98
BAB V PENUTUP
5. 1. KESIMPULAN
Agama merupakan sistem sosial yang didalam kandungannya merangkum suatu kompleks pola kelakuan lahir dan batin yang ditaati oleh penganut-
penganutnya. Secara umum agama diartikan sesuai dengan pengalaman dan penghayatan individu terhadap agama yang dianutnya. Agama adalah kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta hukum-hukum yang diwahyukan kepada utusannya agar penganutnya hidup bahagia sampai dunia akhirat. Sedangkan Negara
adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang merupakan alat untuk mengatur hubungan-hubungan individu serta menetapkan tujuan hidup bersama dalam wilayah
tersebut. Di Indonesia sendiri agama sudah merupakan salah satu lembaga penting
yang mempunyai hubungan erat dengan Negara. Saat ini Indonesia mengakui adanya 6 enam agama resmi yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu
Chu. Keenam agama itulah yang mendapat legitimasi dari pemerintah untuk dapat hidup dan berkembang di Indonesia. Hingga saat ini keenam agama tersebut dilayani
dan dibina oleh pemerintah dibawah naungan Dapartemen Agama. Disamping itu, sebenarnya Indonesia memiliki beberapa agama asli nusantara tetapi belum mendapat
pengakuan resmi dari Negara. Mereka masih dianggap sebagai sebuah aliran
Universitas Sumatera Utara
99
kepercayaan. Salah satu agama asli Indonesia yang belum mendapatkan pengakuan tersebut adalah agama Malim.
Agama Malim merupakan salah satu agama suku asli Indonesia yang berpusat di Provinsi Sumatera Utara. Agama Malim lahir di tanah Batak sekitar 400 tahun
yang lalu. Ada empat orang yang tercatat sebagai malim ditanah Batak yang dipercaya sebagai pendiri agama Malim yaitu Raja Uti, Raja Simarimbulubosi, Raja
Sisingamangaraja, dan Raja Nasiakbagi. Keempat Raja ini diyakini sebagai orang yang membawa berita keagamaan pertama kali di tanah Batak. Mereka berkeinginan
supaya tanah Batak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa Debata Mulajadi Nabolon dan berlandaskan “SUNANO” Suhi Ampang Na Opat atau ampang yang
bersegi empat yang terdiri dari tona, poda, patik, dan uhum. Pendeknya raja-raja tersebut berkeinginan agar masyarakat Batak selalu memelihara dan melestarikan
nilai-nilai budaya dan adat orang Batak dan percaya berdasarkan Ketuhanan. Agama Malim sama halnya dengan agama- agama resmi Negara lainnya yang
percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, tetapi dalam agama Malim disebut sebagai “Debata Mulajadi Nabolon”.Menurut sejarah Batak, agama Malim ikut serta
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan melawan para penjajah pada jaman penjajahan. Pahlawan yang mereka sebut adalah Raja Sisingamangaraja yang
sekaligus pimpinan dan pendiri agama Malim. Raja Sisingamangaraja melawan penjajah beserta para murid-muridnya atau pengikutnya di agama Malim. Dengan
perjuangan yang dilakukan masyarakat Indonesia menentang penjajah akhirnya berhasil mendapatkan sebuah kemerdekaan dan tercipta sebuah Negara Republik
Universitas Sumatera Utara
100
Indonesia. Parmalim yang ikut memperjuangkan kemerdekaan tersebut berharap mendapatkan pelayanan dan pengakuan resmi dari Negara. Tetapi sampai dewasa ini
agama Malim belum bisa disebut sebagai salah satu agama resmi Negara. Parmalim masih dianggap sebagai aliran kepercayaan. Permohonan kepada pemerintah telah
berulangkali dilakukan tetapi pemerintah tidak bisa mewujudkan permohonan Parmalim.
Tidak diakuinya sebagai sebuah agama resmi, membuat Parmalim menghadapi beberapa tantangan dan krisis keberadaan di lingkungan masyarakat
maupun sebagai warga Negara. Permasalahan yang dihadapi Parmalim yaitu memperoleh identitas sebagai Warga Negara Indonesia maupun proses pelaksanaan
adat Batak dalam masyarakat. Dalam penelitian ini menggambarkan bahwa agama yang diakui dan dilayani oleh Negara merupakan salah satu yang mempengaruhi
keberadaan mereka. Untuk menelusuri lebih jauh, bagaimana Parmalim saat ini menghadapi krisis
keberadaan yang dihadapinya. Parmalim disini menggambarkanadanyarelasi Parmalim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara. Relasi Parmalim
dengan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara terbagi atas dua bentuk yaitu relasi atas dasar kepentingan identitas sebagai warga Negara dan relasi dalam proses
pelaksanaan adat Batak. Dari segi relasi atas dasar kepentingan identitas kenegaraan, disebut
bahwaidentitas sudah merupakan hal yang penting dalam setiap Warga Negara,
Universitas Sumatera Utara
101
identitas sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup seseorang dalam bernegara. Sistem pembuatan identitas bagi setiap warga telah diatur dalam Undang-
Undang. Parmalim yang belum mendapatkan pengakuan dari Negara sulit untuk mendapatkan identitas. Keberadaan Parmalim sebagai Warga Negara Indonesia
sering menjadi pertanyaan bagi banyak pihak. Mereka masih dihadapkan dengan permasalahan identitas sebagai warga Negara. identitas mereka sering menuai
kritikan dari masyarakat.Dalam mendapatkan sebuah identitas Parmalim sering dikaitkan dengan salah satu agama yang diakui oleh Negara. Parmalim masih
mengalami ketergantungan terhadap salah satu agama resmi Negara.Ketergantungan tersebut adalah dalam memperoleh identitas kependudukan sebagai warga Negara dan
keberlangsungan hidup mereka sebagai Warga Negara Indonesia. Identitas yang mereka sebut adalah KTP, KK, Akta dan identitas lainnya.
Dari segi proses pelaksanaan adat Batak, agama Malim saat ini disebut telah mengalami keterasingan dari masyarakat Batak sendiri. Mereka juga mengalami
krisis keberadaan dimasyarakat Batak. Beberapa adat Batak yang dipertahankan Parmalim tidak lagi sesuai dengan adat yang ada dimasyarakat saat ini. Dalam
penelitian ini adat yang mereka sebut adalah sistem adat Perkawianan.Parmalim meyakini bahwa perubahan adat Batak dimasyarakat disebabkan oleh lahirnya ajaran
dari agama yang diakui oleh Negara yang memilik perbedaan dengan ajaran agama Malim.
Dalam menghadapi tantangan dan krisis keberadaan yang dialami Parmalim, membuat umat Parmalim mengambil beberapa sikap dalam menghadapinya. Pertama,
Universitas Sumatera Utara
102
Dalam memperoleh identitas, Parmalim menggunakan salah satu agama yang diakui dan dilayani oleh Negara sebagai simbol identitasnya. Mencantumkan agama yang
diakui dan dilayani oleh Negara dalam identitas telah dilakukan Parmalim begitu lama.Mereka menyebutkan bahwa mencantumkan salah satu agama yang diakui oleh
Negarasangat membantu mereka dalam kelangsungan hidup sebagai warga Negara. Dalam memilih agama yang akan dicantumkan, Parmalim memilih agama yang
mayoritas ditempat mereka berada. Tetapi sebagian dari umat Parmalim yang tinggal di tanah Batak Bona Pasogit memilih untuk mengosongkan agamanya dan
menyebut agama Malim tetaplah sebagai sebuah agama. Mereka tidak mau memiliki agama lain. Parmalim yang tetap bertahan dalam agamanya tersebut terlihat
mengalami keterasingan dari masyarakat. Memilih atau mencantumkan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara
sebagai identitas disimpulkan bahwa sikap tersebut dilakukan Parmalim guna menghadapi krisis keberadaan yang di alaminya. Hubungan mereka dengan agama
yang diakui dan dilayani oleh Negara disebut sebagai jalan untuk mempermudah kelangsungan hidup yang harus mereka jalani.
Adat Batak dalam ajaran agama Malim telah berbeda dengan adat yang berlangsung dimasyarakat Batak saat ini, khususnya dalam adat perkawinan. Adat
perkawinan saat ini telah banyak melanggar adat Batak dalam ajaran agama Malim. Dan Parmalim juga mengalami kesulitan dalam melaksanakan adat Perkawinan.
Kesulitan tersebut muncul ketika parmalim melaksanakan adat perkawinan dengan
Universitas Sumatera Utara
103
salah satu agama yang diakui dan dilayani oleh Negara. Masyarakat Batak saat ini sulit menerima agama Malim.
5. 2. SARAN
Pada bagian akhir penelitian ini, akan dikemukakan saran-saran yang berhubungan dengan masalah dan tujuan yang telah dirumuskan. Adapun saran- saran
yang diajukan sebagai berikut. 1.
Sebaiknya pemerintah mengambil langkah atau keputusan yang lebih bijaksana dalam menyelesaikan masalah-masalah keberagamaan yang ada di
Negara Indonesia. 2.
Pemerintah harus ikut serta dalam memperhatikan Agama Malim. 3.
Bagi umat Parmalim sebaiknya lebih berbesar hati dalam menghadapi krisis keberadaan tersebut, dan lebih bijaksana dalam menyesuaikan diri didalam
masyarakat. 4.
Sebaiknya Parmalim bisa menerima perkembangan zaman. 5.
Umat agama yang diakui dan dilayani oleh Negara harus lebih menghargai dan menghormati keberadaan agama Malim.
Universitas Sumatera Utara
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA