Prinsip-Prinsip Latihan Kajian Teori 1. Latihan Fisik

kebutuhan cabang olahraga tertentu. Pengembangan daya tahan umum kemudian menuju pada persiapan yang lebih khusus atau anaerobiknya.

c. Prinsip-Prinsip Latihan

Agar dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan latihan yang dilakukan harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1 Prinsip pemanasan dan pendinginan Setiap latihan harus didahului dengan latihan pendahuluan, hal ini penting yaitu untuk mempersiapkan kondisi fisik atlet untuk melaksanakan aktivitas yang lebih berat di dalam latihan inti. Sejalan dengan hal tersebut Fox 1988: 278 menyebutkan latihan pemanasan atau warming up meningkatkan suhu badan dan otot, meningkatkan enzim, meningkatkan jumlah darah dan oksigen ke otot rangka. Efek lain dari suhu yang meningkat adalah peningkatan kontraksi dan kecepatan reflek dari otot. Cidera pada otot dan sendi akan jarang terjadi apabila selama berlatih atau bertanding didahului dengan pemanasan. Pada umumnya pemanasan bagi atlet yang akan berlatih dilakukan dengan latihan pemanasan baik aktif maupun pasif seperti peregangan, senam dan sebagainya. Kemudian setelah latihan inti diakhiri dengan latihan pendinginan yaitu dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi fisik atlet ke keadaan semula dan juga untuk mempercepat penggusuran zat kelelahan asam laktat dari tubuh sehingga kelelahan yang amat sangat setelah berlatih dapat lebih cepat berkurang. Hal ini sesuai pendapat Fox 1998: 279 bahwa “keadaan asam laktat akan menurun lebih cepat selama pulih kerja”. 2 Prinsip intensitas tinggi Intensitas merupakan faktor penting dalam latihan plyometrics. Kecepatan pelaksanaan dengan kerja maksimal sangat penting untuk memperoleh efek latihan yang optimal. Kecepatan peregangan otot lebih penting daripada besarnya peregangan. Respons refleks yang dicapai makin besar jika otot diberi beban yang cepat. Karena latihan-latihan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh intensif, maka penting untuk diberikan kesempatan beristirahat yang cukup diantara serangkaian latihan yang terus menerus. 3 Prinsip beban lebih secara progresif Dengan pemberian beban tubuh akan beradaptasi dengan beban yang diberikan tersebut jika itu sudah terjadi maka beban harus ditambah sedikit demi sedikit untuk meningkatkan kemungkinan perkembangan kemampuan tubuh. Sebab sesuai pendapat Bompa 1990: 44 yaitu penggunaan beban secara overload, akan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh, selain itu juga peningkatan prestasi terus menerus hanya dapat dicapai dengan peningkatan beban latihan. Dengan demikian dalam latihan harus ada pemberian beban yang lebih berat secara terprogram untuk dapat meningkatkan prestasinya. 4 Prinsip memaksimalkan gayameminimalkan waktu Baik gaya maupun kecepatan gerak sangat penting dalam latihan plyometrics. Dalam berbagai hal, titik beratnya adalah kecepatan di mana suatu aksi tertentu dapat dilakukan. Misalnya, dalam nomor tolak peluru, sasaran utama adalah menggunakan gaya maksimum selama gerak menolak. Makin cepat rangkaian aksi yang dilakukan, makin besar gaya yang dihasilkan dan makin jauh jarak yang dicapai. 5 Prinsip pengulangan Gerakan yang dilatihkan harus dilakukan berulang-ulang sehingga terjadi otomatisasi gerakan. Hal ini seusai dengan pendapat Harsono 1988: 102 bahwa dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan repetition yang konstanta maka organisasi mekanisme neurophysiologis akan menjadi bertambah baik, gerakan- gerakan yang diulang lama kelamaan akan merupakan gerakan yang otomatis maka gerakan tersebut akan dilakukan dengan cepat dan efisien dalam penggunaan tenaga hal ini akan memungkinkan pencapaian prestasi olahraga yang lebih baik. Biasanya banyak ulangan atau repetisi berkisar antara 8 sampai 10 kali dengan makin sedikit ulangan untuk rangkaian yang lebih berat dan lebih banyak ulangan untuk latihan-latihan yang lebih ringan. Banyaknya set tampaknya juga beragam. Berbagai kajian mengisyaratkan 6 sampai 10 set untuk sebagian besar latihan, sedangkan kepustakaan lain menyarankan 3 sampai 6 set, terutama untuk latihan-latihan lompat yang lebih berat. 6 Prinsip istirahat yang cukup Periode istirahat 1-2 menit di sela-sela set biasanya sudah memadai untuk sistem neuromuskuler yang mendapat tekanan karena latihan untuk pulih kembali. Periode istirahat yang cukup juga penting untuk pemulihan yang semestinya untuk otot, ligemen, dan tendon. Latihan plyometrics 2-3 hari per minggu tampaknya dapat memberikan hasil optimal. Yang penting, jangan mendahului plyometrics, terutama latihan-latihan lompat dan gerakan-gerakan kaki lainnya, dengan latihan berat pada tubuh bagian bawah. Otot, tendon dan legamen yang telah lelah sebelumnya dalam mengalami tekanan yang berlebihan dengan adanya beban resistif yang tinggi yang dibebankan pada otot, tendon dan legamen tersebut harus mendapat istirahat. 7 Prinsip bangun landasan yang kuat terlebih dahulu Karena dasar atau landasan kekuatan penting dan bermanfaat dalam plyometrics, maka suatu program latihan beban harus dirancang untuk mendukung, dan bukannya menghambat pengembangan power eksplosif. Mewujudkan landasan kekuatan sebelum latihan plyometrics tidak perlu berlebihan. Tetapi pemberian resep program latihan harus dipertimbangankan dengan matang. Pemula seyogyanya memulai dengan latihan-latihan sedang, seperti lompat dari tanah atau lantai, dan hops, bounds, dan leaps dengan kedua tungkai. Dengan meningkatnya kekuatan dan power eksplosif, dapat dimulai dengan latihan dengan satu tungkai, depth jump dan decline dan incline. Latihan kekuatan dan fleksibilitas otot perut dan otot punggung bagian bawah disarankan selama beberapa minggu sebelum melakukan gerakan-gerakan skipping, swinging, dan latihan-latihan untuk togok yang serupa. 8 Prinsip perbedaan individu Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi atlet. Oleh karena itu faktor-faktor karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan dalam menyusun dan memberikan latihan secara rinci. Bompa 1990: 36-37 mengemukakan bahwa faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh kedewasaan, latar belakang pendidikan, kemampuan berlatih, tingkat kesegaran jasmani, ciri-ciri psikologisnya semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam mendesain program latihan. 9 Prinsip kekhususan Untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan latihan harus bersifat khusus yaitu khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai dengan ketentuan dalam cabang olahraga yang akan dikembangkan. Menurut Pyke, 1991: 119 latihan harus ditunjukkan khusus terhadap sistem energi atau serabut otot yang digunakan juga dikaitkan dengan peningkatan keterampilan motorik khusus. Jadilah latihan yang dilakukan akan mendapat hasil sesuai dengan yang diaharapkan jika latihan tersebut mengembangkan kemampuan tubuh dan keterampilan yang sesuai dengan karakteristik cabang olahraga yang bersangkutan. 10 Prinsip makanan yang baik Nutrisium Untuk menunjang tercapainya tujuan latihan fisik, maka prinsip ini harus diperhatikan. Sebab dalam melakukan aktivitas olahraga sangat dibutuhkan energi yang cukup. Dimana dalam hal ini menurut Pate, Clanaghan, Rottela, 1993: 272 bahwa makanan olahragawan harus menyediakan cukup masukan energi untuk memelihara keseimbangan kalori dan mengandung cukup zat makanan yang dibutuhkan untuk mendukung metabolisme tubuh. Maka aktivitas fisik dengan makanan yang baik dan memadai merupakan faktor yang tak boleh diabaikan untuk pertumbuhan otot dan tulang. Dengan demikian unsur gizi harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh di dalam proses latihan olahraga.

d. Pengaruh Latihan