23
menjalankan kenyataan hidup sesuai kehendak penciptanya. Agar masing-masing manusia bisa hidup rukun bersama Siahaan, 1995: 62.
2.4. Evolusi Agama
Agama yang berkembang dimasyarakat saat ini berbeda dengan agama yang dianut masyarakat pada jaman dahulu. Apabila mengikuti sejarah agama menurut
teori evolusi maka akan dipahami perkembangan bentuk-bentuk keagamaan dari bentuk yang masih sederhana hingga bentuk yang modern. Sesuatu yang berevolusi
itu bukanlah kondisi-kondisi akhir, bukan Tuhan, dan juga bukan manusia dalam pengertian yang paling luas. Bukan manusia yang beragama, dan bukan struktur
situasi keberagaman akhir manusia yang berevolusi, melainkan agama sebagai sistem simbol. R.N. Bellah mencatat lima tahap evolusi agama , hal tersebut dapat dilihat
pada lima tahap evolusi agama berikut. 1.
Agama Primitif Merupakan agama yang berisi dengan mitos dan mahkluk spiritual.
Bellah menguraikan tentang derajat yang paling dunia mitos dihubungkan dengan cirri-ciri yang rinci tentang derajat yang paling
tinggi kemana dunia mitos dihubungkan dengan ciri-ciri yang rinci tentang dunia actual. Bukan hanya setiap klen dan kelompok lokal
yang dirumuskan dalam hubungan dengan tokoh-tokoh nenek-moyang dan peristiwa-peristiwa pemukiman dahulu kala, tapi juga setiap
gunung, batuan, dan pohon dijelaskan dalam hubungan dengan mahkluk-mahkluk mitos. Mahkluk-mahkluk spiritual itu bukanlah
Universitas Sumatera Utara
24
dewa-dewa karena tidak mengusai dunia dan tidak disembah. Agama primitif dikenal tidak mempunyai spesialisasi: tidak ada padre, tidak
ada jemaah, dan tidak ada penonton. Agama dan masyarakat berbaur menjadi satu.
2. Agama BudayaPurbakala
Agama ini dikarakteristikkan oleh munculnya dewa-dewa, padre- padri, ibadah, kurban dan sering, konsepsi-konsepsi tentang kerajaan
Tuhan. Mahkluk-mahkluk mitos atau spiritual yang dikarakteristik dalam agama primitif ditranformasikan menjadi dewa-dewa: mahkluk-
mahkluk yang diobyektifkan yang mengusai dunia dan patut dihormati dan disembah. Agama ini pada umumnya dijumpai pada masyarakat
yang mempunyai stratifikasi sosial, maka agama menjadi terjalin dengan erat dengan sistem staratifikasi. Kelompok-kelompok status
atau biasanya menuntut status religius yang superior, yang sering menuntut sebagai keturunan ilahi. Agama ini dikenal dengan
kepribadian yang terspesialisasi dan legitimasi kepemimpinan politik mereka dalam hubungan dengan keagamaan.
3. Agama Historis
Yaitu agama-agama besar didunia yang timbul pada suatu saat selama atau sesudah masa seribu tahun milleniun pertama sebelum kristus.
Ciri-ciri pokok agama ini adalah dunia lain otherworldliness mereka, penolakan mereka terhadap nilai sekuler dan penetapan dunia
eksistensi yang lain kehidupan dikemudian hari yang adalah superior
Universitas Sumatera Utara
25
dalam nilai terhadap dunia sekuler. Tujuan utama agama ini adalah keselamatan salvation, dan tindakan religius yang paling penting
ialah tindakan mempersiapkan jalan untuk keselamatan. Berdasarkan hal tersebut, agama-agama historis itu menempatkan tekanan yang
besar atas alam dunia sekuler yang pada dasarnya berdosa dan menekankan perlunya penghindaran diri religius dari dunia sekuler itu.
4. Agama Modern Awal
Lahir dengan adanya reformasi Protestan, yang meneruskan pembedaan yang dilakukan agama-agama historis diantara dunia
sekulerdan dunia lain itu, maupun perhatiannya yang kuat akan keselamatan, tetapi mengubah cara mencapai keselamatan itu.
Bukannya dengan menghindar dari dunia ini, keselamatan itu dapat dicapai melalui keterlibatan lansung dalam masalah dunia. Oleh itu
agama modern awal menolak tema penolakan dunia agama-agama historis.
5. Agama Modern
Merupakan suatu bentuk kehidupan keagamaan dimana konsep- konsep dan ritual-ritual agama tradisional yang sekurang-kurangnya
sebagian telah digantikan dengan kekhawatiran etik humanistic dan berbagai hal yang sekuler.
Agama Parmalim telah mengenal konsep Tuhan, yang mengusai dunia dan yang patut dihormati dan disembah. Mereka menyembah dan melakukan ibadah yang
dipimpin langsung oleh keturunan pemuka agama yang dianggap memiliki status
Universitas Sumatera Utara
26
religius dan superior, dan sering menuntut sebagai keturunan ilahi. Melalui gambaran Parmalim sebagai penganut Ugamo Malim, agama yang mereka anut sangat erat
dengan nilai luhur nenek-moyang dan kebudayaan yang telah diturukan kepada mereka. Agama Parmalim ditempatkan sebagai agama kebudayaan, hal ini bisa
dilihat dari karakteristik oleh munculnya dewa-dewa, ibadah, kurban, dan konsepsi- konsepsi tentang kerajaan Tuhan.
2.5. Agama Parmalim dan Kebudayaan Batak Toba