43
tujuannya untuk mengubah kehidupan bekerja di  salah satu perkebunan sawit  milik swasta.
35
Disisi  lain  didirikan  suatu  pembangunan  yaitu  bidang  perkebunan  sawit pemenuhan  kebutuhan  hidup  atau  mata  pencaharian  penduduk  Pangkalan  Kerinci
pada masa itu tidak terfokus pada perkebunan  yang umumnya penduduk Etnis Jawa disamping  itu,  mulai  dari  sistem  bertani,  mencari  ikan,  mengambil  madu,  menakik
gotah,  masih  tetap  dikerjakan  untuk  memenuhi  kebutuhan  hidup.  Seiring  waktu berjalan  tahun  1991  sampai  1993  mulai  dari  pembukaan  lahan  sampai  berdirinya
perusahaan bubur dan kertas, yaitu PT. Riau Andalan Pulp and Paper RAPP mulai menjalankan  operasional  pabrikpada  tahun  1995.  Sejak  aktivnya  operasional  pabrik
pulp  and  paper  dapat  memacu  perkembangan  perekonomian  penduduk  tempatan maupun  warga  pendatang  luar  daerah  Provinsi  Riau,  meningkatkan  jumlah
pendapatan  penduduk,  dan  mengubah  pola  pikir  kearah  lebih  maju  seperti  : menyediakan rumah sewaan, pekerja buruh harian atau buruh sawmill, penarik becak
motor, sopir truk, sopir oplet, pedagang, dan pegawai  swasta PT. RAPP, kondisi  ini tentunya menyebabkan keragaman etnis di daerah tujuan.
2.4. Pemerintahan Pangkalan Kerinci
Sehubungan  dengan  wilayah  Kewedanaan  Pelalawan  Langgam  Kampar Hilir  dahulu  berasal-usul  sebagai  sebuah  wilayah  Swapraja  dalam  Afdeeling
Bengkalis-Keresidenan  Sumatera  Timur,  wilayah  ini  mempunyai  Hukum  Adat  atau Adatrechtskring  Pelalawan,  yakni  mempunyai  silsilah  keturunan  raja-raja  juga
35
Wawancara,  Kardi,  Penduduk  Pendatang  Dari  Jawa  Barat  1999,  Pasar  Baru  Kelurahan Kerinci Kota, Pangkalan Kerinci17 Oktober 2015.
Universitas Sumatera Utara
44
mempunyai  khasanah  kebudayaan  dan  benda-benda  sejarah  turun-temurun.  Pada tahun 1900-an Sumatera Timur dijadikan 5 Afdeeling, yaitu Deli, Serdang, Langkat,
Asahan,  Bengkalis,  Simalungun,  dan  Karo.  Adapun  kerajaan  dalam  Residensi Sumatera Timur yang termasuk dalam lingkungan Afdeeling Bengkalis, ialah :
1. Siak
2. Pelalawan
3. Rokan IV Koto
4. Kuntodarusalam
5. Rambah
6. Kepenuhan
7. Tambusai
September 1945 Wilayah Swapraja yang dipimpin oleh As Syaidis Syarif Hasyim bin Abubakar  Syahabuddin  Tengku  Besar  Kerajaan  Pelalawan,  tidak  lama  menjadi
bagian daerah administratif Kabupaten Bengkalis sesudah itu tahun 1956 dipindahkan ke  Kabupaten  Tingkat  II  Kampar,  pada  wilayah  kewedanaan  Pekanbaru  Luar  Kota.
Perubahan menjadi Kabupaten Kampar sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun  1956  menetapkan  bahwa  Kewedanaan  Pelalawan  terlepas  dari  Kabupaten
Bengkalis dan bergabung dalam Kabupaten Kampar, menurut Undang-Undang nama Kabupaten Kampar diambil dari nama sungai yaitu Sungai “Kampar”. Beradasarkan
Peraturan  Presiden  Nomor  22  Tahun  1963  tentang  Penghapusan  Keresidenan  dan Kewedanaan  serta  menurut  Instruksi  Gubernur  Kepala  Daerah  Riau,  tanggal  10
Februuari 1946 No. Inst03II1964 mengenai kewedanaan-kewedanaan secara resmi
Universitas Sumatera Utara
45
dihapuskan,  kemudian  Maret  1946  Kewedanaan  Pelalawan  juga  dihapuskan, sekarang  menjadi  bagian  Kecamatan  Bunut  hingga  tahun  2000.  Segala  peraturan
pelaksanaan  yang  telah  ditetapkan  berdasarkan  Undang-Undang  Nomor  18  Tahun 1965 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah.
Pada  masa  pemerintahan  Kabupaten  Kampar,  wilayah  ini  dibagi    atas  4 kecamatan ditambah 1 kecamatan pembantu, sejak masa Pemerintahan Sultan Syarif
Jaafar 1866-1872 membagi 4 daerah kekuasaan Datuk antara lain : 1.
Datuk Angku Raja Lela Putera 2.
Datuk Bandar Setia Diraja 3.
Datuk Laksemana Mangku Diraja 4.
Datuk Kampar  Samar Diraja Menurut salah seorang penulis asing adat Melayu disebut dengan Adat Tumenggung,
orang-orang besar wazir kerajaan diangkat dengan atau tanpa pemufakatan bersama oleh  Raja,  gelar  yang  diberikan  merupakan  sebagai  orang  yang  patutut  mereka
percayakan untuk memegang fungsi penting, seperti : Panglima Perang, Laksemana, Syahbandar,  Bentara,  dan  lain-lain.  Orang-orang  besar  wazir  merupakan  kapala-
kepala  kaum  atau  kepala  rakyat  dalam  bagian  tertentu  dari  kerajaan  dan  duduk sebagai anggota Dewan Kerajaan. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian 4 distrik
sekaligus  merangkap  tugas  selaku  Kepala  District  semasa  Sultan  Syarif  Hasyim  II 1892-1930, empat kecamatan  tersebut, yaitu
36
: 1.
District Langgam :  Datuk Angku Raja Lela Putera Encik Saleh.
36
Tenkoe Nazir, op.cit, hal. 70-75.
Universitas Sumatera Utara
46
2. District Bunut
:  Datuk Kampar Samar Diraja, Haji Mahmud. 3.
District Pangkalan Kuras :  Datuk  Laksemana  Mangku  Diraja,  Encik
Keling 4.
District Serapung :  Datuk Bentara, Encik Mohammad Nil.
Pada masa pemerintahan Kabupaten Kampar menghadapi kondisi ketertinggalan dari letak geografis, penduduk, pemerintahan, pembangunan yang tidak merata, dan yang
dirasakan  oleh  masyarakat  Pelalawan  maupun  beberapa  tokoh-tokoh  masyarakat sejak Indonesia Merdeka. Salah satu usaha untuk memperbaiki kondisi ketertinggalan
sistem pemerintahan  yaitu dengan memiliki kabupaten sendiri, akan tetapi pada saat itu, perkembangan sosial-politik belum berpihak kepada pemimpin daerah, kalangan
tokoh masyarakat, kaum intelektual, pemuda, dan perwakilan kecamatan yang berasal dari  Kabupaten  Kampar.  Oleh  karena  itu  Pemerintah  Kabupaten  Kampar  membuat
suatu kebijakan untuk mempercepat proses pembangunan dan memperpendek rentang kendali  pemerintahan,  tahun  1988  dibentuklah  Wilayah  Pemabangunan  II  Kampar
dengan  Pembantu  Bupati  yang  berkedudukan  di  Pangkalan  Kerinci.
37
Sejak bergulirnya  reformasi  tahun  1998  setelah  jatuhnya  Presiden  Soeharto  dan
menyerahkan kekuasaannya kepada wakilnya Prof. Dr. Ing. B.J.Habibie pada tanggal 19  Mei  1998  maka  terjadi  reformasi  sosial  politik  di  tanah  air,  paradigma
pembangunan  sistem  pemerintahan  telah  banyak  berubah.  Berdasarkan  UU  No.  22
37
Wawancara,  Ekmaizal,  Mantan  Pegawai  Di  Kantor  Pembantu  Bupati  Wilayah  II  Kampar 1988,  Kawasan  Perkantoran  Dinas  Tenaga  Kerja  Pangkalan  Kerinci-Kabupaten  Pelalawan  pada  24
Agustus 2015.
Universitas Sumatera Utara
47
Tahun  1999  dan  kemudian  direvisi  dengan  UU  No.  32  Tahun  2004  mengenai kesadaran  memberikan  kewenangannya  kepada  pemerintah  daerah  yaitu  dikenal
dengan  desentralisasi  pemerintahan  yang  muaranya  adalah  otonomi    daerah,  masa desentralisasi  yang  melahirkan  otonomi  daerah  yang  bermakna  era  partisipasi
masyarakat  yang  diutamakan  dalam  segala  kegiatan.  Pada  era  ini,  pemerintah  pusat maupaun  daerah  bertugas  sebagai  fasilitator  dan  sekaligus  sebagai  pelayan
masyarakat,  hal  ini  sesuai  dengan  hakekat  dari  keberadaan  peerintah  sebagai  abdi mayarakat  yang  sekaligus  pelayan  negara  dalam  pengertian  pada  negara  yang
menganut  sistem  demokrasi  kedaulatan  berada  di  tangan  pemerintah.  Undang- Undang    No.  32  Tahun  2004  sebagai  ladasan  hukum  pelaksanaan  otonomi  daerah
berorientasi  kepada  kegiatan  yang  diarahkan  untuk  pemberdayaan  masyarakat  dan pelayanan  kepada  masyarakat.  Dengan  semboyan  pelayanan  yang  murah,  mudah,
cepat, dan pengakuan pengembangan keanekaragaman daerah untuk dijadikan potensi efektif dalam kemakmuran masyarakat.
38
Salah satu  usaha untuk  memperbaiki keadaan keberdayaan masyarakat  yang sesuai  dengan  era  otonomi  daerah  yaitu  melaksanakan  kegiatan  pembangunan.
Pembangunan  dalam  arti  suatu  proses  untuk  meningkatkan  keberdayaan  dalam meraih cita-cita masa depan oleh karena itu dalam pelaksanaanya diperlukan strategi
yang  menempatkan  masyarakat  sebagai  subjek  pembangunan,  bukan  hanya  sebagai objek.  Sebagai  subjek  masyarakat  didorong  untuk  membuat  perencanaan,
melaksanakan,  mengendalikannya  dan  proses  pembangunan  seperti  ini  akan  mampu
38
H. Sujianto, dkk., op.cit., hal. 11-12.
Universitas Sumatera Utara
48
menggali  potensi yang dimiliki oleh daerah atau dikenal dengan pembangunan yang berbasis lokal. Kemampuan suatu daerah menggali potensi lokal sesuai dengan nilai-
nilai  kultur  daerah  setempat,  Kabupaten  Pelalawan  dilihat  dari  sejarah  dan  kultural merupakan  wilayah  bekas  Kerajaan  Melayu,  secara  budaya  daerah  ini  telah
mempunyai  nilai-nilai  lokal  yang  dipangku  oleh  masyarakatnya,  oleh  karena  itu pembangunan  yang  dilaksanakan  oleh  Pemerintah  Kabupaten  Pelalawan  bersumber
dari  nilai-nilai  lokal  sesuai  dengan  ketentuan  Undang-Undang  No.  32  Tahun  2004. Keinginan  untuk  mewujudkan  perubahan  sistem  dalam  sosial  politik  pemerintahan
Republik  Indonesia,  yang  disponsori  oleh    Prof.  Ir.  Dr.  Tengku  Dahril,  MSc menjabat  Rektor  UIR  sekaligus  menjabat  sebagai  Ketua  Ikatan  Cendikiawan
Muslim  Indonesia  ICMI  Orwil  Riau  dan  tokoh-tokoh  masyarakat  Pelalawan,  pada tanggal  31  Januari  1999  terpilih  sebagai  Ketua  Umum  Formatur  Panitia  Persiapan
Pembentukan  Kabupaten  Pelalawan  di  Kawasan  Kampar  Bagian  Hilir.  Pada  4 Februari  1999  diadakan  Rapat  Akbar  Masyarakat  Eks  Kewedanaan  Pelalawan  di
Pangkalan Kerinci yang menghasilkan suatu Deklarasi Pembentukan Kabupaten baru di  Kawasan  Kampar  Bagian  Hilir,  kemudian  aspirasi  masyarakat  dibulatkan  dalam
Seminar dan Musyawarah Besar  MUBES Masyarakat Kampar  Bagian  Hilir dalam rangka Pembentukan Kabupaten Pelalawan yang diselenggarakan pada tanggal 11-13
April 1999 di Pangkalan Kerinci, Kecamatan Langgam, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Musyawarah  dihadiri oleh 250 orang utusan terdiri atas wakil masyarakat dari
setiap  desa  dan  kecamatan  di  kawasan  Kampar  Bagian  Hilir  serta  di  dukung  oleh seluruh  komponen  bangsa  dan  kekuatan  reformasi  pemuka  masyarakat,  alim  ulama,
Universitas Sumatera Utara
49
cendikiawan,  tokoh  adat,  dan  termasuk  pejabat  pemerintah,  dunia  usaha,  dan  lain sebagainya. Hasil Seminar dan Mubes diserahkan kepada Bupati KDH Tk. II Kampar
tanggal  3  Mei  1999,  DPRD  tanggal  7  Mei  1999,  Gubernur  KDH  dan  DPRD  Tk.  I Riau  di  Pekanbaru  tanggal  12  Mei  1999,  Presiden  dan  DPRMPR  di  Jakarta,  untuk
mendapatkan  rekomendasi  dan  persetujuan  berdasarkan  Nomor  :  Kpts. PMBPKPSCIII1999  Pasal I.
Akhir  bulan  Agustus  1999  terdengar  informasi  mengenai  Pembentukan Kabupaten  Pelalawan,  pada  tanggal  16  September  1999  disepakatilah  Undang-
Undang No. 53 Tahun 1999 mengenai pembentukan 8 kabupatenkota lainnya dalam wilayah Provinsi Riau diantaranya : Kabupaten Pelalawan, Rokan Hulu, Rokan Hilir,
Siak,  Karimun,  Natuna,  Kuantan  Singingi,  dan  Kota  Batam.  Pemerintah  Kabupaten Pelalawan  berdasarkan  Undang-Undang  No.  53  Tahun  1999,  baik  secara  politik
maupun  administratif  telah  berdiri  sendiri,  lepas  dari  Pemerintahan  Kabupaten Kampar.  Setelah  pembentukan  Kabupaten  Pelalawan  maka  kegiatan  selanjutnya
mengenai  pemilihan  Pelakasana  Tugas  Bupati  dengan  mengusulkan  beberapa  nama akhirnya  Gubernur  Riau  H.  Saleh  Jasit  memilih  Drs.  H.  Azwar  A.S.  Mantan
Seketaris Daerah Kabupaten Kampar dan Seketaris Daerah Drs. H. Marwan Ibrahim. Setelah dilantiknya Drs. Azwar A.S. sebagai Pejabat Bupati Pelalawan, Berdasarkan
Surat  Keputusan  Menteri  Dalam  Negeri  Republik  Indonesia  No.  131.24-1132  pada tanggal  8  Oktober  1999  dan  Pelaksana  Tugas  Bupati  oleh  Menteri  Dalam  Negeri,
yaitu  Interim  Jenderal  Feisal  Tanjung  di  Aula  Depdagri  Jakarta  pada  tanggal  12
Universitas Sumatera Utara
50
Oktober 1999. Pada tanggal 20 Oktober 1999 merupakan hari pelaksanaan syukuran atas  terbentuknya  Kabupaten  Pelalawan  yang  disponsori  oleh  Panitia  Persiapan  dan
PT.  Riau  Andalan  Pulp  and  Paper  RAPP  bertempat  di  Kantor  Bupati  Pelalawan, kemudian  berdasarkan  Surat  Keputusan  Gubernur  Riau  Nomor.  KPTS.528XI2000
tanggal  9  November  tahun  2000  tentang  diresmikannya  keanggotaan  DPRD Kabupaten  Pelalawan  hasil  Pemilu  tahun  1999  sebanyak  25  orang.  Sehubungan
dengan Legislatif DPRD Kabupaten Pelalawan membentuk Panitia Pemilihan Bupati dan  Wakil  Bupati  Pelalawan  pertama  dilakukan  pada  tanggal  5  Maret  2001  melalui
Sidang  Paripurna,  terpilihlah  pasangan  T.  Asmun  Jafaar,  SH  sebagai  Bupati Pelalawan  dan  Drs.  Abdul  Anas  Badrun  sebagai  Wakil  Bupati  Pelalawan  periode
2001-2006,  berdasarkan  Surat  Keputusan  Menteri  Dalam  Negeri  dan  Otonomi Daerah  Nomor.  131.24-024  Tanggal  22  Maret  2001.  Dengan  pelantikan  dan
pengangkatan sumpah maka pemberhentian dengan hormat Drs. Azwar A.S. sebagai Pejabat  Bupati  sekaligus  menetapkan  T.  Asmun  Jaafar,  S.H.  sebagai  Bupati
Kabupaten  Pelalawan  dan  Drs.  Abdul  Anas  Badrun  secara  definitif  membenahi  dan melengkapi  struktur  pemerintahan,  serta  mempercepat  proses  pembangunan
Kabupaten  Pelalawan  yang  tertinggal  untuk  pertama  kalinya  dalam  sejarah Kabupaten  Pelalawan.  Dalam  menentukan  arah  dan  kebijakan  pembangunan
Kabupaten Pelalawan, maka ditetapkanlah Motto Kabupaten Pelalawan yakni “Tuah Negeri  Seiya  Sekata”  denganrumusan  Visi  dan  Misi  Rencana  Strategi  Kabupaten
Pelalawan yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor. 446 Tahun 2002, yaitu
39
39
H.  Tenas  Effendy,  dkk.,  Lintasan  Sejarah  Pelalawan  Dari  Pekantua  Ke  Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
51
“  TERWUJUDNYA  KABUPATEN  PELALAWAN  YANG  MAJU  DAN SEJAHTERA,  MELALUI  PEMBERDAYAAN    EKONOMI  KERAKYATAN
YANG  DIDUKUNG  OLEH  PERTANIAN  YANG  UNGGUL,  DAN  INDUSTRI YANG  TANGGUH  DALAM  MASYARAKAT  YANG  BERADAT,  BERIMAN,
BERTAQWA, DAN BERBUDAYA MELAYU  TAHUN 2030, DENGAN SISTEM PEMERINTAHAN  YANG  BERDISPLIN,  BERTANGUNG  JAWAB  DAN
OTONOMIS, SEBAGAI BEKAL MENGHADAPI ERA GLOBALISASI”. Dengan  konsep  ini  diharapkan  Kabupaten  Pelalawan  dapat  menjadi
Kabupaten  yang  dibanggakan  oleh  masyarakatnya,  karena  telah  eksis,  terpandang, dan berpengaruh dalam proses kehidupan sosial-ekonomi di dunia yang akan datang.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Pelalawan telah menyusun Rencana Strategis Kabupaten  Pelalawan  Tahun  2001-2005  yaitu  Lima  Arah  Pembangunan  yang
bertujuan untuk menjawab persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dan pemerintah sendiri, diantaranya :
1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan.
3. Meningkatkan sarana perhubungan dan transportasi.
4. Meningkatkan usaha pertanian berbasiskan industri.
5. Meningkatkan aparatur pemerintahan.
Pelalawan, Pangkalan Kerinci: Pemerintah Kabupaten Pelalawan, 2005, hal. 183-220.
Universitas Sumatera Utara
52
Artinya  dalam  pelaksanaan  Lima  Arah  Pembangunan  tersebut  tidak  hanya berdasarkan  pada  letak  geografis,  sektoral  maupun  lintas  sektoral,  akan  tetapi
bagaimana  mengintegrasikannya  ke  dalam  kegiatan  multidimensi  sehingga  akan terlihat  keutuhan  Lima  Arah  Pembangunan  dan  jumlah  dana  yang  digunakan  untuk
malaksanakannya berikut dipaparkan pada tabel 6 rinciannya, sebagai berikut
40
:
Tabel 5 Lima Arah Kebijakan Dan Biaya Pelaksanaan Tahun 2001-2007 Pemerintah
Kabupaten Pelalawan No.
Pembangunan Bidang Dana Rp
Persentasi
1. Aparatur
1.082,511,263,944.45 26.78
2. Ekonomi Kerakyatan
860,709,841,663.20 21.30
3. Kesehatan
453,057,375,556.00 11.21
4. Pendidikan
908,199,225,891.00 22.47
5. PerhubunganTransportasi
737,263,964,237.24 18.24
Jumlah 4.041,736,671,341.89
100.00
Sumber  : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2010. Dari  tabel  diatas  memberikan  penjelasan  bahwa  selama  delapan  tahun  biaya  yang
dikeluarkan  oleh  pemerintah  Kabupaten  Pelalawan  sebesar  Rp.  4,041  triliun,  dari jumlah  persentase  terbanyak  adalah  pembangunan  bidang  aparatur  disusul  dengan
pembangunan  dibidang  lainnya  sampai  terakhir  pada  bidang  kesehatan.  Dana pelaksanaan  delapan  tahun  artinya  bila  dibandingkan  dengan  visi  dan  misi
Pemerintah Kabupaten Pelalawan yang akan tercapai tahun 2030 yakni 26,67  dari total  33,33    pada  sepuluh  tahun  pertama.  Untuk  sepuluh  tahun  kedua  pencapaian
yang diharapkan adalah 66,67  dan terakhir akan mencapai 100  pada tahun 2030.
40
H. Sujianto, dkk., op.cit., hal. 14-15.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang Masalah
Mulai tahun 1950 Kondisi wilayah Pangkalan Kerinci adalah dusun kawasan daerah tertinggal yang juga merupakan kawasan hutan rimba ditumbuhi pohon-pohon
besar  maka  tidak  heran  kalau  dahulu  hewan  buas  melintas  sekitar  areal  hutan  dan jumlah penduduk diperkirakan sekitar 5-10 KK karena sebagian besar penduduk yang
tinggal menetap di wilayah dusun adalah penduduk tempatan lokal sebagai identitas etnis  melayu,  jadi  sejak  dahulu  sampai  sekarang  masyarakat  Pangkalan  Kerinci
penduduk  tempatan  sangat  melestarikan  identitas  Etnis  Melayu.
1
Etnis  melayu penduduk  Pangkalan  Kerinci  dibagi  dua  bagian,  yaitu  Melayu  Pesisir  dan  Melayu
Petalangan,  walaupun  terdapat  perbedaan  baik  dalam  pelaksanaan  adat-istiadat, sistem  kekerabatan,  penggunaan  bahasa,  kedua  etnis  tersebut  saling  bergantungan,
membutuhkan,  dan  satu  kesatuan  yang  utuh.  Sejak  1950  wilayah  administratif pemerintahan  wilayah  Pangkalan  Kerinci  merupakan  bagian  dari  Kecamatan
Langgam,  Kabupaten  Kampar  Provinsi  Riau.  Pada  masa  pemerintahan  Kabupaten Kampar  pembagian  wilayah  kecamatan  dibagi  menjadi  empat  kecamatan  dan  satu
kecamatan  pembantu,  yaitu  :  Kecamatan  Langgam,  Kecamatan  Bunut,  Kecamatan Pangkalan Kuras, Kecamatan Kuala Kampar, dan Kecamatan Pembantu Kerumutan.
1
Etnis  diartikan  sebagai  langkah  mengidentifikasikan  diri  dan  perasaan  menjadi  bagian sebuah  kelompok  yang  lebih  luas  daripada  kelompok  kekeluargaan  atau  jaringan  orang  yang  saling
mengenal. Jadi Etnis Melayu merupakan suatu nilai luhur yang memberi kebolehan, untuk selalu hidup rukun,  damai,  dan  berpegang  pada  ajaran  Islam.  Kategori  adatnya  ialah  adat  sebenar  adat,  adat  yang
teradat,  dan  adat  yang  diadatkan.  Lihat  H  Suwardi  MS,  Kebudayaan  Melayu,  Pekanbaru:  Kampus Akademi Pariwisata Engku Puteri Hamidah, 2007, hal. 66.
Universitas Sumatera Utara
2
Seiring berjalannya waktu melihat situasi pemberdayaan atau pembangunan wilayah sejak  pemerintahan  Kabupaten  Kampar,  banyak  kendala  yang  dihadapi  karena
minimnya  sarana  transportasi  untuk  mendukung  setiap  kegiatan  pembangunan  juga karena  jauhnya  jarak  rentang  kendali  pemerintahan  dengan  wilayah  kecamatan  dan
harus  ditempuh  melewati  jalur  Sungai  Kampar  dengan  menggunakan  perahu  atau pompong  sedangkan  jalan  darat  melewati  jalan  setapak  atau  jalan  pintas  melewati
hutan,  dengan  demikian  pemberdayaan  penduduk  Pangkalan  Kerinci  pada  masa pemerintahan Kabupaten Kampar begitu sulit sehingga untuk melihat perkembangan
wilayah segala sesuatunya banyak terabaikan.
2
Sesungguhnya  pembangunan  merupakan  suatu  proses  untuk  meningkatkan pemberdayaan  dalam  meraih  cita-cita  masa  depan  yang  sesuai  dengan  era  otonomi
daerah,  dalam  artian  pemberdayaan  yang  dimaksud  adalah  meningkatkan  partisipasi masyarakat  dalam  setiap  bentuk  kegiatan  pembangunan.  Sebagai  subjek  masyarakat
didorong  untuk  membuat  perencanaan,  melaksanaan,  dan  mengendalikan.  Proses pembangunan  yang  demikian  akan  mampu  untuk  menggali  potensi  dimiliki  oleh
daerah.  Perencanaan  pembangunan  di  Kabupaten  Kampar  dapat  direalisasikan melalui  aspek  perkembangan  dan  pembangunan  ekonomi  terhadap  sektor  pertanian,
perkebunan,  pertambangan,  serta  industri.  Tahun  1950-1980  bahwa  perkembangan perekonomian  penduduk  Pangkalan  Kerinci  bersumber  dari  hasil  pertanian  yang
diolah  atas  hak  tanah  milik  masing-masing  kepala  keluarga,  diantaranya  pertanian
2
Wawancara,  H  M  Yunus,  Kepala  Desa  Sering  periode  2004-2010  dan  2013-2019,  JL. Jambu Kelurahan Kerinci Kota, Pangkalan Kerinci pada 10 Februari 2015.
Universitas Sumatera Utara
3
karet,  ladang  berpindah-pindang,  buruh  penyadap  karet,  mencari  ikan,  menumbai madu,  dan  ketika  musim  panen  seluruh  hasil  mata  pencaharian  dijual  kepada
pedagang  maupun  kepada  touke.  Dari  hasil  penjualan  inilah  penduduk  tempatan gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup,  walaupun demikian kebutuhan terhadap
Sumber Daya Alam selalu terpenuhi karena dilestarikan dengan baik oleh penduduk tempatan.
Memasuki  tahun  1985  sejalan  dengan  pembangunan  dan  perkembangan perekonomian  menunjukkan  perubahan  terhadap  aspek  sektor  perkebunan,  yang
mana para investor-investor asing mulai menanamkan sahamnya pada tempat-tempat yang  strategis  atas  perizinan  dari  pemerintah  dan  warga  penduduk  setempat.
Pembangunan  sektor  perkebunan  sawit  milik  PT.  Indosawit  adalah  faktor  penarik awal  masuknya  migrasi  dari  berbagai  daerah,  suku,  agama,  untuk  mengubah
kehidupan  yang  lebih  baik  dari  tempat  tinggal  mereka  sebelumnya  untuk mendapatkan  kesempatan  pekerjaan  dan  peningkatkan  pendapatan  ekonomi.
Masuknya  migrasi  dari  beberapa  daerah  seperti  :  Jawa,  Sumatera  Utara,  Sumatera Barat, Aceh, Palembang, dan daerah lainnya yang juga membawa pengaruh terhadap
perkembangan  wilayah  Pangkalan  Kerinci  selain  itu  kehadiran  para  migrasi beradaptasi  ke  daerah  yang  baru  akan  terjalinnya  interaksi  sosial  antara  penduduk
Universitas Sumatera Utara
4
tempatan  dengan  penduduk  pendatang  dan  mengakibatkan  terjadinya  peningkatkan pertambahan jumlah penduduk.
3
Tahun 1993 dibangunnya PT. Riau Andalan Pulp and Paper PT.RAPP yang bergerak dibidang industri
4
pembuatan kertas  yang merupakan anak perusahaan dari Raja Garuda Mas RGM grup terbesar di Asia Tenggara bahkan di Negara ASEAN
dan  secara  resmi  dinaungi  oleh  perusahaan  APRIL  Asian  Pasific  Resources International  Holding  Ltd  sebagai  ouner  Bapak  Sukanto  Tanoto.  Industri  pulp  dan
kertas  merupakan  industri  yang  berkembang  pesat,  hal  ini  didukung  dengan permintaan  akan  kertas  yang  terus  meningkat  dari  tahun  ke  tahun  yang
mengakibatkan  permintaan  akan  kayu  untuk  bahan  baku  pembuatan  kertas meningkat.  Perkembangan  industri  tersebut  akan  menuntut  tersedianya  bahan  baku
yang  mencukupi  dan  daya  dukung  lingkungan  sekitarnya,  kapasitas  produksi  yang besar  dan  industri  pengolahan  kayu  yang  beraneka  ragam  tidak  seimbang  dengan
daya  dukung  hutan  alam.  Salah  satu  upaya  untuk  mengurangi  ketergantungan terhadap kayu dari hutan alam adalah dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri
HTI.  Pembangunan  HTI  diperlukan  untuk  menyediakan  bahan  baku  kayu  untuk industri  serta  untuk  mengatasi  persoalan  kehutanan  yang  bermuara  pada  terciptanya
kelestarian  ekosistem  lingkungan  yang  berkelanjutan  pada  peran  sosial  ekonomi
3
Wawancara,  Kardi,  penduduk  pendatang  migrasi  dari  Jawa  Timur  tahun  1999,  JL.Pasar Baru Pangkalan Kerinci pada 20 Februari 2015.
4
Industri  adalah  kegiatan  ekonomi  yang  mengolah  bahan  mentah,  bahan  baku,  barang setengah jadi  menjadi barang dengan  nilai tambah  yang  lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk
kegiatan rancang bangun dan perekayasaannya.
Universitas Sumatera Utara
5
sumber  daya  hutan.
5
Kapasitas  produksi  bubur  kertas  dan  kertas  yang  mencapai  2,8  juta tontahun  di  proses  melalui  mesin  berteknologi  canggih  yang  saling  terintegrasi,
berkembangnya industri ini tidak lepas dari keberhasilan perusahaan mengadaptasi teknologi penghasil kertas yang ramah lingkungan.
6
Keberadaan  perusahaan  PT.  Riau  Pulp  and  Paper  RAPP  ditengah-tengah kota Pangkalan Kerinci sejak 1993-2007 mampu membawa pengaruh terutama dalam
kehidupan sosial seperti jumlah penduduk setiap tahunnya terus meningkat, pada satu sisi  tersedianya  kesempatan  kerja  pada  sektor  industri  lain,  mengubah  pola  pikir
masyarakat  lebih  maju  dengan  membuka  usaha  sendiri  dengan  begitu  kesempatan kerja  semakin  terbuka  lebar.  Pangkalan  Kerinci  yang  dahulu  kawasan  dusun  atau
daerah  tertinggal  dan  kini  menjadi  ibukota  kabupaten  pada  wilayah  administratif Kabupaten  Pelalawan  sebagai  daerah  Kabupaten  yang  baru  mengalami  proses
perkembangan cukup pesat  baik  dari aspek ekonomi, politik,  budaya, budaya, sosial dan lainnya. Pembentukan Kabupaten Pelalawan tidak terlepas dari dukungan pejabat
pemerintah,  pemuka  masyarakat,  berbagai  pihak  lainnya,  dan  dunia  usaha  salah satunya  adalah  perusahaan  PT.  RAPP.
7
Berdirinya  perusahaan  PT.  RAPP  ditengah- tengah  lingkungan  masyarakat  Pangkalan  Kerinci  hal  ini  dapat  memacu  untuk
menghadapi suatu perubahan sosial maupun ekonomi yang sangat berkaitan  dengan
5
Desliana Sidabutar “Biaya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Di PT. Riau Andalan Pulp and Paper Sektor Pelalawan”, Skripsi, belum diterbitkan, IPB: Bogor, 2009, hal. 13-15.
6
Sumber: http:elib.unikom
.  ac.iddownload.pnp2id:130769[PDF]  BABII  Tinjauan  Umum PT. RAPP II. I Sejarah singkat Upload tanggal 03 Desember 2014 pukul 12.09 Wib.
7
T.  Azmun  Jaafar,  Strategi  Pemberdayaan  Dan  Pembangunan  Di  Kabupaten  Pelalawan- Riau, Riau: Pemerintah Kabupaten Pelalawan, 2001, hal. 15-23.
Universitas Sumatera Utara
6
pembangunan,  beberapa  indikator  perubahan  ekonomi  yaitu  :  pendapatan  penduduk maupun  distribusi  pendapatan,  fasilitas  sarana  dan  prasarana  seperti  :  kualitas  jalan,
alat  transportasi,  serta  pembangunan  sarana-prasarana  ekonomi  :  pasar,  pusat perbelanjaan,  dan  toko  atau  warung.  Sedangkan  perubahan  sosial  dapat  dilihat  dari
jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan masyarakat, dan sarana pendidikan. Disamping  itu  memiliki  tanggung  jawab  berupa  kebijakan  sosial  dan
lingkungan  sekitar  yang  diterapkan  melaui  program  tangung  jawab  sosial  atau Corporate  Social  Responsibility  CSR.  Tahun  1999  PT.  RAPP  telah  menjalankan
program pengembangan masyarakat melalui kegiatan hubungan kemasyarakatan dan kontribusi  masyarakat.  Tahun  1999  pada  bulan  April  pihak  manajemen  perusahaan
berkomitmen  menjalankan  program  tanggung  jawab  sosial  perusahaan  dengan menetapkan satu departemen yaitu, Community Development Departmen yang khusus
menangani  program  tanggung  jawab  sosial  perusahaan  dengan  community empowerment  sebagai  target  sasaran,  tangung  jawab  sosial  perusahaan  mencakup
tanggung  jawab  sosial  dari  pelaku  usaha  untuk  menjamin  berlangsungnya  program- program
atau aktivitas
yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
8
Community  Development  Department  PT.  RAPP  telah  melakukan
8
Matias Siagian, Agus Suriadi,  CSR Perspektif Pekerjaan Sosial, Medan: FISIP USU Press, 2010,  hal. 99-100.
Universitas Sumatera Utara
7
kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan di setiap daerah yang berhampiran dengan kawasan pabrik maupun hutan tanam industri.
9
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis mengkaji tentang “Pengaruh  PT. Riau
Andalan  Pulp  and  Paper  RAPP  Terhadap  Masyarakat  Pangkalan  Kerinci, Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau 1993-
2007”. Peneliti melihat kurun waktu yaitu diawali  tahun  1993  sebab,  tahun  1993  merupakan  tahap  perancangan  pabrik  PT.
RAPP  dengan  luas  lahan  1750  Ha  berdasarkan  persetujuan  oleh  pemerintah  dan masyarakat tempatan, kemudian tahun 1995 secara resmi operasional pabrik produksi
pulp  berjalan  aktif.  Sejak  dibangunnya  perusahaan  atau  industri  yang  cukup  pesat maka  daerah  Pangkalan  Kerinci  mulai  dilirik  oleh  warga  pendatang  migrasi  yang
ingin  mengadu  nasib  untuk  mencari  penghidupan  yang  lebih  baik  dari  kehidupan semula  di  daerah  asal.  Keadaan  tersebut  merupakan  suatu  daya  tarik,  berupa
tersedianya  kesempatan    kerja  dari  berdirinya  industri  yang  membutuhkan  tenaga kerja, juga didukung dengan sarana transportasi darat dan sungai, perkembangan dan
terjadinya  perubahan  struktur  sosial  ekonomi.  Disamping  itu  perusahaan  PT.  RAPP memiliki  kewajiban  terhadap  sosial  dan  lingkungan  sekitar  yang  disebut  dengan
program CSR dikenal dengan Community Development PT. RAPP awal pembentukan bulan  April  tahun  1999.  Program  CSR  adalah  upaya  pendekatan  yang  dilakukan
kepada masyarakat untuk memperkuat citra perusahaan di mata masyarakat, CSR kini tidak  saja  dihubungakan  dengan  peningkatan  Sumber  Daya  Manusia  atau
9
Norawaty Sihombing “Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Riau Andalan Pulp And Paper
di Desa Rantau Panjang Kecamatan Koto Gasib Kabupaten Siak”, Skripsi, belum diterbitkan, USU: Medan, 2008, hal. 1-3.
Universitas Sumatera Utara
8
pemberdayaan  masyarakat  setempat  tetapi  juga  perlindungan  serta  pengelolaan terhadap  lingkungan.  Kemudian  peneliti  mengakhiri  pada  kurun  waktu  yaitu  tahun
2007, terjadi fenomena PHK Pemberhentian Hubungan Kerja secara besar-besaran sekitar  400  karyawan  yang  berpengaruh  terhadap  global  warming,  sebagian  besar
karyawan  yang  mengalami  PHK  dikembalikan  ke  daerah  asal  sedangkan  keadaan perputaran  ekonomi,  ketika  itu  kehidupan  pasar  atau  interaksi  jual  beli  antara
produsen  dan  konsumen  sedikit  renggang  sehingga  daya  beli  masyarakat  menurun karena ramainya kehidupan pasar juga disebabkan dari  karyawan perusahaan.
I.2 Rumusan Masalah