32
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar di golongkan menjadi dua yaitu:
1. Faktor Intern
Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor intern terdiri dari :
A. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis meliputi : 1. Kesehatan fisik
Sehat berarti “dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian- bagiannya dan bebas dari penyakit” Slameto 2003:54. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu. Agar seseorang dapat
belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin. Dengan kondisi tubuh yang sehat maka kegiatan belajar
dapat berjalan dengan lancar. Indikator kesehatan fisik di antaranya dapat dilihat dari :
a. Kehadiran Presensi yaitu “kehadiran siswa pada saat mengikuti
pelajaran” Ametembun 1974:90. Kehadiran siswa 100 dalam mengikuti pelajaran selama kurun waktu tertentu menunjukan
bahwa siswa tersebut dalam keadaan sehat. Kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran mempunyai pengaruh terhadap belajarnya.
Siswa yang selalu hadir tentunya tidak akan tertinggal materi pelajaran, dan pemahaman materi yang disampaikan oleh guru
33
menyeluruh. Berbeda jika siswa tidak hadir karena sakit, lebih–lebih jika sakitnya lama sehingga dia tidak dapat masuk sekolah untuk
beberapa hari, hal ini mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajarannya. Jadi kehadiran siswa dalam setiap pertemuan akan
sangat berpengaruh terhadap belajar siswa. b. Pola makan
Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi pertumbuhan manusia, tanpa makanan sulit untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Makanan yang kita makan hendaknya makanan yang bergizi. Makanan bergizi adalah “makanan yang mengandung unsur
pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia yang terdiri atas zat pembangun seperti protein, zat pemberi tenaga seperti karbohidrat,
lemak, dan zat pengatur seperti vitamin, mineral dan air” Ichsan 1988:101. Sampai saat ini banyak sekali di masyarakat terjadi
kesalahan dalam pengolahan makanan seperti tidak terjaminnya kebersihan, pola menu makan yang sejenis, pola makan tidak
seimbang kadar gizinya yang menyebabkan munculnya berbagai penyakit karena kekurangan gizi. Hal tersebut dapat diantisipasi
apabila semua pihak mau memperhatikan pola makan yang seimbang dan mengkonsumsi makanan yang mengandung tiga unsur
yang dibutuhkan oleh tubuh. Dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi diharapkan dapat mensuplai kebutuhan tubuh untuk
melakukan berbagai kegiatan salah satunya adalah belajar.
34
c. Waktu Istirahat Yang dimaksud dengan istirahat ialah “suatu keadaan yang
menunjukan organ tubuh berfungsi secara normal tetapi tidak dipaksakan mendapat beban terus menerus, sehingga ia secara
fisiologis dan psikis tubuhnya tetap memiliki kesegaran kembali untuk bekerja” Ichsan 1988:117. Salah satu cara yang baik untuk
istirahat adalah tidur. Kebutuhan tidur sangat penting dan setiap orang memiliki lama waktu yang berbeda-beda tergantung pada
keadaan berat tidaknya bekerja serta usia. Pada usia muda kebutuhan untuk tidur lebih lama dibandingkan dengan kebutuhan
orang dewasa dan orang tua. Pada bayi misalnya dibutuhkan waktu 13 jam untuk tidur, pada usia 6 sampai 12 tahun sebanyak 8 sampai
10 jam, sedang pada usia remaja sampai dewasa sebanyak 7 sampai 8 jam, dan pada orang tua rata-rata 7 jam sehari. Pada dasarnya
kebutuhan istirahat merupakan cara untuk memelihara dan menjaga kondisi tubuh yang terlalu banyak melakukan aktivitas. Dengan
waktu istirahat yang cukup diharapkan siswa memiliki kesegaran tubuh yang baru untuk melakukan berbagai kegiatan termasuk
belajar. d. Frekuensi olah raga
Menurut W.B.S Poerwodarminto dalam Suyudi dan Sjarifudin 1979:5 olahraga adalah “latihan gerak badan untuk
menguatkan dan menyehatkan badan seperti sepak bola, lari,
35
berenang dan lain-lain”. Olahraga berguna untuk mempertahankan tingkat kesegaran jasmani yang ditunjukan dengan adanya
kemampuan seseorang untuk dapat belajar secara maksimal tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Frekuensi olahraga sebaiknya
dilakukan setiap hari dengan durasi waktu yang ringan 10 sampai 15 menit perhari. Dengan kegiatan olahraga yang teratur dapat
meningkatkan fungsi organ tubuh, sistem pernafasan, sistem peredaran darah, sistem syaraf, daya tahan tubuh, bahkan hubungan
sosial yang baik. Dengan fisik yang sehat sangat mendukung bagi tubuh untuk melakukan berbagai kegiatan salah satunya belajar.
Dengan demikian kesehatan fisik dapat ditandai dengan kehadiran siswa di sekolah, pola makan yang seimbang, waktu tidur
yang cukup dan olahraga yang teratur. 2. Karena cacat tubuh
Cacat tubuh adalah “sesuatu yang menyebabkan kurang sempurna mengenai tubuh” Slameto 2003:55. Cacat tubuh dibedakan
atas cacat tubuh ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan dan cacat tubuh yang tetap seperti buta, tuli, bisu. Keadaan
cacat tubuh juga dapat mempengaruhi belajar anak. Siswa yang cacat biasanya belajarnya akan terganggu. Jika hal ini terjadi hendaknya bagi
yang mempunyai cacat tetap belajar pada lembaga pendidikan khusus, sedangkan bagi yang mempunyai cacat ringan perlu adanya perhatian
36
dan perlakuan yang khusus dari guru pada anak yang mempunyai cacat ringan.
Indikator cacat tubuh di antaranya dapat dilihat dari : a. Jarak pandang
Ukuran ketajaman penglihatan tiap-tiap orang berbeda-beda. “Seseorang yang penglihatannya normal baik mempunyai visus
2020. Artinya dalam jarak 20 feet 6 meter yang bersangkutan dapat melihat dengan baik simbol atau huruf pada kartu Snellen
yang berukuran 20 feet atau 6 meter” Pradipto dan Suharto 1977:9. Apabila seseorang ketajaman penglihatannya kurang atau
lebih dari 20 feet kemungkinan mereka mempunyai kelainan seperti para penderita rabun jauh, rabun dekat dan juling. Siswa
ada yang merasa kesulitan melihat tulisan yang terlalu dekat, dan juga ada siswa yang kesulitan membaca tulisan yang terlalu jauh
Kondisi siswa yang tidak sempurna ini dapat menjadi salah satu penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya.
b. Posisi tempat duduk Posisi tempat duduk bagi siswa yang mempunyai cacat tubuh
ringan akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa. “Bagi anak rabun jauh perlu ditempatkan pada meja paling depan
dan bagi mereka yang rabun dekat harus duduk pada meja belakang agar mereka dapat melihat tulisan yang ada di papan
tulis” Ahmadi dan Supriyono 2004:80. Demikian pula dengan
37
siswa yang pendengarannya terganggu hendaknya ditempatkan di meja depan sehingga suara guru masih bisa didengar oleh siswa.
Dengan cara ini diharapkan mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Dengan demikian cacat tubuh pada siswa terutama yang ringan membutuhkan perhatian khusus dari guru berkaitan dengan
jarak pandang dan pengaturan posisi tempat duduk siswa.
B. Faktor psikologis