43
tujuannya untuk mengubah kehidupan bekerja di salah satu perkebunan sawit milik swasta.
35
Disisi lain didirikan suatu pembangunan yaitu bidang perkebunan sawit pemenuhan kebutuhan hidup atau mata pencaharian penduduk Pangkalan Kerinci
pada masa itu tidak terfokus pada perkebunan yang umumnya penduduk Etnis Jawa disamping itu, mulai dari sistem bertani, mencari ikan, mengambil madu, menakik
gotah, masih tetap dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seiring waktu berjalan tahun 1991 sampai 1993 mulai dari pembukaan lahan sampai berdirinya
perusahaan bubur dan kertas, yaitu PT. Riau Andalan Pulp and Paper RAPP mulai menjalankan operasional pabrikpada tahun 1995. Sejak aktivnya operasional pabrik
pulp and paper dapat memacu perkembangan perekonomian penduduk tempatan maupun warga pendatang luar daerah Provinsi Riau, meningkatkan jumlah
pendapatan penduduk, dan mengubah pola pikir kearah lebih maju seperti : menyediakan rumah sewaan, pekerja buruh harian atau buruh sawmill, penarik becak
motor, sopir truk, sopir oplet, pedagang, dan pegawai swasta PT. RAPP, kondisi ini tentunya menyebabkan keragaman etnis di daerah tujuan.
2.4. Pemerintahan Pangkalan Kerinci
Sehubungan dengan wilayah Kewedanaan Pelalawan Langgam Kampar Hilir dahulu berasal-usul sebagai sebuah wilayah Swapraja dalam Afdeeling
Bengkalis-Keresidenan Sumatera Timur, wilayah ini mempunyai Hukum Adat atau Adatrechtskring Pelalawan, yakni mempunyai silsilah keturunan raja-raja juga
35
Wawancara, Kardi, Penduduk Pendatang Dari Jawa Barat 1999, Pasar Baru Kelurahan Kerinci Kota, Pangkalan Kerinci17 Oktober 2015.
Universitas Sumatera Utara
44
mempunyai khasanah kebudayaan dan benda-benda sejarah turun-temurun. Pada tahun 1900-an Sumatera Timur dijadikan 5 Afdeeling, yaitu Deli, Serdang, Langkat,
Asahan, Bengkalis, Simalungun, dan Karo. Adapun kerajaan dalam Residensi Sumatera Timur yang termasuk dalam lingkungan Afdeeling Bengkalis, ialah :
1. Siak
2. Pelalawan
3. Rokan IV Koto
4. Kuntodarusalam
5. Rambah
6. Kepenuhan
7. Tambusai
September 1945 Wilayah Swapraja yang dipimpin oleh As Syaidis Syarif Hasyim bin Abubakar Syahabuddin Tengku Besar Kerajaan Pelalawan, tidak lama menjadi
bagian daerah administratif Kabupaten Bengkalis sesudah itu tahun 1956 dipindahkan ke Kabupaten Tingkat II Kampar, pada wilayah kewedanaan Pekanbaru Luar Kota.
Perubahan menjadi Kabupaten Kampar sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 menetapkan bahwa Kewedanaan Pelalawan terlepas dari Kabupaten
Bengkalis dan bergabung dalam Kabupaten Kampar, menurut Undang-Undang nama Kabupaten Kampar diambil dari nama sungai yaitu Sungai “Kampar”. Beradasarkan
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 1963 tentang Penghapusan Keresidenan dan Kewedanaan serta menurut Instruksi Gubernur Kepala Daerah Riau, tanggal 10
Februuari 1946 No. Inst03II1964 mengenai kewedanaan-kewedanaan secara resmi
Universitas Sumatera Utara
45
dihapuskan, kemudian Maret 1946 Kewedanaan Pelalawan juga dihapuskan, sekarang menjadi bagian Kecamatan Bunut hingga tahun 2000. Segala peraturan
pelaksanaan yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah.
Pada masa pemerintahan Kabupaten Kampar, wilayah ini dibagi atas 4 kecamatan ditambah 1 kecamatan pembantu, sejak masa Pemerintahan Sultan Syarif
Jaafar 1866-1872 membagi 4 daerah kekuasaan Datuk antara lain : 1.
Datuk Angku Raja Lela Putera 2.
Datuk Bandar Setia Diraja 3.
Datuk Laksemana Mangku Diraja 4.
Datuk Kampar Samar Diraja Menurut salah seorang penulis asing adat Melayu disebut dengan Adat Tumenggung,
orang-orang besar wazir kerajaan diangkat dengan atau tanpa pemufakatan bersama oleh Raja, gelar yang diberikan merupakan sebagai orang yang patutut mereka
percayakan untuk memegang fungsi penting, seperti : Panglima Perang, Laksemana, Syahbandar, Bentara, dan lain-lain. Orang-orang besar wazir merupakan kapala-
kepala kaum atau kepala rakyat dalam bagian tertentu dari kerajaan dan duduk sebagai anggota Dewan Kerajaan. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian 4 distrik
sekaligus merangkap tugas selaku Kepala District semasa Sultan Syarif Hasyim II 1892-1930, empat kecamatan tersebut, yaitu
36
: 1.
District Langgam : Datuk Angku Raja Lela Putera Encik Saleh.
36
Tenkoe Nazir, op.cit, hal. 70-75.
Universitas Sumatera Utara
46
2. District Bunut
: Datuk Kampar Samar Diraja, Haji Mahmud. 3.
District Pangkalan Kuras : Datuk Laksemana Mangku Diraja, Encik
Keling 4.
District Serapung : Datuk Bentara, Encik Mohammad Nil.
Pada masa pemerintahan Kabupaten Kampar menghadapi kondisi ketertinggalan dari letak geografis, penduduk, pemerintahan, pembangunan yang tidak merata, dan yang
dirasakan oleh masyarakat Pelalawan maupun beberapa tokoh-tokoh masyarakat sejak Indonesia Merdeka. Salah satu usaha untuk memperbaiki kondisi ketertinggalan
sistem pemerintahan yaitu dengan memiliki kabupaten sendiri, akan tetapi pada saat itu, perkembangan sosial-politik belum berpihak kepada pemimpin daerah, kalangan
tokoh masyarakat, kaum intelektual, pemuda, dan perwakilan kecamatan yang berasal dari Kabupaten Kampar. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Kampar membuat
suatu kebijakan untuk mempercepat proses pembangunan dan memperpendek rentang kendali pemerintahan, tahun 1988 dibentuklah Wilayah Pemabangunan II Kampar
dengan Pembantu Bupati yang berkedudukan di Pangkalan Kerinci.
37
Sejak bergulirnya reformasi tahun 1998 setelah jatuhnya Presiden Soeharto dan
menyerahkan kekuasaannya kepada wakilnya Prof. Dr. Ing. B.J.Habibie pada tanggal 19 Mei 1998 maka terjadi reformasi sosial politik di tanah air, paradigma
pembangunan sistem pemerintahan telah banyak berubah. Berdasarkan UU No. 22
37
Wawancara, Ekmaizal, Mantan Pegawai Di Kantor Pembantu Bupati Wilayah II Kampar 1988, Kawasan Perkantoran Dinas Tenaga Kerja Pangkalan Kerinci-Kabupaten Pelalawan pada 24
Agustus 2015.
Universitas Sumatera Utara
47
Tahun 1999 dan kemudian direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004 mengenai kesadaran memberikan kewenangannya kepada pemerintah daerah yaitu dikenal
dengan desentralisasi pemerintahan yang muaranya adalah otonomi daerah, masa desentralisasi yang melahirkan otonomi daerah yang bermakna era partisipasi
masyarakat yang diutamakan dalam segala kegiatan. Pada era ini, pemerintah pusat maupaun daerah bertugas sebagai fasilitator dan sekaligus sebagai pelayan
masyarakat, hal ini sesuai dengan hakekat dari keberadaan peerintah sebagai abdi mayarakat yang sekaligus pelayan negara dalam pengertian pada negara yang
menganut sistem demokrasi kedaulatan berada di tangan pemerintah. Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 sebagai ladasan hukum pelaksanaan otonomi daerah
berorientasi kepada kegiatan yang diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan semboyan pelayanan yang murah, mudah,
cepat, dan pengakuan pengembangan keanekaragaman daerah untuk dijadikan potensi efektif dalam kemakmuran masyarakat.
38
Salah satu usaha untuk memperbaiki keadaan keberdayaan masyarakat yang sesuai dengan era otonomi daerah yaitu melaksanakan kegiatan pembangunan.
Pembangunan dalam arti suatu proses untuk meningkatkan keberdayaan dalam meraih cita-cita masa depan oleh karena itu dalam pelaksanaanya diperlukan strategi
yang menempatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan, bukan hanya sebagai objek. Sebagai subjek masyarakat didorong untuk membuat perencanaan,
melaksanakan, mengendalikannya dan proses pembangunan seperti ini akan mampu
38
H. Sujianto, dkk., op.cit., hal. 11-12.
Universitas Sumatera Utara
48
menggali potensi yang dimiliki oleh daerah atau dikenal dengan pembangunan yang berbasis lokal. Kemampuan suatu daerah menggali potensi lokal sesuai dengan nilai-
nilai kultur daerah setempat, Kabupaten Pelalawan dilihat dari sejarah dan kultural merupakan wilayah bekas Kerajaan Melayu, secara budaya daerah ini telah
mempunyai nilai-nilai lokal yang dipangku oleh masyarakatnya, oleh karena itu pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pelalawan bersumber
dari nilai-nilai lokal sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Keinginan untuk mewujudkan perubahan sistem dalam sosial politik pemerintahan
Republik Indonesia, yang disponsori oleh Prof. Ir. Dr. Tengku Dahril, MSc menjabat Rektor UIR sekaligus menjabat sebagai Ketua Ikatan Cendikiawan
Muslim Indonesia ICMI Orwil Riau dan tokoh-tokoh masyarakat Pelalawan, pada tanggal 31 Januari 1999 terpilih sebagai Ketua Umum Formatur Panitia Persiapan
Pembentukan Kabupaten Pelalawan di Kawasan Kampar Bagian Hilir. Pada 4 Februari 1999 diadakan Rapat Akbar Masyarakat Eks Kewedanaan Pelalawan di
Pangkalan Kerinci yang menghasilkan suatu Deklarasi Pembentukan Kabupaten baru di Kawasan Kampar Bagian Hilir, kemudian aspirasi masyarakat dibulatkan dalam
Seminar dan Musyawarah Besar MUBES Masyarakat Kampar Bagian Hilir dalam rangka Pembentukan Kabupaten Pelalawan yang diselenggarakan pada tanggal 11-13
April 1999 di Pangkalan Kerinci, Kecamatan Langgam, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Musyawarah dihadiri oleh 250 orang utusan terdiri atas wakil masyarakat dari
setiap desa dan kecamatan di kawasan Kampar Bagian Hilir serta di dukung oleh seluruh komponen bangsa dan kekuatan reformasi pemuka masyarakat, alim ulama,
Universitas Sumatera Utara
49
cendikiawan, tokoh adat, dan termasuk pejabat pemerintah, dunia usaha, dan lain sebagainya. Hasil Seminar dan Mubes diserahkan kepada Bupati KDH Tk. II Kampar
tanggal 3 Mei 1999, DPRD tanggal 7 Mei 1999, Gubernur KDH dan DPRD Tk. I Riau di Pekanbaru tanggal 12 Mei 1999, Presiden dan DPRMPR di Jakarta, untuk
mendapatkan rekomendasi dan persetujuan berdasarkan Nomor : Kpts. PMBPKPSCIII1999 Pasal I.
Akhir bulan Agustus 1999 terdengar informasi mengenai Pembentukan Kabupaten Pelalawan, pada tanggal 16 September 1999 disepakatilah Undang-
Undang No. 53 Tahun 1999 mengenai pembentukan 8 kabupatenkota lainnya dalam wilayah Provinsi Riau diantaranya : Kabupaten Pelalawan, Rokan Hulu, Rokan Hilir,
Siak, Karimun, Natuna, Kuantan Singingi, dan Kota Batam. Pemerintah Kabupaten Pelalawan berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999, baik secara politik
maupun administratif telah berdiri sendiri, lepas dari Pemerintahan Kabupaten Kampar. Setelah pembentukan Kabupaten Pelalawan maka kegiatan selanjutnya
mengenai pemilihan Pelakasana Tugas Bupati dengan mengusulkan beberapa nama akhirnya Gubernur Riau H. Saleh Jasit memilih Drs. H. Azwar A.S. Mantan
Seketaris Daerah Kabupaten Kampar dan Seketaris Daerah Drs. H. Marwan Ibrahim. Setelah dilantiknya Drs. Azwar A.S. sebagai Pejabat Bupati Pelalawan, Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 131.24-1132 pada tanggal 8 Oktober 1999 dan Pelaksana Tugas Bupati oleh Menteri Dalam Negeri,
yaitu Interim Jenderal Feisal Tanjung di Aula Depdagri Jakarta pada tanggal 12
Universitas Sumatera Utara
50
Oktober 1999. Pada tanggal 20 Oktober 1999 merupakan hari pelaksanaan syukuran atas terbentuknya Kabupaten Pelalawan yang disponsori oleh Panitia Persiapan dan
PT. Riau Andalan Pulp and Paper RAPP bertempat di Kantor Bupati Pelalawan, kemudian berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Riau Nomor. KPTS.528XI2000
tanggal 9 November tahun 2000 tentang diresmikannya keanggotaan DPRD Kabupaten Pelalawan hasil Pemilu tahun 1999 sebanyak 25 orang. Sehubungan
dengan Legislatif DPRD Kabupaten Pelalawan membentuk Panitia Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pelalawan pertama dilakukan pada tanggal 5 Maret 2001 melalui
Sidang Paripurna, terpilihlah pasangan T. Asmun Jafaar, SH sebagai Bupati Pelalawan dan Drs. Abdul Anas Badrun sebagai Wakil Bupati Pelalawan periode
2001-2006, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor. 131.24-024 Tanggal 22 Maret 2001. Dengan pelantikan dan
pengangkatan sumpah maka pemberhentian dengan hormat Drs. Azwar A.S. sebagai Pejabat Bupati sekaligus menetapkan T. Asmun Jaafar, S.H. sebagai Bupati
Kabupaten Pelalawan dan Drs. Abdul Anas Badrun secara definitif membenahi dan melengkapi struktur pemerintahan, serta mempercepat proses pembangunan
Kabupaten Pelalawan yang tertinggal untuk pertama kalinya dalam sejarah Kabupaten Pelalawan. Dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan
Kabupaten Pelalawan, maka ditetapkanlah Motto Kabupaten Pelalawan yakni “Tuah Negeri Seiya Sekata” denganrumusan Visi dan Misi Rencana Strategi Kabupaten
Pelalawan yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor. 446 Tahun 2002, yaitu
39
39
H. Tenas Effendy, dkk., Lintasan Sejarah Pelalawan Dari Pekantua Ke Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
51
“ TERWUJUDNYA KABUPATEN PELALAWAN YANG MAJU DAN SEJAHTERA, MELALUI PEMBERDAYAAN EKONOMI KERAKYATAN
YANG DIDUKUNG OLEH PERTANIAN YANG UNGGUL, DAN INDUSTRI YANG TANGGUH DALAM MASYARAKAT YANG BERADAT, BERIMAN,
BERTAQWA, DAN BERBUDAYA MELAYU TAHUN 2030, DENGAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG BERDISPLIN, BERTANGUNG JAWAB DAN
OTONOMIS, SEBAGAI BEKAL MENGHADAPI ERA GLOBALISASI”. Dengan konsep ini diharapkan Kabupaten Pelalawan dapat menjadi
Kabupaten yang dibanggakan oleh masyarakatnya, karena telah eksis, terpandang, dan berpengaruh dalam proses kehidupan sosial-ekonomi di dunia yang akan datang.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Pelalawan telah menyusun Rencana Strategis Kabupaten Pelalawan Tahun 2001-2005 yaitu Lima Arah Pembangunan yang
bertujuan untuk menjawab persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dan pemerintah sendiri, diantaranya :
1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan.
3. Meningkatkan sarana perhubungan dan transportasi.
4. Meningkatkan usaha pertanian berbasiskan industri.
5. Meningkatkan aparatur pemerintahan.
Pelalawan, Pangkalan Kerinci: Pemerintah Kabupaten Pelalawan, 2005, hal. 183-220.
Universitas Sumatera Utara
52
Artinya dalam pelaksanaan Lima Arah Pembangunan tersebut tidak hanya berdasarkan pada letak geografis, sektoral maupun lintas sektoral, akan tetapi
bagaimana mengintegrasikannya ke dalam kegiatan multidimensi sehingga akan terlihat keutuhan Lima Arah Pembangunan dan jumlah dana yang digunakan untuk
malaksanakannya berikut dipaparkan pada tabel 6 rinciannya, sebagai berikut
40
:
Tabel 5 Lima Arah Kebijakan Dan Biaya Pelaksanaan Tahun 2001-2007 Pemerintah
Kabupaten Pelalawan No.
Pembangunan Bidang Dana Rp
Persentasi
1. Aparatur
1.082,511,263,944.45 26.78
2. Ekonomi Kerakyatan
860,709,841,663.20 21.30
3. Kesehatan
453,057,375,556.00 11.21
4. Pendidikan
908,199,225,891.00 22.47
5. PerhubunganTransportasi
737,263,964,237.24 18.24
Jumlah 4.041,736,671,341.89
100.00
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2010. Dari tabel diatas memberikan penjelasan bahwa selama delapan tahun biaya yang
dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Pelalawan sebesar Rp. 4,041 triliun, dari jumlah persentase terbanyak adalah pembangunan bidang aparatur disusul dengan
pembangunan dibidang lainnya sampai terakhir pada bidang kesehatan. Dana pelaksanaan delapan tahun artinya bila dibandingkan dengan visi dan misi
Pemerintah Kabupaten Pelalawan yang akan tercapai tahun 2030 yakni 26,67 dari total 33,33 pada sepuluh tahun pertama. Untuk sepuluh tahun kedua pencapaian
yang diharapkan adalah 66,67 dan terakhir akan mencapai 100 pada tahun 2030.
40
H. Sujianto, dkk., op.cit., hal. 14-15.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang Masalah
Mulai tahun 1950 Kondisi wilayah Pangkalan Kerinci adalah dusun kawasan daerah tertinggal yang juga merupakan kawasan hutan rimba ditumbuhi pohon-pohon
besar maka tidak heran kalau dahulu hewan buas melintas sekitar areal hutan dan jumlah penduduk diperkirakan sekitar 5-10 KK karena sebagian besar penduduk yang
tinggal menetap di wilayah dusun adalah penduduk tempatan lokal sebagai identitas etnis melayu, jadi sejak dahulu sampai sekarang masyarakat Pangkalan Kerinci
penduduk tempatan sangat melestarikan identitas Etnis Melayu.
1
Etnis melayu penduduk Pangkalan Kerinci dibagi dua bagian, yaitu Melayu Pesisir dan Melayu
Petalangan, walaupun terdapat perbedaan baik dalam pelaksanaan adat-istiadat, sistem kekerabatan, penggunaan bahasa, kedua etnis tersebut saling bergantungan,
membutuhkan, dan satu kesatuan yang utuh. Sejak 1950 wilayah administratif pemerintahan wilayah Pangkalan Kerinci merupakan bagian dari Kecamatan
Langgam, Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Pada masa pemerintahan Kabupaten Kampar pembagian wilayah kecamatan dibagi menjadi empat kecamatan dan satu
kecamatan pembantu, yaitu : Kecamatan Langgam, Kecamatan Bunut, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kecamatan Kuala Kampar, dan Kecamatan Pembantu Kerumutan.
1
Etnis diartikan sebagai langkah mengidentifikasikan diri dan perasaan menjadi bagian sebuah kelompok yang lebih luas daripada kelompok kekeluargaan atau jaringan orang yang saling
mengenal. Jadi Etnis Melayu merupakan suatu nilai luhur yang memberi kebolehan, untuk selalu hidup rukun, damai, dan berpegang pada ajaran Islam. Kategori adatnya ialah adat sebenar adat, adat yang
teradat, dan adat yang diadatkan. Lihat H Suwardi MS, Kebudayaan Melayu, Pekanbaru: Kampus Akademi Pariwisata Engku Puteri Hamidah, 2007, hal. 66.
Universitas Sumatera Utara
2
Seiring berjalannya waktu melihat situasi pemberdayaan atau pembangunan wilayah sejak pemerintahan Kabupaten Kampar, banyak kendala yang dihadapi karena
minimnya sarana transportasi untuk mendukung setiap kegiatan pembangunan juga karena jauhnya jarak rentang kendali pemerintahan dengan wilayah kecamatan dan
harus ditempuh melewati jalur Sungai Kampar dengan menggunakan perahu atau pompong sedangkan jalan darat melewati jalan setapak atau jalan pintas melewati
hutan, dengan demikian pemberdayaan penduduk Pangkalan Kerinci pada masa pemerintahan Kabupaten Kampar begitu sulit sehingga untuk melihat perkembangan
wilayah segala sesuatunya banyak terabaikan.
2
Sesungguhnya pembangunan merupakan suatu proses untuk meningkatkan pemberdayaan dalam meraih cita-cita masa depan yang sesuai dengan era otonomi
daerah, dalam artian pemberdayaan yang dimaksud adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap bentuk kegiatan pembangunan. Sebagai subjek masyarakat
didorong untuk membuat perencanaan, melaksanaan, dan mengendalikan. Proses pembangunan yang demikian akan mampu untuk menggali potensi dimiliki oleh
daerah. Perencanaan pembangunan di Kabupaten Kampar dapat direalisasikan melalui aspek perkembangan dan pembangunan ekonomi terhadap sektor pertanian,
perkebunan, pertambangan, serta industri. Tahun 1950-1980 bahwa perkembangan perekonomian penduduk Pangkalan Kerinci bersumber dari hasil pertanian yang
diolah atas hak tanah milik masing-masing kepala keluarga, diantaranya pertanian
2
Wawancara, H M Yunus, Kepala Desa Sering periode 2004-2010 dan 2013-2019, JL. Jambu Kelurahan Kerinci Kota, Pangkalan Kerinci pada 10 Februari 2015.
Universitas Sumatera Utara
3
karet, ladang berpindah-pindang, buruh penyadap karet, mencari ikan, menumbai madu, dan ketika musim panen seluruh hasil mata pencaharian dijual kepada
pedagang maupun kepada touke. Dari hasil penjualan inilah penduduk tempatan gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, walaupun demikian kebutuhan terhadap
Sumber Daya Alam selalu terpenuhi karena dilestarikan dengan baik oleh penduduk tempatan.
Memasuki tahun 1985 sejalan dengan pembangunan dan perkembangan perekonomian menunjukkan perubahan terhadap aspek sektor perkebunan, yang
mana para investor-investor asing mulai menanamkan sahamnya pada tempat-tempat yang strategis atas perizinan dari pemerintah dan warga penduduk setempat.
Pembangunan sektor perkebunan sawit milik PT. Indosawit adalah faktor penarik awal masuknya migrasi dari berbagai daerah, suku, agama, untuk mengubah
kehidupan yang lebih baik dari tempat tinggal mereka sebelumnya untuk mendapatkan kesempatan pekerjaan dan peningkatkan pendapatan ekonomi.
Masuknya migrasi dari beberapa daerah seperti : Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, Palembang, dan daerah lainnya yang juga membawa pengaruh terhadap
perkembangan wilayah Pangkalan Kerinci selain itu kehadiran para migrasi beradaptasi ke daerah yang baru akan terjalinnya interaksi sosial antara penduduk
Universitas Sumatera Utara
4
tempatan dengan penduduk pendatang dan mengakibatkan terjadinya peningkatkan pertambahan jumlah penduduk.
3
Tahun 1993 dibangunnya PT. Riau Andalan Pulp and Paper PT.RAPP yang bergerak dibidang industri
4
pembuatan kertas yang merupakan anak perusahaan dari Raja Garuda Mas RGM grup terbesar di Asia Tenggara bahkan di Negara ASEAN
dan secara resmi dinaungi oleh perusahaan APRIL Asian Pasific Resources International Holding Ltd sebagai ouner Bapak Sukanto Tanoto. Industri pulp dan
kertas merupakan industri yang berkembang pesat, hal ini didukung dengan permintaan akan kertas yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang
mengakibatkan permintaan akan kayu untuk bahan baku pembuatan kertas meningkat. Perkembangan industri tersebut akan menuntut tersedianya bahan baku
yang mencukupi dan daya dukung lingkungan sekitarnya, kapasitas produksi yang besar dan industri pengolahan kayu yang beraneka ragam tidak seimbang dengan
daya dukung hutan alam. Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap kayu dari hutan alam adalah dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri
HTI. Pembangunan HTI diperlukan untuk menyediakan bahan baku kayu untuk industri serta untuk mengatasi persoalan kehutanan yang bermuara pada terciptanya
kelestarian ekosistem lingkungan yang berkelanjutan pada peran sosial ekonomi
3
Wawancara, Kardi, penduduk pendatang migrasi dari Jawa Timur tahun 1999, JL.Pasar Baru Pangkalan Kerinci pada 20 Februari 2015.
4
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang dengan nilai tambah yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk
kegiatan rancang bangun dan perekayasaannya.
Universitas Sumatera Utara
5
sumber daya hutan.
5
Kapasitas produksi bubur kertas dan kertas yang mencapai 2,8 juta tontahun di proses melalui mesin berteknologi canggih yang saling terintegrasi,
berkembangnya industri ini tidak lepas dari keberhasilan perusahaan mengadaptasi teknologi penghasil kertas yang ramah lingkungan.
6
Keberadaan perusahaan PT. Riau Pulp and Paper RAPP ditengah-tengah kota Pangkalan Kerinci sejak 1993-2007 mampu membawa pengaruh terutama dalam
kehidupan sosial seperti jumlah penduduk setiap tahunnya terus meningkat, pada satu sisi tersedianya kesempatan kerja pada sektor industri lain, mengubah pola pikir
masyarakat lebih maju dengan membuka usaha sendiri dengan begitu kesempatan kerja semakin terbuka lebar. Pangkalan Kerinci yang dahulu kawasan dusun atau
daerah tertinggal dan kini menjadi ibukota kabupaten pada wilayah administratif Kabupaten Pelalawan sebagai daerah Kabupaten yang baru mengalami proses
perkembangan cukup pesat baik dari aspek ekonomi, politik, budaya, budaya, sosial dan lainnya. Pembentukan Kabupaten Pelalawan tidak terlepas dari dukungan pejabat
pemerintah, pemuka masyarakat, berbagai pihak lainnya, dan dunia usaha salah satunya adalah perusahaan PT. RAPP.
7
Berdirinya perusahaan PT. RAPP ditengah- tengah lingkungan masyarakat Pangkalan Kerinci hal ini dapat memacu untuk
menghadapi suatu perubahan sosial maupun ekonomi yang sangat berkaitan dengan
5
Desliana Sidabutar “Biaya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Di PT. Riau Andalan Pulp and Paper Sektor Pelalawan”, Skripsi, belum diterbitkan, IPB: Bogor, 2009, hal. 13-15.
6
Sumber: http:elib.unikom
. ac.iddownload.pnp2id:130769[PDF] BABII Tinjauan Umum PT. RAPP II. I Sejarah singkat Upload tanggal 03 Desember 2014 pukul 12.09 Wib.
7
T. Azmun Jaafar, Strategi Pemberdayaan Dan Pembangunan Di Kabupaten Pelalawan- Riau, Riau: Pemerintah Kabupaten Pelalawan, 2001, hal. 15-23.
Universitas Sumatera Utara
6
pembangunan, beberapa indikator perubahan ekonomi yaitu : pendapatan penduduk maupun distribusi pendapatan, fasilitas sarana dan prasarana seperti : kualitas jalan,
alat transportasi, serta pembangunan sarana-prasarana ekonomi : pasar, pusat perbelanjaan, dan toko atau warung. Sedangkan perubahan sosial dapat dilihat dari
jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan masyarakat, dan sarana pendidikan. Disamping itu memiliki tanggung jawab berupa kebijakan sosial dan
lingkungan sekitar yang diterapkan melaui program tangung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility CSR. Tahun 1999 PT. RAPP telah menjalankan
program pengembangan masyarakat melalui kegiatan hubungan kemasyarakatan dan kontribusi masyarakat. Tahun 1999 pada bulan April pihak manajemen perusahaan
berkomitmen menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan dengan menetapkan satu departemen yaitu, Community Development Departmen yang khusus
menangani program tanggung jawab sosial perusahaan dengan community empowerment sebagai target sasaran, tangung jawab sosial perusahaan mencakup
tanggung jawab sosial dari pelaku usaha untuk menjamin berlangsungnya program- program
atau aktivitas
yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
8
Community Development Department PT. RAPP telah melakukan
8
Matias Siagian, Agus Suriadi, CSR Perspektif Pekerjaan Sosial, Medan: FISIP USU Press, 2010, hal. 99-100.
Universitas Sumatera Utara
7
kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan di setiap daerah yang berhampiran dengan kawasan pabrik maupun hutan tanam industri.
9
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis mengkaji tentang “Pengaruh PT. Riau
Andalan Pulp and Paper RAPP Terhadap Masyarakat Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau 1993-
2007”. Peneliti melihat kurun waktu yaitu diawali tahun 1993 sebab, tahun 1993 merupakan tahap perancangan pabrik PT.
RAPP dengan luas lahan 1750 Ha berdasarkan persetujuan oleh pemerintah dan masyarakat tempatan, kemudian tahun 1995 secara resmi operasional pabrik produksi
pulp berjalan aktif. Sejak dibangunnya perusahaan atau industri yang cukup pesat maka daerah Pangkalan Kerinci mulai dilirik oleh warga pendatang migrasi yang
ingin mengadu nasib untuk mencari penghidupan yang lebih baik dari kehidupan semula di daerah asal. Keadaan tersebut merupakan suatu daya tarik, berupa
tersedianya kesempatan kerja dari berdirinya industri yang membutuhkan tenaga kerja, juga didukung dengan sarana transportasi darat dan sungai, perkembangan dan
terjadinya perubahan struktur sosial ekonomi. Disamping itu perusahaan PT. RAPP memiliki kewajiban terhadap sosial dan lingkungan sekitar yang disebut dengan
program CSR dikenal dengan Community Development PT. RAPP awal pembentukan bulan April tahun 1999. Program CSR adalah upaya pendekatan yang dilakukan
kepada masyarakat untuk memperkuat citra perusahaan di mata masyarakat, CSR kini tidak saja dihubungakan dengan peningkatan Sumber Daya Manusia atau
9
Norawaty Sihombing “Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Riau Andalan Pulp And Paper
di Desa Rantau Panjang Kecamatan Koto Gasib Kabupaten Siak”, Skripsi, belum diterbitkan, USU: Medan, 2008, hal. 1-3.
Universitas Sumatera Utara
8
pemberdayaan masyarakat setempat tetapi juga perlindungan serta pengelolaan terhadap lingkungan. Kemudian peneliti mengakhiri pada kurun waktu yaitu tahun
2007, terjadi fenomena PHK Pemberhentian Hubungan Kerja secara besar-besaran sekitar 400 karyawan yang berpengaruh terhadap global warming, sebagian besar
karyawan yang mengalami PHK dikembalikan ke daerah asal sedangkan keadaan perputaran ekonomi, ketika itu kehidupan pasar atau interaksi jual beli antara
produsen dan konsumen sedikit renggang sehingga daya beli masyarakat menurun karena ramainya kehidupan pasar juga disebabkan dari karyawan perusahaan.
I.2 Rumusan Masalah