4.2 Pembahasan Penelitian
4.2.1 Analisa Kuat Tarik
Berdasarkan hasil pengukuran kuat tarik, edible film yang dihasilkan dari penelitian dengan variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 31 ml air, 6 g tepung
tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin uji tarik yang diperoleh sebesar 0,2936 KgFmm
2
, Sedangkan pada edible film dengan variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 30 ml air, 7 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin diperoleh
kuat tarik yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,3405 KgFmm
2
. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa edible film dengan penambahan 7 g tepung tapioka
memberikan hasil kuat tarik bagus. Hal ini dikarenakan proses pencampuran yang merata dan lebih stabil, serta gaya intermolekul antara penyusun tepung tapioka
yang saling menguatkan sehingga edible film yang dihasilkan lebih kuat dan tidak mudah patah ketika ditarik.
4.2.2 Persen Kemuluran dan Ketebalan
Berdasarkan hasil uji kemuluran, edible film dengan variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 31 ml air, 6 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin dihasilkan
persen kemuluran sebesar 11,6 . Sedangkan pada variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 30 ml air, 7 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin adalah 14,1
. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa edible film dengan penambahan 7 g tepung tapioka menghasilkan kemuluran yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi kuat tarik dari edible film maka akan semakin tinggi juga persen kemuluran dari edible film tersebut.
Sedangkan ketebalan edible film pada variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 30 ml air, 7 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin lebih tinggi yaitu 0,23
mm dibandingkan dengan ketebalan edible film pada penambahan tepung tapioka 6 g yaitu 0,21 mm.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dikarenakan makin tinggi konsentrasi tepung tapioka yang ditambahkan maka ketebalan edible film makin meningkat dan juga semakin
tinggi volume air yang ketika digunakan akan mengalami pengurangan ketika di panaskan sehingga menyebabkan permukaan edible film semakin menipis atau
berkurang ketebalannya.
4.2.3 Analisa Kadar Air
Kadar air edible film yang dihasilkan pada variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 30 ml air, 7 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin yaitu sebesar 19,5 .
sedangkan pada variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 31 ml air, 6 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin diperoleh kadar air yang lebih besar yaitu 21,
untuk itu edible film dengan variasi 10 ml ekstrak kulit manggis, 31 ml air, 6 g tepung tapioka, 2 kitosan, dan 2 ml gliserin memiliki kelembaban yang lebih
besar sehingga tidak layak untuk dijadikan edible film.
Nilai kadar air yang tinggi akan menyebabkan mudahnya bakteri untuk berkembang biak dan mengakibatkan kontaminasi sehingga akan terjadi
perubahan pada bahan pangan dan edible film tidak layak pakai.
4.2.4 Analisa Kadar Abu