Hal ini dikarenakan makin tinggi konsentrasi tepung tapioka yang ditambahkan maka ketebalan edible film makin meningkat dan juga semakin
tinggi volume air yang ketika digunakan akan mengalami pengurangan ketika di panaskan sehingga menyebabkan permukaan edible film semakin menipis atau
berkurang ketebalannya.
4.2.3 Analisa Kadar Air
Kadar air edible film yang dihasilkan pada variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 30 ml air, 7 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin yaitu sebesar 19,5 .
sedangkan pada variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 31 ml air, 6 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin diperoleh kadar air yang lebih besar yaitu 21,
untuk itu edible film dengan variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 31 ml air, 6 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin memiliki kelembaban yang lebih
besar sehingga tidak layak untuk dijadikan edible film.
Nilai kadar air yang tinggi akan menyebabkan mudahnya bakteri untuk berkembang biak dan mengakibatkan kontaminasi sehingga akan terjadi
perubahan pada bahan pangan dan edible film tidak layak pakai.
4.2.4 Analisa Kadar Abu
Kadar abu yang dihasilkan pada edible film pada variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 31 ml air, 6 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin adalah 3,22
, sedangkan pada variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 30 ml air, 7 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin adalah 3,96 . Abu adalah zat organik sisa
hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada edible film
dengan variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 30 ml air, 7 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin menghasilkan kadar abu lebih banyak. Hal ini
dikarenakan semakin banyak tepung tapioka yang ditambahkan maka semakin banyak pula kandungan mineral yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
4.2.5 Analisa Kadar Protein
Kadar protein yang dihasilkan pada edible film dengan variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 31 ml air, 6 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin adalah 3,37
sedangkan pada variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 30 ml air, 7 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin adalah 3,45 . Kadar protein ini dapat
dipengaruhi oleh suhu, pH, dan kelembaban udara.
Dari hasil yang diperoleh kadar protein dengan variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 31 ml air, 6 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin lebih
rendah. Hal ini dikarenakan pengaruh kadar air yang terdapat pada edible film. Kadar air edible film pada penambahan 6 g tepung tapioka tinggi. Sehingga kadar
protein pada perbandingan ini nilainya lebih rendah. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar air maka kecepatan reaksi hidrolisis protein oleh enzim pada
edible film akan semakin cepat.
Pada proses hidrolisis tersebut akan mengakibatkan gugus N yang terdapat pada edible film akan terbebaskan. Gugus N tersebut akan berubah menjadi nitrit.
Karena kadar nitrit pada analisa protein tidak terdeteksi. Akibatnya kadar protein pada edible film dengan variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 31 ml air, 6 g tepung
tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin menurun.
4.2.6 Analisa Kadar Lemak