dari provinsi yang ada. Di Papua selain ada provinsi Papua dan Irian Jaya Barat akan didirikan lagi provinsi baru.
Pemekaran kabupaten dan provinsi baru dikhawatirkan akan menimbulkan konflik horisontal yang dapat menggoyahkan bangunan kekuasaan lokal. Apalagi jika pemekaran
kabupaten atau provinsi ini memkasa penduduk yang menolak bergabung ke wilayah baru tanpa memperhatikan latr belakang kesukuan, agama dan juga territorial dapat dipastika akan
menciptakan konflik horisontal. Kasus pemekaran seperti yang terjadi di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat misalnya, yang berujung dengan kekerasan antar-agama ini
merupakan contoh dari konflik horisontal itu sebagai akibat dari pemekaran daerah . namun, dari daerah lain berdirinya kabupaten baru dapat mencegah terjadinya gesekan antar suku.
Pemekaran kabupaten Pak-pak Barat yang terpisah dari kabupaten Dairi, Sumatera Utara merupakan conth penghindaran konflik terbuka antara suku pak-pak dengan Toba.
Desentralisasi telah mengurangi kekuasaan pusat atas daerah, malah dalam batas tertentu daerah tidak bisa lagi dikendalikan pusat. Meski kekuasaan daerah berkurang tetapi
pusat tetap mempunyai political leverage atas daerah, dalam hal pemekaran misalnya, elit local hars melakukan negosiasi dengan pusat. Sebaliknya agar daerah tetap bergantung
dengan berbagai cara pusat memanfaatkan political laverage nya untuk tetap memperkuat posisinya atas daerah. Dengan begitu kekuasaan pusat terus meneus berkibar di daerah
meskipun suasana politik saat ini sudah berubah.
25
25
Budi Agustono,2005,Desentralisasi dan potensi konflik horizontal:Refleksi relasi pusat dan daerah,Etnovisi,volume 1 No 3.hal 147-150
3.3 Kronologis terjadinya konflik dan faktor-faktor yang menyebabkan konflik di desa Pagar Manik
Universitas Sumatera Utara
Konflik adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih memiliki kepentingan, kehendak, serta cita-cita
konflik senantiasa “mengikuti mereka”. Oleh karena dalam upaya untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan pastilah ada hambatan-hambatan yang menghalangi, dan halangan
tersebut harus disingkirkan. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi benturan-benturan kepentingan antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Jika hal ini
terjadi, maka konflik merupakan sesuatu yang niscaya terjadi dalam masyarakat. Konflik antarbudaya ataupun multidimensional yang sering muncul dan mencuat dalam
berbagai kejadian yang memprihatinkan dewasa ini bukanlah konflik yang muncul begitu saja. Akan tetapi, merupakan akumulasi dari ketimpangan– ketimpangan dalam
menempatkan hak dan kewajiban yang cenderung tidak terpenuhi dengan baik. Konflik merupakan gesekan yang terjadi antara dua kubu atau lebih yang disebabkan adanya
perbedaan nilai, status, kekuasaan, kelangkaan sumber daya, serta distribusi yang tidak merata, yang dapat menimbulkan deprifasi relative di masyarakat. Konflik dan kehidupan
manusia tidak mungkin untuk dapat dipisahkan dan keduanya berada bersama-sama karena perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan keterbatasan sumber daya itu memang pasti ada dalam
masyarakat. Konflik akan selalu kita dijumpai dalam kehidupan manusia atau kehidupan
masyarakat sebab untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan berbagai usaha yang dalam pelaksanaannya selalu dihadapkan pada sejumlah hak dan kewajiban. Jika hak
dan kewajiban tidak dapat terpenuhi dengan baik, maka besar kemungkinan konflik terjadi. Istilah konflik itu sendiri seringkali mengandung pengertian negatif, yang cenderung
diartikan sebagai lawan kata dari pengertian keserasian, kedamaian, dan keteraturan. Konflik seringkali diasosiasikan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Pandangan yang sempit
mengenai konflik yang demikian, tidak mudah untuk diubah. Munculnya budaya “mencegah
Universitas Sumatera Utara
konflik”, “meredam konflik” dan anggapan bahwa berkonflik adalah “berkelahi” bukanlah sesuatu yang relevan untuk kondisi saat ini. Konflik bukanlah sesuatu yang dapat dihindari
atau disembunyikan, tetapi harus diakui keberadaannya, dikelola, dan diubah menjadi suatu kekuatan bagi perubahan positif. Konflik perlu dimaknai sebagai suatu jalan atau sarana
menuju perubahan masyarakat. Keterbukaan dan keseriusan dalam mengurai akar permasalahan konflik dan komunikasi yang baik dan terbuka antarpihak yang berkepentingan
merupakan cara penanganan konflik yang perlu dikedepankan. Adanya data dan informasi yang jujur dan dapat dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan merupakan syarat bagi
terjalinnya komunikasi di atas. Kebijakan otonomi daerah merupakan wewenang daerah untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya sendiri serta suasana baru dalam hubungan antara pusat dan daerah. Masyarakat di daerah yang selama ini lebih banyak dalam posisi
dimarginalkan maka selanjutnya diberikan kesempatan untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan terhadap hak-hak aspirasi dan kepentingannya. Dengan kebijakan otonomi
daerah anggapan bahwa pemerintah lebih tahu kebutuhan masyarakat akan bergeser kepada masyarakat lebih mengetahui kebutuhan,aspirasi dan kepentingannya.
Melalui kebijakan otonomi daerah diharapkan dapat ditingkatkan demokratisasi di tengah masyarakat. Upaya pendemokratisasian kehidupan masyarakat ini dilakukakn dengan
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya secara terbuka kepada pemerintah maupun melalui lembaga perwakilan rakyat yang terdapat di daerah yaitu
DPRD. Keinginan untuk dimekarkannya kabupaten Deli Serdang sebenarnya telah cukup
lama muncul di kalangan masyarakat kabupaten Deli Serdang, dan tahun 1992 hal tersebut telah menjadi kajian tersendiri bagi pemerintah kabupaten Deli Serdang pada saat itu. Dasar
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan untuk melaukan pemekaran adalah luas wilayah dan jumlah penduduk yang begitu besar untuk suatu kabupaten. Disamping itu pemekaran dimaksudkan agar lebih
mendekatkan pemerintah kepada masyarakat sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan secara lebih cepat dan efisien dan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
disamping itu terdapatnya ketidakadilan dalam pendistribusian pelayanan publik. Konsideran Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang pembentukan kabupaten
Samosir dan kabupaten Serdang Bedagai di Sumatera Utara adalah dalam rangka mewujudkan aspirasi masyarakat yang berkembang di Deli Serdang yang bertujuan untuk
lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Jadi pemekaran dilaksanakan adalah untuk lebih mensejahterakan
kehidupan masyarakat di daerah dan diberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi daerah.
Dampak positif lainya dari pemekaran daerah kabupaten Serdang Bedagai adalah : 1.
Tersebarnya bangunan fisik dan infrastruktur baru di daerah terisolir, adanya bangunan-bangunan baru di daerah-daerah terisolir seperti gedung-gedung sekolah
seprti gedung Sekolah Dasar SD yang membuat lebih dekatnya jarak dari desa ke sekolah.
2. Semakin dekatnya pelayanan publik kepada masyarakat, walaupun belum seluruhnya
fungsional, pelayanan publik kepada masyarakat semakin dekat dengan adanya pembentukan kecamatan baru yang berada di sekitar desa sehingga jarak dari desa ke
kecamatan lebih dekat dan segala sesuatu yang menyangkut administrasi kependudukan masyarakat dapat lebih mudah.
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya pengakuan akan eksistensi etnis yang semula terpinggirkan, etnis-etnis yang
semula merasa terpinggirkan dari etnis mayoritas yang ada di daerah itu kini menjadi lebih seimbang jumlahnya.
4. Terjadinya distribusi dana pusat melalui dana alokasi umum dan dana alokasi khusus
kedaerah, pendistribusian dana pusat melalui dana alokasi umum dan dana alokasi khusus ke daerah semakin dirasakan masyarakat.
5. Terjadinya nilai guna dan nilai tukar atas tanah, dengan adanya pemekaran
memberikan dampak yang positif bagi nilai guna dan nilai tukar atas tanah sehingga nilai tukar atas tanas semakin tinggi disebabkan banyak lahan yang dibutuhkan untuk
pembangunan bangunan fisik di daerah sebagai pendorong kemajuan pemekaran daerah.
6. Mendorong perkembangan ekonomi lokal, dengan adanya pemekaran daerah mampu
mendorong pembangunan ekonomi di daerah di mana pemerintah daerah mampu menggunakan otoritas baru yang dimiliki untuk merumuskan dan melaksanakan
strategi kebijakan-kebijakan stratrgis berkaitan dengan investasi di dalam penyediaan infrastruktur dan mendorong dunia usaha di daerah pun semakin terkontrol, sumber
daya ekonomi yang ada dapat lebih dimanfaatkan daerah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan daerah.
7. Terjadinya peningkatan peran mass media lokal dalam pengawasan pemerintahan
daerah, sebagai penyampai informasi kepada masyarakat mass media lokal semakin turut aktif dalam pengawasan pemerintahan daerah terhadap keputusan-keputusan
yang dikeluarkan pemerintah daerah. 8.
Meningkatnya partisipasi politik masyarakat dalam pengambilan keputusan, hal ini dikarenakan melalui pemekaran daerah, masyarakat di daerah memiliki kesadaran
Universitas Sumatera Utara
yang lebih tinggi terhadap apa yang dilakukan pemerintahnya, ketika pemerintahannya dianggap gagal bisa saja mereka mencabut dukungannya.
. Pemekaran daerah Deli Serdang menjadi Serdang Bedagai dilakukan dengan telah
melihat pada kriteria kemampuan ekonomi, potensi daerah, kondisi sosial budaya, kondisi sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah dan pertimbangan lainnya.
Gambaran pemahaman masyarakat terhadap pemekaran daerah Sumber : Hasil Olah Data
Berdasarkan persentase 20 responden yang diwawancarai ternyata sebanyak 70 masyarakat mengerti akan pemekaran suatu daerah. Ini menjelaskan masyarakat yang menginginkan
terjadinya pemekaran di Serdang Bedagai bukan hanya sebatas keinginan semata namun memang mengerti bagaimana pemekaran daerah dapat dilakukan
. Meski demikian sebanyak
30 masyarakat tidak mengerti akan pemekaran daerah. Hal demikian menandakan sebagian
Pemahaman Masyarakat terhadap Pemekaran Daerah
Universitas Sumatera Utara
masyarakat tidak mengerti tentang pemekaran suatu daerah dimana sebagian masyarakat hanya sekedar ikut-ikutan saja untuk menolak pemekaran namun tidak mengetahui
bagaimana pemekaran daerah itu. Pemahaman masyarakat tersebut terhadap pemekaran suatu daerah akan membuat masyarakat mampu menilai apakah pemekaran daerah layak
terjadi. Diagram di bawah ini akan menggambarkan pendapat masyarakat terhadap kelayakan pemekaran Serdang Bedagai
.
Gambaran pandangan masyarakat atas kelayakan pemekaran serdang bedagai Sumber : olahan data
Dari diagram diatas maka dapat dijelaskan bahwa 60 masyarakat menilai bahwa Serdang Bedagai memang layak untuk dimekarkan berdasarkan factor-faktor pemekaran daerah, 30
masyarakat menyatakan Serdang Bedagai tidak layak dimekarkan,dan 10 masyarakat menyatakan tidak tahu sama sekali tentang pemekaran ini
.
Disamping dampak positif diatas, terdapat pula dampak negatif dari adanya pemekaran daerah kabupaten Serdang Bedagai,
diantaranya adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Munculnya sengketa menyangkut batas wilayah dan menguatnya sentimen
etnosentrisme 2.
Sengketa elite dalam memperebutkan asset dan sumber-sumber ekonomi di daerah 3.
Penyerahan pegawai negeri sipil yang karena tugasnya diperlukan oleh kabupaten Serdang Bedagai
Sesuai dengan keputusan pemerintah dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang pembentukan kabupaten Samosir dan kabupaten Serdang Bedagai maka pemekaran
pun tidak dapat di elakkan. Pemekaran di Serdang Bedagai dimana sebagian wilayah yang semula ada di wilayah Deli Serdang telah beralih menjadi wilayah Serdang Bedagai.
Dalam perkembangannya masyarakat yang berada di wilayah Deli Serdang yang akan bergabung dengan Serdang Bedagai melakukan penolakan untuk bergabung dengan
Serdang Bedagai dengan berbagai alasan. Secara khusus seorang yang menjabat sebagai kepala desa di Pagar Manik yang merupakan bagian dari desa yang menolak untuk bergabung
dengan Serdang Bedagai mengatakan bagaimana awal dari permasalahan itu terjadi: Semula saat keputusan Mahkamah Konstitusi telah dikeluarkan bahwa pemekaran harus dilakukan
mengingat Undang-undang Nomor 36 tahun 2003 tentang pembentukan kabupaten Samosir dan kabupaten Serdang Bedagai maka sebagian wilayah Deli Serdang berpindah menjadi
Serdang Bedagai. Masyarakat yang terdiri dari 9 desa yang awalnya adalah berada di wilayah Deli
Serdang yang kemudian menjadi Serdang Bedagai menolak bergabung diantaranya adalah desa Pagar Manik, saat itu alasan masyarakat menolak keputusan pemekaran adalah jauhnya
jarak dari desa ke pusat kecamatan dan pusat kabupaten dimana pada awalnya kecamatan desa ini ditetapkan berada di Kotarih yang membutuhkan waktu yang cukup lama menuju ke
Kotarih untuk mendapatkan pelayanan administrasi kependudukan, sementara untuk sampai
Universitas Sumatera Utara
ke Kotarih masyarakat 9 desa ini harus melewati Lubuk Pakam sebagai ibukota kabupaten Deli Serdang. Dengan alasan tersebut warga terus-menerus melakukan aksi penolakan
dengan tindakan mengumpulkan tanda tangan warga yang tidak setuju dengan pemekaran, kemudian tanda tangan tersebut mereka serahkan kepada pemerintah kabupaten Serdang
Bedagai dan melakukan protes terhadap keputusan pemerintah. Ketika mereka melakukan aksi protes ke pihak pemerintah kabupaten Serdang
Bedagai dan ke kantor Bupati Deli Serdang sampai kekantor Gubernur Sumatera Utara untuk menyatakan bentuk penolakan mereka, kondisi desa Pagar Manik semakin memanas dengan
terjadinya pro kontra di antara masyarakat, berbagai pendapat masyarakat tentang pemekaran muncul dan berbagai masalah terjadi sebagai akibat dari keputusan pemekaran tersebut.
Menanggapi hal tersebut pemerintah Serdang Bedagai mengeluarkan keputusan untuk membentuk satu kecamatan baru untuk 9 desa yang menolak bergabung dengan Serdang
Bedagai sebagai tanggapan atas alasan ketidaksetujuan mereka untuk bergabung dengan Serdang Bedagai. Sembilan desa tersebut di tetapkan menjadi kecamatan Silinda, pusat
kecamatan yang baru yaitu kecamatan Silinda adalah desa Tarean yang berada di tengah 9 desa tersebut sehingga jarak dari setiap desa ke pusat kecamatan lebih dekat dari perkiraan
sebelumnya. Walaupun demikian masyarakat tetap ada yang menolak untuk bergabung dengan
Serdang Bedagai, dimana alasan baru dari masyarakat muncul yaitu bahwa awalnya 9 desa ini tidak termasuk dalam pemekaran Serdang Bedagai, mereka mengatakan bahwa 9 desa ini
hanya rekayasa dari Tim pemekaran dikarenakan adanya perebutan sumber ekonomi yang melibatkan elit lokal yang menginginkan kekuasaan dengan adanya pemekaran daerah. Saat
kondisi seperti itu berlangsung Pemerintah Serdang Bedagai melalui pejabat sementara desa memberikan surat panggilan kepada kepala-kepala desa untuk mengajak kepala desa dari 9
desa termasuk kepala desa Pagar Manik untuk bergabung dengan Serdang Bedagai dimana
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya mereka adalah kepala desa Deli Serdang sebagaimana tujuan pemerintah adalah agar kepala desa dari 9 desa dapat membantu meredam emosi masyarakat dan melanjutkan
sisa periode kepemimpinannya, pada kenyataannya surat panggilan yang diberikan pemerintah Serdang Bedagai tidak mendapat respon dari kepala desa dan oleh karena itu pada
surat pangilan ke-4 yang dikeluarkan pemerintah kabupaten Serdang Bedagai adalah merupakan surat pemberhentian sebagai kepala desa dan pengangkatan kepala desa yang baru
untuk desa Pagar Manik kecamatan Silinda kabupaten Serdang Bedagai. Masyarakat pun semakin memanas mengetahui itu, banyak hal terjadi setelah itu dimana kepala desa yang
baru untuk Serdang Bedagai telah dilantik, masyarakat yang menolak bergabung dengan Serdang Bedagai tetap menyatakan dirinya adalah warga Deli Serdang meskipun keputusan
telah dikeluarkan, mereka tetap mengakui bahwa kepala desanya adalah tetap kepala desa yang lama dan bahkan pada saat pemilu legislatif 2009 di desa Pagar Manik ditetapkan
memiliki 2 TPS yang kemudian masyarakat yang kontra terhadap Serdang Bedagai mendirikan 1 TPS yang disebut TPS Deli Serdang.
Konflik-konflik lain yang terdadi di desa Pagar Manik yaitu hubungan baik di setiap gereja-gereja yang ada di desa ini rusak, di suatu gereja warga jemaatnya menjadi dua kubu
yang berlawanan dan muncul sikap-sikap arogan terhadap kubu lawannya. Hubungan keluarga di desa ini juga terpecah, 2 keluarga besar yang awalnya berhubungan baik menjadi
retak dan menjadi keluarga yang berlawanan. Sebagai contoh langsung adalah keluarga penulis sendiri, kepala desa yang lama Pagar Manik adalah keluarga penulis sendiri, namun
setelah adanya pemekaran hubungan keluarga kami menjadi retak disebabkan orang tua penulis sendiri berada pada pro Serdang Bedagai yang pada saat itu orang tua penulis
merupakan bagian dari perangkat desa Pagar Manik kecamatan Silinda kabupaten Serdang Bedagai, hal ini membuat keluarga penulis yang berada di pihak kepala desa yang lama
membenci keluarga kami karena menganggap tidak mendukung mereka.
Universitas Sumatera Utara
Selain desa ini ada juga desa lain yakni desa Tapak Mariah yang merupakan bagian dari 9 desa yang menolak bergabung dengan Serdang Bedagai mengalami hal serupa bahkan
kantor Kepala Desanya pun terdapat 2 unit yakni kantor Kepala Desa Deli Serdang dan kantor Kepala Desa Serdang Bedagai dimana letaknya bangunannya berdampingan disatu
lokasi. Bukan hanya itu,warga desa ini menjadi 2 kubu yakni pro dan kontra. Hal ini disebabkan oleh hubungan kekerabatan kekeluargaan dimana warga yang sanak saudaranya
adalah kepala desa Deli Serdang maka ia juga akan kontra Serdang Bedagai dan masyarakat yang hubungan kekeluargaannya kepada kepala Desa Serdang Bedagai maka akan pro
Serdang Bedagai, hal demikian dapat dijelaskan melalui sketsa gambar berikut.
Sketsa gambar :Hubungan kekerabatan kekeluargaan Dari sketsa gambar diatas dapat dijelaskan bagaimana hubungan kekerabatan kekeluargaan
sangat berpengaruh terhadap konflik yang terjadi di masyarakat, dari sketsa gambar diatas dapat dijelaskan bagaimana konflik yang terjadi di Pagar Manik, misalnya anak ke II adalah
seorang Kepala Desa Pagar Manik saat masih menjadi bagian dari Deli Serdang secara otomatis keluarga yang berada disekitarnya akan mendukung Deli Serdang dan kontra
terhadap Serdang Bedagai begitu juga dengan masyarakat yang dekat dengannya atau dapat digambarkan dengan masyarakat yang berada di luar lingkaran gambar tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Begitu juga sebaliknya dengan masyarakat yang memiliki hubungan kekerabatan kekeluargaan dengan kepala Desa Serdang Bedagai akan mendukung Serdang Bedagai dan
kontra terhadap Deli Serdang. Hal ini menandakan bahwa hubungan kekerabatan lah yang menjadi faktor utama penyebab konflik dalam masyarakat desa Pagar Manik.
Faktor lain penyebab konflik yang terjadi yaitu adanya janji-janji pemerintah Deli Serdang bahwa mereka juga akan tetap mempertahankan masyarakat desa ini agar tetap
menjadi bagian dari Deli Serdang, dan hal lain yang menyebabkan timbulnya konflik diantara masyarakat yaitu adanya perkebunan Kelapa sawit disekitar desa itu yang mempunyai
kepentingan tersendiri untuk tetap bergabung dengan Kabupaten Deli Serdang sehingga mempengaruhi pejabat desa Deli Serdang. Dari beberapa pendapat warga penulis
mengetahui bahwa perkebunan kelapa sawit di sekitar desa itu lah yang telah mempengaruhi 9 kepala desa untuk mengerahkan masyarakat menolak pemekaran karena kepentingan
pribadi perusahaan dengan Deli Serdang.
3.4 Masalah-masalah yang Dihadapi Serdang Bedagai khususnya Desa Pagar Manik