RELASI PARMALIM DENGAN NEGARA

67 tidak diakui oleh Negara membuat Parmalim mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam berkembang. Namun bagi mereka agama Malim tetaplah sebuah agama. Berdasarkan keputusan pemerintah yang tidak meloloskan agama Malim menjadi sebuah agama, membuat Parmalim mengalami kesulitan dalam memperoleh identitas sebagai Warga Negara Indonesia.Agama merupakan salah satu syarat dalam memperoleh identitas menjadi faktor utama yang membuat Parmalim mengalami kesulitan dalam memperoleh identitas. Bagi Parmalim agama sangat berperan penting bagi keberlangsungan hidup seseorang di Indonesia. Untuk menghadapi permasalahan identitas dan masalah kehidupan yang dialaminya dimasyarakat, membuat umat Parmalim mengambil sikap dengan membangun suatu relasi dengan salah satu agama yang diakui oleh Negara. Relasi Parmalim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara dilandasi dengan dua bentuk yaitu kepentingan atas dasar identitas sebagai warga Negara dan kehidupan dalam pelaksanaan adat Batak Toba. Adanya relasi dengan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara tersebut membuat mereka mampu mengghadapi persosalan- persoalan yang mereka jalani.

4.3.1. RELASI PARMALIM DENGAN NEGARA

Seperti yang telah dibahas diatas Parmalim merupakan salah satu agama asli Indonesia yang belum mendapatkan pengukuan resmi dari Negara. Parmalim hanya tercatat sebagai Aliran Kepercayaan dalam Kementerian Pendidikan Dan Universitas Sumatera Utara 68 Kebudayaan. Dalam undang-undang Parmalim dilindungi dan dilayani tidak sebagai sebuah agama tetapi mereka dilindungi sebagai sebuah aliran kepercayaan. Jika dilihat dari konteks politik, saat ini agama sudah merupakan bagian penting dalam pemerintahan. Di Indonesia sendiri agama sudah bagian dari kelengkapan identitas dan administrasi kependudukan. Agama juga sering dikait- kaitkan dengan isu politik. Agama sering juga digunanakan dalam memeperoleh kepentingan. Peran agama sangat penting bagi keberlangsungan hidup seseorang di Indonesia. Sebenarnya tidak ada Undang-Undang mengatakan bahwa seluruh masyarakat diharuskan memiliki agama, dan tidak ada Undang-Undang yang secara khusus membahas tentangsatu atau lebih agama yang diakui di Indonesia. Tetapi dalam Undang- undang nomor 23 Tahun 2006 pasal 64 ayat 1 dan pasal 64 ayat 2 menjadiakan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghuchu merupakan agama resmi oleh Negara dan diperbolehkan dibuat dalam kolom KTP dan catatan sipil lainnya. Melihat Undang-Undang tentang keberagamaan tersebut melahirkan pertanyaan bagi banyak pihak. Banyak agama- agama nusantara yang berasal dari Indonesia sendiri tidak diakui sebagai sebuah agama resmi oleh Negara. Mereka dianggap sebagai aliran animisme, penyembah berhala dan hanya sebuah aliran kepercayaan. Hingga kini, tidak satupun agama-agama dan kepercayaan asli Universitas Sumatera Utara 69 nusantara yang diakui oleh Republik Indonesia yang berhak dicantumkan di KTP, akta kelahiran, pencatatan perkawinan dan catatan sipil lainnya. Hal yang dialami agama-agama nusantara khususnya agama Malim tersebut mereka yakini terjadi semenjak kedatangan para penjajah yang tidak membiarkan aliran kepercayaan Indonesia berkembang. Dan mungkin kebijakan itulah yang lanjutkan pemerintah Indonesia sampai saat ini. Sehingga agama asli Indonesia tidak juga mendapatkan pengakuan dari Negara. Mereka yang tetap berada dalam agama asli Indonesia harus menghadapi tantangan dan krisis keberadaan. Begitu jugadengan yang dialami oleh umat Parmalim. Membahas tentang keberadaan agama Malim sebagai salah satu agama nusantara menjadi pertanyaan akan identitas nasionalnya sebagai Warga Negara Indonesia. Banyak pihak ingin mengetahui bagaimana identitas mereka sebagai warga Negara, sementara agama yang mereka anut belum mendapat pengakuan dari Negara. Parmalim telah mengajukan permohonan kepada pemerintah agar Parmalim diakui sebagai agama resmi Negara atau minimalnya bisa dicantumkan dalam identitas di catatan sipil telah dilakukan berulangkali. Seperti yang dilakukan oleh pimpinan Parmalim Raja Marnakkok Naipospos, pada tanggal 21 maret 2005. Pada saat itu pimpinan Parmalim mengajukan kepada DPRD Dewan Perwkilan Rakyat Daerah Tobasa agar memberikan ijin kepada pengikutnya untuk dapat mencantumkan agama Malim sebagai identitas di catatan sipil. Dan pada saat itu Universitas Sumatera Utara 70 permohonan mereka tetap tidak dapat diwujudkan pemerintah. Dan agama Parmalim tetap dilarang dibuat dalam identitas kenegaraannya. Selanjutnya, Parmalim juga atusias terhadap Negara. Disamping mereka menghadapi permasalahan krisis keberadaan tetapi tidak membuat mereka benci terhadap Negara. Parmalim tetap melaksanakan kepentingan dan kebutuhan Negara. Mereka juga mendukung Undang-Undang Negara. Hal tersebut disampaikan oleh Ulupunguan Malim cabang Lobutua, Bpk. Sinaga : “…Parmalim tidak benci terhadap Negara… Parmalim tetap menjalankan kepentingan Negara. Parmalim juga menghormati peraturan Negara. Kalau tanggal 17 agustus Parmalim merayakan HUT RI dengan melakukan upacara penaikan bendera di pusat Parmalim di Laguboti, Tobasa…” Agama Malim dalam pengakuannya tidak membenci Negara walaupun Parmalim tidak mendapatkan perhatian dan pelayanan dari Negara. Mereka beranggapan bahwa agama bukanlah untuk membenci melainkan untuk memberikan hidup manusia yang lebih damai. Hal ini disampaikan oleh Bpk. Jhon : “…Bagi agama Malim,,, walaupun memang kami mengalami banyak permasalahan dan krisis keberadaan tidak membuat kami benci pada siapapun, apalagi sama Negara. Itulah ajaran kami…agama Malim mengajarkan agar kehidupan manusia lebih baik dan percaya kepada Tuhan. Walaupun tidak diakui oleh Negara dan harus menjalani identitas yang sebenarnya sulit kami terima, tapi kami bisa kuat menjalani kehidupan ini...” Menurut Parmalim mereka tidak boleh membenci siapapun, begitu juga dengan Negara Indonesia. Menurut Parmalim, Pada jaman penjajahan Belanda Universitas Sumatera Utara 71 Parmalim juga ikut berjuang menentang keberadaan penjajah dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Raja Sisingamangaraja XII dikenal sebagai pahlawan dari Tanah Batak yang merupakan tokoh Parmalim yang berjuang menentang kedatangan para penjajah dan menjujung tinggi kemerdekaan Republik Indonesia. Dan sampai saat ini Raja Sisingamangaraja XII tetaplah dikenang sebagai pahlawan yang memperjuangkan tanah Batak dan tanah air Indonesia. Melihat perjuangan Parmalim yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, menjadikan umat Parmalim berharap besar terhadap pemerintah agar memperhatikan kondisi keberadaan Parmalim. Mereka berharap agar pemerintah memberikan ijin kepada Parmalim untuk disahkan sebagai salah satu agama resmi oleh Negara. Sampai saat ini Parmalim tetap melakukan pengajuan terhadap pemerintah dan berharap pemerintah memberikan ijin kepada Parmalim menjadi salah satu agama resmi Negara. Seperti yang disampaikan oleh Bpk. Sinaga: “..Data Parmalim selalu diajukan setiap tahunnya, terkhusus kepada tingkat daerah. Tetapi permintaan Parmalim selalu ditolak oleh pemerintah, tapi kami masih berharap Perhatian pemerintah terhadap agama Parmalim…” Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Tumorang : “...Kami berharap pemerintah memperbolehkan agama Malim sebagai agama resmi. Karena dengan keberadaan saat ini..sangat susah bagi Parmalim untuk berkembang,,,diakunya agama Malim sebagai salah satu agama resmi ,sangat membantu untuk kelangsunagan hidup umat agama Malim yang lebih baik lagi…” Berdasarkan pengakuan umat Parmalim, mereka telah berulang kali mengajukan kepada pemerintah agar agama Malim diangkat sebagai salah satu agama Universitas Sumatera Utara 72 resmi oleh Negara. Paling tidak Agama Malim bisa dicantumkan di KTP, KK, dan catatan sipil lainnya. Mereka juga berkeinginan agar keberdaan Parmalim lebih diperhatikan oleh pemerintah.Pengajuan tersebut mereka lakukan karena Parmalim harus dihadapkan dengan krisis keberadaan. Parmalim juga beranggapan bahwa mereka sama seperti agama yang diakui oleh Negara. Beberapa kali mengajukan permohonan kepada pemerintah tetapi tidak pernah dapat terwujud. Menurut Parmalim, pemerintah memberikan beberapa alasan tidak meloloskan agama Malim. Tetapi alasan tersebut kurang dapat diterima Parmalim. Mereka beranggapan bahwa pemerintah tidak menjalankan tugasnya dengan Baik. Hal tersebut disampaikan oleh Bpk. Sinaga : “…Kami berpandangan bahwa alasan pemerintah tidak meloloskan agama Malim sebagai agama resmi kurang bisa kami terima...kami perpendapat bahwa pemerintahan ini tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Jika memang agama Malim tidak bisa diterima sebagai agama resmi dan harus dikatakan sebagai aliran kepercayaan, trus dimana perhatian pemerintah yang memberikan pelayanan terhadap aliran kepercayaan itu…kami berprinsip bahwa pemerintah itu kurang bagus, mereka juga tidak bijak menjalankan undang-undang yang ada…” Hal tersebut juga disampaikan oleh Bpk. Situmorang : “…Kami tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah. Malahan kami mendapatkan krisis keberadaan dari Negara. Kami merasa bahwa kami belumlah mendapatkan kemerdekaan. Parmalim belumlah merdeka,jika kami tidak menggunakan agama lain sebagai simbol identitas kami maka kami tidak bisa dikatakan sebagai warga Negara Indonesia…” Hal tersebut diperjelas oleh Bpk. Sinaga : “…Kami sebagai Parmalim belum mendapatkan perlakuan atau perhatian dari pemerintah. Walaupun kami diakui sebagai aliran Universitas Sumatera Utara 73 kepercayaan tetapi kami belum mendapatkan perhatian sebagai aliran kepercayaan Indonesia, diakui sebagai aliran kepercayaan tidak bermanfaat bagi hidupnya…” Menurut Parmalim mereka belum pernah merasakan perhatian dari pemerintah. Walaupun mereka terdaftar sebagai aliran kepercayaan tetapi mereka belum mendapatkan perhatian dari Negara sebagai aliran kepercayaan. Mereka mengatakan bahwa diakuinya sebagai aliran kepercayaan tidak bermanfaat bagi kehidupannya.

A. Alasan Pemerintah Menolak Agama Malim Sebagai Salah Satu Agama

Resmi Negara. Untuk menelusuri lebih jauh, mengapa masyarakat Indonesia pada umumnya seperti dimanipestasikan dalam hasil keputusan MPR tidak meloloskan agama Malim menjadi sebuah agama. Adapun alasan pemerintah yang diterima Parmalim yaitu : 1. Agama Malim adalah agama suku, setiap agama suku tidak bisa diangkat sebagai agama resmi. Hal tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan konflik diantara suku-suku di Indonesia lebih-lebih lagi masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. 2. Agama Malim adalah agama Suku, Parmalim diakui sebagai aliran kepercayaan. Mereka tetap dilayani oleh pemerintah sebagai aliran kepercayaan. 3. Menurut pemerintah aliran kepercayaan mencakup; a Aliran-aliran keagamaan b Aliran kepercayaaan, kebatinan, dan kejiwaan c mistik- Universitas Sumatera Utara 74 mistik-mistik budaya, perdukunan, pertabianpengobatan tradisional secara kebatinan, peramal paranormal metafisika dkelenteng. Pemerintah jelas memasukkan agama Malim pada kategori aliran kepercayaan bukan sebagai agama. Inilah alasan dari pemerintah menolak agama Malim sebagai salah satu agama resmi. Alasan tersebut sebenarnya masuk akal dan bisa diterima oleh umat Parmalim, tetapi dalam alasan tersebut menunjukkan bahwa Parmalim diakui dan dilayani sebagai aliran kepercayaan tetapi tidak pernah diindahkan oleh pemerintah. Merek atetap mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan peraturan perundang undangan yang dibuat oleh pemerintah terkhusus tentang sistem perundang undangan agama. Jika ditinjau dari undang- undang yang ada, sebenarnya tidak ada undang- undang yang secara khusus membahas tentang satu atau lebih agama yang diakui di Indonesia. Salah satunya Undang- undang yang menyebut keberadaan agama adalah UU No. 1PNS 1965 Tentang Pencegahan, Penyalahgunaan, dan Penodaan Agama. UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, khususnya Pasal 64 ayat 1 juga tidak melarang agama- agama lain selain yang secara faktual dan sosiologis dipeluk oleh masyarakat Indonesia. Namun, dalam ketentuan Pasal 64 ayat 2 UU Administrasi Kependudukan dinyatakan bahwa : “Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan Universitas Sumatera Utara 75 ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan”. Berdasarkan isi Undang- undang Nomor 23 Tahun 2006 Pasal 64 ayat 1 dan Pasal 64 ayat 2 menjadikan agama lain tidak diperbolehkan dibuat di kolom KTP, tetapi tetap dilayani pemerintah.

B. Hubungan Parmalim Dengan Agama Yang Diakui Dan Dilayani Oleh

Negara Sebagai Identitas Kenegaraan Memilik identitas yang lengkap dan diakui merupakan keinginan dan kewajiban bagi setiap Warga Negara Indonesia. Dikatakan sebagai Warga Negara Indonesia jika memenuhi persyaratan identitas nasional sebagai Warga Negara Indonesia. Identitas sangat penting bagi seseorang untuk mepermudah dan memfasilitasi berbagai kepentingan kehidupan sebagai warga Negara. Hal inilah yang menjadi keinginan sekaligus permasalahan yang dihadapi Umat Parmalim. Mereka berkeinginan mempunyai identitas yang diakui sebagai Warga Negara Indonesia. Undang-Undang adalah hukum yang mengatur pola hidup setiap Warga Negara Indonesia. Setiap Warga Negara Indonesia harus tunduk dan patuh terhadap Undang-Undang. Setiap masyarakat harus mematuhi Undang-Undang yang dibuat oleh pemerintah. Salah satunya tentang peraturan dalam memperoleh identitas sebagai Warga Negara Indonesia. Dalam memperoleh identitas setiap masyarakat diharus memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Di Indonesia yang menjadi identitas masyarakat pada umumnya disebut sebagai KTP Kartu Tanda Universitas Sumatera Utara 76 Penduduk. Dalam memperoleh KTP Kartu Tanda Penduduk setiap masyarakat diharuskan mengisi formulir pembuatan KTP. Salah satu syarat pembuatan KTP yaitu mencantumkan agama yang dianut. Dan agama yang dapat dicantumkan dalam KTP telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Khonghuchu. Berbicara tentang identitas Parmalim sering kali menjadi pembahasan dimasyarakat. Dalam memperoleh KTP Kartu Tanda Penduduk Parmalim tidak diperbolehkan untuk mencantumkan agama Malim sebagai agamanya. Hal inilah yang paling utama menjadi persoalan yang dihadapi Parmalim. Sebenarnya Undan- Undang tidak memaksa seseorang itu untuk mempunyai satu agama, tetapi kenyataannya bahwa agama sudah merupakan kewajiban bagi setiap masyarakat Indonesia. Kepemilikan agama sangat membantu setiap masyarakat dalam mencapai suatu kenginan. Hal ini disampaikan oleh Bapak Sinaga: “…Dalam memperoleh KTP, agama tidak diharuskan dibuat dalam KTP, tetapi kenyataannya agama sangat berperan penting bagi masyarakat dalam memperoleh sesuatu. Misalnya ketika Parmalim memilih untuk mengosongkan agamanya, Parmalim akan dipandang dengan negatif. Parmalim pasti dianggap sebagai penyembah berhala. Tidak hanya itu ketika Parmalim tidak memiliki agama sangat berpengaruh juga dalam melamar pekerjaan. Parmalim akan sangat sulit diterima kerja. Salah satu contoh ketika mencalonkan diri sebagai wakil rakyat misalnya dengan tidak punya agama, pasti tidak akan dipilih masyarakat...” Sebenarnya tidak hanya agama Parmalim yang menghadapi permasalahan yang demikian, masih banyak aliran-aliran kepercayaan nusantara lainnya mengalami permasalahan dengan hal yang sama. Agama Malim sebagaimana juga aliran Universitas Sumatera Utara 77 kepercayaan lainnya yang tumbuh ditengah-tengah suku bangsa Indonesia yang sejak dahulu terus mengalami pemasalahan identitas dan krisis keberadaan. Dan permasalahan tersebut mereka yakini berada pada sistem pemerintahan Negara. Dalam menghadapi pemasalahan tersebut Parmalim mempunyai suatu sikap dengan mencantumkan atau menggunakan salah satu agama resmi Negara sebagai simbol identitasnya.Parmalim yang memilih atau mencantumkan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara sebagai identitas biasanya mereka yang mempunyai hubungan dengan sistem pemerintahan Negara. Hal ini disampaikan oleh Bpk. Situmorang : “…Parmalim bekerja di instansi pemerintahan harus memiliki identitas yang sedikit menyimpang, agama yang kami buat di KTP itu tidak sesuai dengan agama yang kami anut. Kami agama Malim tapi karena peraturan pemerintah yang tidak memperbolehkan Parmalim dalam KTP jadi kami dengan terpaksa buat agama lain pada KTP kami…” Mempunyai sikap dengan menggunakan dan mencantumkan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara telah digunakan Parmalim dengan begitu lama. Dengan sikap seperti ini Parmalim bisa terlepas dari permasalahan yang dihadapinya, khususnya yang berkaitan dengan Negara. Parmalim juga mempunyai cara dalam memilih dan menggunakan agama yang menjadi identitasnya. Sistem pemilihan agama yang dilakukan Parmalim adalah dengan cara memilih salah satu agama yang lebih mayoritas ditempat mereka berada. Seluruh umat Parmalim melakukan hal seperti itu. Begitu jugaParmalim yang ada di Universitas Sumatera Utara 78 Desa Saornauli Hatoguan. Mereka memilih agama yang mayoritas ditempat tersebut sebagai simbol identitasnya. Seperti penuturan oleh bapak Situmorang: “…Parmalim disini memilih agama yang lebih mayoritas di desa ini. Berhubung di desa ini yang mayoritas beragama Kristen dan Katolik, jadi kebanyakan kami menggunakan kedua agama ini sebagai pilihan kami, tidak hanya didesa ini seperti itu, di Barus misalnya umat Parmalim yang ada disana mayoritas memilih agama Islam sebagai pilihannya ...” Hal senada juga disampaikan oleh Tulang Lubis: “…Didesa ini kami lebih memilih agama Kristen dan katolik sebagai agama kami dalam kolom KTP, hal itu kami lakukan dengan alasan, pada saat pengurusan sesuatu nanti di catatan sipil atau di Pemerintahan Desa akan lebih mudah, karena mereka juga beragama Kristen dan katolik. Pokoknya sangat berpengaruhlah dalam pengurusan identitas…” Memilih agama yang lebih mayoritas merupakan langkah yang dilakukan oleh umat Parmalim. Desa Saornauli Hatoguan yang mayoritas menganut agama Kristen dan Katolik merupakan agama yang dipilih Parmalim sebagai agama dalam identitasnya. Banyak di antara umat Parmalim yang menggunakan kedua agama tersebut ada pada kolom KTPnya. Memilih agama yang lebih mayoritas akan mempermudah mereka dalam pengurusan administrasi dalam pemerintah desa maupun dalam catatan sipil. Memiliki agama lain di kolom KTP bagi umat Parmalim itu sudah merupakan hal yang biasa. Tidak hanya mereka yang bekerja di instansi pemerintahan, semua umat Parmalim yang berhubungan dengan Negara juga mempunyai agama lain sebagai simbol identitasnya. Misalnya Parmalim yang menduduki pendidikan formal. Universitas Sumatera Utara 79 Dibangku sekolah SD, SMP, dan SMA Parmalim sudah diharuskan untuk menggunakan atau memilih salah satu agama yang diakui dan dilayani oleh Negara. Hal tersebut disebabkanadanya mata pelajaran agama yang harus diikuti disekolah.Pemerintah tidak memperbolehkan pelajaran agama Malim dibuat disekolah. Oleh sebab itu Parmalim diharuskan mengikuti pelajaran agama yang diakui oleh Negara. Misalnya dalam proses belajar sampai kebaktian yang dilakukan. Hal tersebut disampaikan oleh Mardihot : “…Disekolah umat Parmalim itu harus belajar agama lain, kami juga sering menjalankan kebaktiaannya. Ketika sekolah kami lebih sering menjalankan kebaktian agama lain dibandingkan agama Malim.Disekolah juga kami mengikuti agama yang lebih mayoritas. Teman teman kami sangat senang mengajak kami kebaktian bersamanya, mereka senang ketika kami belajar agamanya. Dulu nilai agama kami yang umat Parmalim sangat bagus…” Hal ini juga diperjelas oleh Bpk. Sinaga : “…Parmalim yang berhubungan dengan pemerintahan dan Negara sudah diharuskan memilih atau mencantumkan salah satu agama yang diakui oleh Negara sebagai identitasnya. Tidak hanya di pemerintahan, dilembaga pendidikan juga demikian , misalnya anak sekolah kita juga seperti itu. Ketika anak kita sekolahpun mereka sudah diharuskan belajar agama lain. jadi kami Parmalim harus mematuhi peraturan Negara tapi dengan cara yang demikian…” Seperti yang telah dinyatakan diatas, bahwa Parmalim yang mengabdi pada Negara harus memiliki hubungan dengan salah satu agama yang diakui dan dilayani oleh Negara. Tidak dapat dinafikkan bahwa hubungan tersebut didasarkan atas suatu kepentingan. Memperoleh agama selain agama Malim adalah cara yang harus dilakukan Parmalim dalam memperoleh identitas dan kepentingan lainnya. Dengan Universitas Sumatera Utara 80 cara demikian juga membuat mereka dapat berkembang tanpa ada hambatan masalah identitas. Jika ditijau dari faktor penyebab mereka mencantumkan salah satu agama yang diakui dan dilayani oleh Negara sebagai identitas berawal dari waktu pengurusan KTP. Pada saat pengurusan KTP mereka tidak diperkenankan mengisi Parmalim pada kolom agama yang ada pada KTP tersebut, Parmalim meminta agar Parmalim dapat dicantumkan dalam KTP mereka, tetapi mereka disuruh untuk memilih salah satu agama yang diakui oleh Negara. Jika umat Parmalim tidak memenuhi syarat tersebut maka kolom agama mereka akan dikosongkan. Seperti penuturan oleh Bapak Situmorang : “…Pertama kami mencantumkan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara ini berawal dari waktu kami mengurus KTP di catatan sipil..pada saat itu kami meminta agar Parmalim dicantumkan pada kolom agamanya, akan tetapi petugasnya tidak memperbolehkan kami mencantumkan agama Parmalim dalam kolom agama Tersebut. Kami malah disuruh untuk memilih salah satu dari keenam agama yang diakui oleh Negara tersebut. Memilih untuk mengosongkan agama menjadi pertanyaan bagi banyak orang. Dan kalau agama kita kosong masa depan kita juga akan mengalami kesulitan kedepannya. Itulah alasan kami menggunakan agama lain pada kolom KTP kami. Tetapi kami yang tinggal dikampung ini memilih untuk mengosongkan atau memilih tidak punya KTP. Berdasarkan pernyataan tersebut Parmalim diharuskan memenuhi syarat yang dibuat oleh pemerintah. Sebagian diantara mereka memenuhi syarat yang ada, tetapi ada juga mereka yang berkeras untuk tidak mencantumkan agama lain pada kolom agamanya. Banyak diantara mereka tidak memperoleh KTP jika tidak terlalu Universitas Sumatera Utara 81 dipentingkan. Mereka tidak lagi peduli akan identitas nasional mereka sebagai warga Negara. seperti penuturan Bapak Sinaga : “…Memang banyak diantara umat Parmalim yang mencantumkan agama lain pada kolom KTPnya tetapi ada juga Parmalim yang tidak bisa menerima agama lain ada pada kolom KTPnya. Mereka memilih mengsongkan agamanya atau tidak memperoleh KTP. Apalagi jika tidakada kepentingannya lagi pada Negara,,,” Jika dilihat dari pernyataan mereka, banyak diantara mereka yang memilih untuk mencantumkan agama lain pada kolom identitasnya. Tetapi banyak juga diantara mereka yang memilih mengosongkan agamanya atau tidak memiliki identitas sama sekali. Berdasarkan pernyataan tersebut mereka yang tidak mempunyai identitas nasional sebagai warga Negara tidak bisa dikatakan sebagai Warga Negara Indonesia. Sistem kewarganegaraan mereka bisa dikatakan sebagai status kenegaraan yang apatrid dimana seseorang tidak mempunyai satu Negara manapun.

4.3.2 RELASI PARMALIM DENGAN ADAT BATAK TOBA

Dokumen yang terkait

Konstruksi Upacara Sipaha Lima Dalam Kepercayaan Parmalim ( Studi Deskriptif Mengenai kepercayaan Parmalim Di Desa Pardomuan Nauli Hutatinggi, Kec. Laguboti, Kab. Toba Samosir )

10 105 131

Studi Deskriptif Dan Musikologis Gondang Sabangunan Dalam Upacara Mardebata Pada Masyarakat Parmalim Hutatinggi-Laguboti Di Desa Siregar Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir

3 39 117

Pemolaan Komunikasi Ritual Pamaleon Bolon Sipahalimaajaran Kepercayaan Parmalim (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Pemolaan Komunikasi Ritual Pamaleon Bolon SipahalimaAjaran Kepercayaan Parmalim)

2 22 103

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PARMALIM DI DESA HUTATINGGI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

0 11 69

PANDANGAN HIDUP PARMALIM DI DESA HUTATINGGI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR.

2 13 20

Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )

0 0 8

Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )

0 0 1

Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )

0 0 14

Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )

0 1 16

Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )

0 0 3