BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembinaan dan pengembangan atletik di Indonesia pada dasarnya merupakan bagian dalam pembangunan olahraga di Indonesia yang diarahkan pada usaha
meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup yang harus dimulai sejak usia dini melalui pendidikan
olahraga dan masyarakat. Serta tercapainya sasaran prestasi yang membanggakan di tingkat internasional.
Untuk mewujudkan keinginan pemerintah tersebut, telah dilakukan berbagai upaya serta pendekatan yang strategis oleh pemerintah, induk organisasi atletik di
Indonesia dan masyarakat. Upaya pembinaan dan pengembangan atletik yang diselenggarakan melalui jalur sekolah, luar sekolah maupun melalui perkumpulan-
perkumpulanklub-klub yang ada, mengalami pasang surut dan tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan. Tidak lancarnya pembinaan dan pengembangan atletik di
Indonesia antara lain disebabkan masih tendahnya partisipasi masyarakat, kurangnya minat generasi muda terhadap atletik. Para kaum muda umumnya lebih tertarik
terhadap olahraga permainan seperti soft ball, basket, bulu tangkis, bola voli dan cabang-cabng olahraga lainnya yang dapat dinikmati dalam jangka waktu yang cukup
lama, tidak membosankan, serta tidak menguras energi dan ada unsur hura-huranya. Di samping yang disebutkan di atas masih kurangnya frekuensi perlobaan atletik yang
diselenggarakan pemerintah dengan unsur-unsur terkait yang melaksanakan pembinan atletik di Indonesia.
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya, bahkan ikut menghambat perkembangan pembinaan prestasi atletik di Indonesia adalah masih lemahnya sistem
pembinaan serta keterbatasan pengetahuan dan kemampuan melatih dari pelatih, dan guru pendidikan jasmani yang terlibat langsung di lapangan. Melihat kondisi
pembinaan dan perkembangan atletik di Indonesia seperti sekarang ini, maka dipandang perlu adanya penanganan serius yang didukung oleh pemerintah serta
keterlibatan para pakar atletik baik yang berada di kalangan akademis perguruan tinggi, maupun yang ada dimasyarakat, guna mencari dan menemukan solusi serta
alternatif pemecahannya. Upaya melahirkan atlet atletik yang berprestasi tinggi tidaklah mudah, dan
merupakan suatu yang rumit dan memerlukan waktu yang panjang, sekaligus melibatkan berbagai komponenunsur yang secara simultan harus difungsikan secara
bersamaan dengan tanpa mengenal lelah, dan dengan dukungan dana yang tidak sedikit. Latihan yang merupakan proses penyempurnaan dan pendewasaan atlet untuk
mencapai prestasi yang optimal memerlukan keterlibatan semua pihak baik itu Pembinapengurus, pelatih, serta unsur-unsur yang terkait lainnya seperti halnya
sekolah-sekolah yang membina para siswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya guna mencapai prestasi yang diinginkan.
Pembinaan olahraga melalui jalur sekolah-sekolah memang seharusnya diperjuangankan dan bahkan ditingkatkan kualitas pembinaannya, sebab melalui
pembinaan olahraga di sekolah inilah diharapkan akan menghasilkan bibit-bibit
unggul yang mampu mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata dunia melalui olahraga. Sedang untuk mendapatkan calon olahragawan bibit unggul
melalui sekolah dilakukan melalui pemanduan bakat. Melalu sekolah penanaman kesadaran akan pentingnya olahraga bagi peserta
didiksiswa sangat dimungkinkan untuk dikembangkan. Penanaman dasar-dasar atletik melalui pembelajaran pendidikan jasmani
secara benar
merupakan modal
dasar dalam
upaya mengembangkan
kemampuankebebasan bergerak bagi siswa yang pada akhirnya dengan mudah untuk diarahkan kepada pembinaan olahraga atletik. Pembinaan yang mengarah pada
peningkatan kemampuan berprestasi yang optimal tidak dapat dicapai hanya dengan waktu yang singkat melainkan memerlukan waktu yang panjang 8-10 tahun, sehingga
diperlukan sistem pembinaan yang terencana, dan berkesinambungan serta didukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai.
Mengingat sekolah sebagai basis pembinaan, maka keterlibatan kepala sekolah, guru pendidikan jasmani, guru-guru mata pelajaran lainnya, serta pengawas
sekolah sangat diperlukan toleransinya. Untuk itu perlu mendapatkan perhatian dan diketahui oleh semua pihak agar tidak terjadi sesuatu yang dapat merugikan siswa
selaku objek pembinaan. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang mempunyai kekhusunan
dan sangat komplek karena keterlibatan seluruh anggota tubuh dan banyak memberikan kemungkinan gerak bagi anggota tubuh, maka dirasa perlu untuk
diberikandiajarkan di kalangan pelajar yang dimulai dari SD, SMP, SLTA.
Pemberian ini hendaknya dilakukan dengan tidak mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
Prestasi berbagai cabang olahraga yang dicapai oleh bangsa Indonesia diberbagai kejuaraan baik tingkat nasional, regional maupun internasional, sampai
saat ini belum begitu menggembirakan, banyak faktor yang berpengaruh terhadap tercapainya prestasi yang optimal, diantaranya adalah metode latihan yang diterapkan
dan kondisi fisik atlet yang bersangkutan. Berdasarkan fungsinya metode latihan merupakan suatu cara yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan seorang atlet. Dengan metode latihan yang baik dan bervariasi, seorang atlet diharapkan dapat mencapai prestasi
yang optimal. Sedangkan kondisi fisik merupakan satu persyaratan yang sangat penting dan diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet. Sajoto 1985:
8 mengemukakan bahwa “Kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan
maupun pemeliharaannya”. Artinya bahwa di dalam ushaa peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tesebut harus dikembangkan, meskipun pengembangannya
dilakukan dengan skala prioritas sesuai dengan kebutuhan. Komponen kondisi fisik yang utama terdiri dari kecepatan, kekuatan dan daya tahan. Perpaduan antara
kecepatan dan kekuatan menghasilkan kekuatan kecepatan power, kekuatan dan daya tahan mengasilkan daya kekuatan sedangkan kecepatan dan daya tahan
menghasilkan daya tahan kecepatan stamina. Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang turut pula
menentukan tercapainya prestasi yang optimal. Hampir semua cabang olahraga
memerlukan power khususnya power otot tungkai dalam aktivitasnya. Sebagai contoh untuk cabang atletik nomor lompat, lempar maupun lari, power memegang peranan
utama keberhasilan dalam cabang tersebut. Cabang bola voli, bola basket, sepak bola dan sebagainya termasuk juga senam artistic, memerlukan power dalam setiap
gerakannya. Power otot tingkai mempunyai peranan penting yang menunjang keberhasilan
dan tercapainya prestasi yang optimal. Ada beberapa metode atau jenis latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan power otot tungkai
seorang atlet. Jenis latihan yang efektif dan dapat digunakan untuk meningkatkan power otot tungkai diantaranya adalah latihan berbeban Wiley dan Smith: 1971;
Wilmore: 1978 dan latihan melompat-lompat atau pliometrik Chu: 1992; 1995; Bompa: 1993.
Latihan pliometrics merupakan latihan dengan memanfaatkan berat badan sendiri atau menggunakan beberapa alat untuk merangsang latihan. Peningkatan
energi elastic yang tersimpan di dalam otot selama kontraksi eksentrik masa persiapan, energi dilepaskan segera sebelum kontraksi konsentrik masa pelepasan
dilakukan. Energi simpanan ini memudahkan gerakan meninggi atau melompat. Lebih lanjut latihan ini terkait dengan peningkatan power bagian bawah badan atlet.
Keterkaitan antara eksplosive power tungkai, dan jenis-jenis latihan plyometrics, menurut peneliti terdahulu dapat dipakai sebagai predictor terhadap
peningkatan performance atau kemajuan latihan atlet, sedangkan vertical jump test merupakan ukuran baku yang menyertai smpulan keterkaitan itu James CR. 1985:
58. Latihan pyiometrics yang teratur dengan pembebanan yang tepat merupakan
salah satu bentuk dan jenis latihan untuk meningkatkan power otot tungkai yang baik, hal ini didukung oleh hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa latihan
plyometrics ternyta dapat memperbaiki kemunduran power anggota badan bagian bawah atlet lari gawang yang menjadi penyebab buruknya performance saat
pertandingan maupun latihan rutin James CR, 1985: 58; Sunarko, 1992: 20. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan khususnya
yang terkait dengan program latihan plyometrics, dengan hasil yang masih bevariasi. Penelitian Sunarko, 1992: 21 atlet yang diberi latihan plyometrics dengan frekuensi
3 kali perminggu, selama 12 minggu menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kaki yang terukur melalui kekuatan otot kaki, power kaki, dan kecpatan reaksi,
namun demikian jika dilihat secara menyeluruh variasi antar atlet sangat tinggi. Lebih lanjut, diterangkan bahwa mungkin bentuk dan ukuran loncat-mendarat dalam
prosedur latihan yang diterapkan ukuran akomodatif Sunarko, 1992: 21. Di samping itu ada peneliti lain yang menyatakan bahwa berbagai program latihan fisik belum
sepenuhnya memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya peningkatan power bilamana faktor rest dalam di sela-sela latihan terabaikan, sehingga muncul
kelelahan pada periode sesaat acut dalam latihan, bahkan pembebanan latihan fisik tertentu yang berat justru dapat menurunkan kualitas organ tubuh sepetti pembuluh
darah akibat kemungkinan adanya pemaparan oksidan yang cukup tinggi. Latihan plyometrics terdiri dari bermacam-macam bentuk pembebanan
latihan. Ada beberapa bentuk gerakan dasar latihan plyometrics untuk kelompok otot panggul dan kaki, diantaranya: bounding double leg baund, box jumps, alternate leg
bound, Hopping Hurdle Hopping, double leg speed hop, deadine hop Bompa,
1994: 74-141, Donald A Chu, 1992: 27-61. Bentuk latihan yang berbeda merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan kondisi fisik melalui proses
adaptasi fisiologi dan psikologis yang sistematis dan berkesinambungan, sebagai bentuk latihan yang bervariasi dan tetap pada koridor upaya untuk meningkatkan
latihan. Pada latihan plyometrics dengan bentuk loncat gawang pembebanan
dilakukan tidak hanya pada repetisi namun juga terhadap ketinggian loncatan, dengan harapan adaptasi fisiologis yang dihasilkan akan semakin maksimal. Pembebanan
yang dilakukan dengan memperhitungkan ketinggian gawang dan saat rest juga perlu dirancnag sedemikian rupa sehingga tubuh dapat merespon secara positip.
Latihan plyometrics dengan bentuk loncat boks lebih mengutamakan intensitas dari pada kualitas pembebanan. Rintangan yang diberikan dengan
ketinggian yang sama dapat dipakai untuk mendarat, sehingga gerakan dilakukan dengan cepat dalam waktu tertentu dimaksudkan latihan ini untuk mengendalikan
intensitas menjadi cukup tinggi. Intensitas latihan yang cukup tinggi akan memacu sistem kinerja faal tubuh secara maksimal. Kondisi yang demikian jika diterapkan
pada atlet yang terlatih akan menghasilkan proses penyesuaian tubuh yang optimal. Sehingga secara fisiologis latihan ini tampak ringan, namun tetap dapat memberikan
pengaruh yang lebih baik pada peningkatan kualitas power otot tungkai. Power otot tungkai memegang peranan penting dalam prestasi lompat jauh
gaya jongkok. Kemampuan power otot tungkai akan sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam meningkatkan prestasinya. Namun untuk menjaga
keseimbangan dalam penyusunan latihan yang disebabkan perbedaan karakteristik
atlet yang akan dilatih terutama dalam kemampuan power otot tungkainya maka perlu dilakukan modifikasi. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu alternatif latihan
yang murah, aman, menyenangkan, dan efektif sesuai dengan karakteristik atlet, demi memperbaiki performance dan prestasinya. Berdasar uraian di atas rancangan
penelitian ini mengkaji lebih jauh mengenai pengaruh plyometrics, dan power otot tungkai terhadap prestasi lompat jauh pada siswa. Selanjutnya, dengan mengetahui
karakter ototnya dipandang sebagai hal yang penting dalam upaya penyusunan program latihan fisik, sehingga dapat memberikan advis secara praktis tentang
kemampuan lompat jauh siswa terhadap nilai normal olahragawan. Dari pengamatan dan pengalaman penulis, metode-metode tersebut masih
jarang digunakan oleh pelatih-pelatih nomor lompat khusunya lompat jauh. Dan bagi sebagian besar pelompat yang memiliki karakteristik power otot rendah maupun yang
memiliki karakteristik power otot tinggi masih melakukan bentuk latihan plyometrics dengan teknik yang sama. Berdasarkan tinjauan di atas maka, perlu
dikembangkan metode latihan plyometrics yang sesuai dan berguna bagi peningkatan prestasi lompat jauh.
B. Identifikasi Masalah