95
mempunyai keinginan untuk memaksimalkan kepentingan dan juga menyeimbangkan sistem dalam masyarakat. Dan biasanya aktor yang melakukuan tidakan rasiaonal
disababkan oleh norma. Norma diprakarsai dan dipertahankan oleh beberapa orang yang melihat keuntungan yang dihasilkan dari pengalaman dan kerugian yang berasal
dari pelanggaran norma. Begitu juga dengan keadaan Parmalim mereka melakukan suatu tindakan tidak terlepas dari kepentingan norma, yaitu mematuhi norma yang
ada pada Negara. Dan mereka juga mempunyai prinsip bahwa dengan taat pada norma akan menghasilkan suatu keuntungan.
4.5 . Pandangan Masyarakat Agama Yang Diakui Dan Dilayani Oleh Negara Tentang Keberadaan Agama Malim
Dalam suatu masyarakat selalu terjadi hubungan sosial. Baik itu interaksi maupun kontak sosial yang dilakukan. Setiap masyarakat selalu mengetahui keadaan
sesamadilingkungan sekitarnya. Unsur-unsur perbedaan selalu ada menyelimuti masyarakat, baik itu perbedaan agama, budaya, suku, bahasa, ekonomi, politik dan
sebagainya. Sama halnya dengan Desa Saornauli Hatoguan, penduduk di desa ini telah hidup bersama dengan sekian lama. Banyak sudah perubahan yang terjadi di
masyarakat, ada mengarah ke yang lebih baik maupun sebaliknya. Sebagai masyarakat yang hidup bersama dengan penganut yang berbeda agama
sering melahirkan banyak tanggapan-tanggapan, pandangan, dan perbedaan diantara umat beragama. Begitu juga dengan masyarakat yang berada di sekitar agama Malim,
masyarakat disini memberikan beberapa pandangan tentang kepercayaan agama Malim yang berada disekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
96
Di Desa Saornauli Hatoguan terlihat bahwa masyarakat mengkritik keberadaan Parmalim.Sebagian dari masyarakat telah menganggap aneh keberadaan
agama Malim. Masyarakat berpandangan bahwa agama Malim terlalu tertutup dan ketinggalan zaman. Seperti penuturan Bpk. Lasro :
“…Bapak saya dulunya agama Malim, Agama Malim memang agama yang pertama ditanah Batak ini. Merekalah yang melanjutkan apa
yang menjadi kebiasaan ompung nenek moyang kita dulu. Tapi Parmalim tidak mau mengikuti perkembangan zaman dan mereka
juga tertutup kepada umum. Padahal tidak ada dikatakan bahwa kita tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Itu yang membuat mereka
mulai dilupakan masyarakat dan berpandangan buruk terhadap agama Malim. Padahal zaman ini sudah berkembang seharusnya
Parmalim juga harus mengikuti perkembangan tersebut. Sebenarnya adat Batak tidak dirubah tetapi mengikuti perkembangan, walaupun
memang kita akui adat sekarang tidak lagi sepanatik adat yang dulu. Tetapi adat yang dulu masih tetap dijalankan masyarakat Batak…”
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Simbolon : “…Kalau agama Malim ini tidak bisa kitakatakan tidak baik, tetapi
mereka telah ketinggalan Zaman. Namanya zaman itu pasti mengalami perubahan, tetapi agama Malim berbeda. Mereka tetap
pada adat Zaman dulu, mereka tidak berkembang mengikuti zaman. Adat yang dulu masih dipertahankan, padahal saat ini kemajuan
Zaman sudah sangat maju…”
Keberadaan Parmalim dimasyarakat saat ini telah banyak mengundang kritikan dari berbagai pihak. Khususnya tentang identitas mereka sebagai penduduk.
Muncul pertanyaan bahwa agama Malim itu punya agama apa ? jelas diketahui bahwa agama Malim tidak bisa dicantumkan sebagai pelengkap identitas. Identitas
mereka di catatan kependudukan sering menjadi pertanyaan bagi sebagian orang. Dalam data kependudukan desa, Parmalim menggunakan salah satu agama yang
Universitas Sumatera Utara
97
diakui dan dilayani oleh Negara dalam kolom agamanya. Seperti penuturan Sekdes Saornauli Hatoguan :
“…Dalam catatan desa kita tidak tau berapa warga Parmalim, yang kami ketahui Parmalim memang ada, kamipun bingung liat mereka, kalau mereka
ingin mengurus sesuatu mereka buat juga agamanya, makanya kamipun bingung dengan Parmalim ini…”
Pemerintah desa setempat tidak mengetahui dengan jelas tentang keberadaan agama Malim dan permasalahan identitas yang dihadapinya. Dalam catatan
kependudukan desa mereka tidak terdaftar sebagai Parmalim, tetapi mereka menggunakan salah satu agama yang diakui oleh Negara sebagai agamanya.
Universitas Sumatera Utara
98
BAB V PENUTUP
5. 1. KESIMPULAN
Agama merupakan sistem sosial yang didalam kandungannya merangkum suatu kompleks pola kelakuan lahir dan batin yang ditaati oleh penganut-
penganutnya. Secara umum agama diartikan sesuai dengan pengalaman dan penghayatan individu terhadap agama yang dianutnya. Agama adalah kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta hukum-hukum yang diwahyukan kepada utusannya agar penganutnya hidup bahagia sampai dunia akhirat. Sedangkan Negara
adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang merupakan alat untuk mengatur hubungan-hubungan individu serta menetapkan tujuan hidup bersama dalam wilayah
tersebut. Di Indonesia sendiri agama sudah merupakan salah satu lembaga penting
yang mempunyai hubungan erat dengan Negara. Saat ini Indonesia mengakui adanya 6 enam agama resmi yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu
Chu. Keenam agama itulah yang mendapat legitimasi dari pemerintah untuk dapat hidup dan berkembang di Indonesia. Hingga saat ini keenam agama tersebut dilayani
dan dibina oleh pemerintah dibawah naungan Dapartemen Agama. Disamping itu, sebenarnya Indonesia memiliki beberapa agama asli nusantara tetapi belum mendapat
pengakuan resmi dari Negara. Mereka masih dianggap sebagai sebuah aliran
Universitas Sumatera Utara