harus  memenuhi  beberapa  syarat  yaitu  dapat  menjadi
katalis  pada  reaksi  transesterifikasi  dan  esterifikasi,  tidak  terdeaktifasi  oleh  air, satabil,  aktif  pada  temperatur  rendah,  dan  memiliki  selektivitas  tinggi.  Efisiensi
katalis  bergantung  pada  beberapa  faktor  yaitu  luas  permukaan  spesifik,  ukuran pori, volume pori dan konsentrasi sisi aktif [25].
Untuk mendapatkan katalis kalsium oksida CaO secara alami, maka kulit telur  bekas  merupakan  sumber  biomassa  yang  baik.  Komponen  utama  dari  kulit
telur  adalah  kalsium  karbonat  CaCO
3
.  Komponen  kalsium  karbonat  akan dikonversi  menjadi  kalsium  oksida  dan  karbon  dioksida  pada  temperatur  tinggi.
Kalsinasi  kulit  telur  pada  temperatur  tinggi  600
o
C  hingga  1000
o
C  telah digunakan pada penelitian terdahulu dan didapatkan yield biodiesel 92-96 [6].
2.2.4  Zeolit
Zeolit, baik  yang sintesis maupun alami, merupakan material  yang tersedia secara  luas,  dan  memiliki  banyak  manfaat  baik  sebagai  katalis,  pemisahan  gas,
adsorpsi  gas  dan  uap  serta  logam  berat,  penghilangan  elemen  radioaktif,  proses pemurnian  air,  dll.  Zeolit  merupakan  kristalin  yaitu  hidrat  aluminosilikat  dari
logam alkali dan alkali tanah  yang memiliki struktur kristal tiga dimensi. Rumus
Universitas Sumatera Utara
13 kimianya  secara  umum  adalah  Li,  Na,  K
α
Mg,  Ca,  Sr,  Ba
d
[Al
α+2d
-Si
n- α+2d
O
2n
].mH
2
O  dengan  basis  72  atom  O  n=36  dan  m=24  molekul  air,  dengan Na
+
,  K
+
,  Ca
2+
dan  Mg
2+
sebagai  kation  yang  paling  sering  muncul.  Zeolit  alam memiliki  sifat  mengkristal  yang  terbatas  yang  mengindikasikan  derajat
kontaminasi mineral dan material amorf yang terdapat pada struktur [26]. Setelah proses dehidrasi, kation pada zeolit kehilangan gaya koordinasi dan menjadi asam
Lewis kuat dan cenderung berpindah tempat untuk melakukan koordinasi dengan atom  oksigen  dimana  hal  tersebut  menyebabkan  perubahan  struktur  yang
diakibatkan  oleh  interaksi  yang  dihasilkan.  Selain  dehidrasi,  adsorpsi  basa  kuat juga  menyebabkan  perubahan  pada  sistem  koordinasi  kation  pada  rangka  zeolit.
Pertukaran  ion  juga  memicu  terjadinya  distorsi  rangka  dimana  hal  tersebut merubah ukuran kation dan jumlah kation per unit sel. Hal ini dapat terlihat jelas
karena  muatan  dari  kation  yang  baru  berbeda  dengan  kation  yang  terdapat  pada aslinya [27].
Kebanyakan  sifat  zeolit  berhubungan  dengan  karakteristik  asam  basa, hidrofobik-hidrofilik  dan  juga  selektivitas  afinitas  adsorpsinya.  Oleh  karena  itu,
terdapat beberapa penelitian yang memanfaatkan zeolit murni tidak hanya sebagai katalis heterogen dalam transesterifikasi trigliserida menjadi biodiesel, tetapi juga
sebagai  penunjang  enzim.  Adapun  parameter  penting  pada  zeolit  seperti  luas permukaan,  diameter  poros,  kekuatan  mekanik,  kestabilan  termal,  durabilitas
secara  kimiawi,  karakter  hidrofobikhidrofilik,  dapat  mempengaruhi  yield  [28]. Kestabilan  termal  zeolit  bervariasi  yaitu  antara  700
– 1300
o
C  untuk  rasio  SiAl yang  berbeda.  Zeolit  memiliki  sifat  yang  unik  dimana  permukaan  dalam  sangat
mudah  diakses  dan  terdiri  lebih  dari  98  dari  total  luas  permukaan.  Luas permukaannya  lebih  kurang  300
–  700  m
2
g  [29].  Untuk  reaksi  transesterifikasi yang melibatkan Trigliserida rantai panjang maka zeolit dengan ukuran pori yang
besar,  aktivitas  yang  meningkat  seiring  dengan  rasio  SiAl  dan  memiliki  sifat hidrofobik lebih diminati [30].
Pada  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Kay  dan  Yasir  2012  dengan menggunakan  bahan  baku  minyak  jatropha  yang  berkualitas  rendah  dengan
menggunakan  katalis  zeolit  alam  diketahui  bahwa  produk  yang  dihasilkan  tidak membentuk fasa FAME [31]. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Wu,
Universitas Sumatera Utara
14 dkk  2013  katalis  dengan  komposisi  30  massa  CaO  pada  Zeolit  NaY  dan
iradiasi  microwave  selama  20  menit  merupakan  katalis  optimum  dengan perbandingan  mol  bahan  baku  9:1,  jumlah  katalis  3  dan  temperature  65
o
C dihasilkan  biodiesel  dengan  yield  melebihi  95  dengan  waktu  reaksi  3  jam.
Selain  itu,  didapatkan  hasil  bahwa  aktivitas  katalis  CaO  meningkat  setelah digunakan dengan zeolit sebagai penunjang. Logam alkali yang berbeda yang diisi
pada alumino atau zeolit terbukti merupakan katalis basa padat yang efektif untuk transesterifikasi minyak nabati. Ketika zeolit  diisi  dengan NaOH, KNO
3
, KF, KI atau  K
2
CO
3
dan  diaktivasi  pada  temperatur  tinggi,  katalis  padat  tersebut menghasilkan aktivitas katalis yang tinggi [14].
2.3  PROSES PEMBUATAN BIODIESEL 2.3.1  Pretreatment dengan Karbon Aktif