29
3. Learning Disfunction Gangguan belajar ini berupa gejala proses belajar yang tidak
berfungsi dengan baik karena adanya gangguan syaraf otak sehingga terjadi gangguan pada salah satu tahap dalam proses
belajarnya. Kondisi semacam ini mengganggu kelancaran proses belajar secara keseluruhan.
4. Slow Learner atau siswa lamban Siswa semacam ini memperlihatkan gejala belajar lambat atau
dapat dikatakan proses perkembangannya lambat. Siswa tidak mampu menyelesaikan pelajaran atau tugas-tugas belajar dalam
batas waktu yang sudah ditetapkan. Mereka membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan sekelompok siswa lain yang
normal.
5. Under Achiever Siswa semacam ini memiliki hasrat belajar rendah di bawah
potensi yang ada padanya. Kecerdasannya tergolong normal, tetapi karena sesuatu hal, proses belajarnya terganggu sehingga
prestasi belajar yang diperolehnya tidak sesuai dengan kemampuan potensial yang dimilikinya.
Dengan mengetahui adanya jenis-jenis kesulitan belajar, guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan
mampu mengenali kesulitan belajar yang dihadapi anak didiknya dan berupaya memberi bantuan seoptimal mungkin. Dengan demikian
diharapkan siswa yang bermasalah dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik.
3. Kriteria atau Patokan Kesulitan Belajar
Manisfestasi gejala kesulitan belajar bermacam-macam seperti hasil belajar rendah, sikap acuh tak acuh, sering berbuat onar, murung, suka
membolos dan sebagainya. Untuk itu dibutuhkan suatu kriteria atau patokan untuk menandai apakah siswa dapat diperkirakan mengalami
kesulitan belajar ataukah tidak.
30
Menurut Darsono 2000:43 kriteria atau patokan kesulitan belajar ditetapkan melalui :
1. Tujuan Pendidikan Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan
salah satu komponen yang penting, karena akan memberi arah pada proses kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan yang masih umum
Tujuan Pendidikan Nasional dikhususkan menjadi tujuan kurikuler yaitu tujuan yang harus dicapai dalam bidang studi tertentu. Tujuan
ini lebih dikhususkan lagi menjadi tujuan instruksional. Kegiatan belajar siswa ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Mereka yang dianggap berhasil adalah yang dapat mencapai tujuan tersebut, sedangkan yang mendapat hambatan diperkirakan
mengalami kesulitan belajar. Kriteria keberhasilan ini diperoleh melalui proses penilaian dengan menggunakan acuan patokan PAP.
2. Kedudukan dalam kelompok Kedudukan siswa dalam kelompoknya merupakan ukuran dalam
pencapaian hasil belajarnya. Misalnya siswa yang memperoleh nilai 7 dalam mata pelajaran ekonomi dinilai paling berhasil kalau teman-
teman sekelasnya mendapat nilai kurang dari 7 atau sebaliknya akan dinilai kurang kalau teman-teman sekelasnya mendapat nilai di atas 7.
Jadi siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar bila prestasi belajarnya berada di bawah taraf prestasi belajar sebagaian besar
teman-teman sekelompoknya atau menggunakan penilaian acuan norma PAN.
3. Perbandingan antar potensi dan prestasi belajar Prestasi belajar yang dicapai siswa tergantung pada tingkat potensi
kemampuannya baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung memperoleh prestasi belajar yang
tinggi dan sebaliknya. Jadi siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa yang tidak dapat mencapai prestasi belajar sesuai
dengan potensinya.
4. Kepribadian Hasil belajar yang dicapai siswa akan nampak dalam seluruh
kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan dalam semua aspek kepribadian siswa. Siswa yang berhasil dalam
belajarnya tidak sekedar menjadi orang pandai, tetapi juga akan memiliki perubahan pola-pola kepribadian tertentu yang sesuai
dengan tujuan yang ditetapkannya. Sebaliknya siswa yang mengalami kesulitan belajar menunjukan pola-pola perilaku atau kepribadian
yang menyimpang seperti sikap acuh tak acuh, sering membolos, berdusta, berbuat onar dan sebagainya.
31
Dengan adanya kriteria atau patokan kesulitan belajar di atas guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhasil menguasai
bahan, maupun mengetahui siswa yang belum berhasil menguasai bahan. Dengan petujuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada
siswa yang belum berhasil sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
4. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar