dummy tidak berpengaruh nyata pada taraf pengujian statistik lima dan 15 persen.
Berdasarkan pengujian statistik-F model regresi yang dihasilkan menunjukkan bahwa, secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model
dapat menjelaskan variasi perubahan aliran perdagangan teh Indonesia ke negara-negara tujuan baik sebelum krisis maupun setelah krisis moneter.
Dengan kata lain, semua variabel bebas dapat menjelaskan variasi perubahan aliran perdagangan teh Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor.
Hal ini didasarkan pada nilai F-
hitung
yang diperoleh sebesar 5,63. Nilai tersebut apabila dibandingkan lebih besar dengan nilai F
tabel
pada pengujian dengan taraf nyata lima persen dari suatu distribusi F dengan derajat bebas
pembilang v
1
= 6 dan derajat bebas penyebut v
2
= 23, maka diperoleh nilai sebesar 2,53. Analisis pengaruh variabel bebas pada hasil regersi gravity model
terhadap aliran perdagangan teh Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut :
5.2.1 Gross Domestic Product GDP Per Kapita Negara Tujuan Y
j
GDP atau produk domestik bruto merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. GDP mungkin adalah
variabel aliran barang dan jasa paling penting dalam suatu perekonomian. GDP menyatakan berapa banyak uang yang mengalir mengelilingi aliran sirkuler
perekonomian suatu negara per unit waktu atau juga nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu
tertentu. GDP menggambarkan keadaan perekonomian suatu negara. GDP adalah
jumlah konsumsi, investasi, pembelian pemerintah dan ekspor bersih. Ukuran ekonomi negara importir akan menentukan jumlah komoditi ekspor yang dapat
dijual oleh negara eksportir. Apabila suatu negara memiliki tingkat GDP yang
besar, maka akan memiliki kemampuan yang semakin besar dalam menyerap barang-barang yang diperdagangkan di pasar internasional, dalam hal ini dari
negara-negara pengekspor dibanding negara lain dengan tingkat GDP yang kecil.
Berdasarkan hasil analisis regresi gravity model aliran perdagangan teh Indonesia, menunjukkan bahwa koefisien variabel GDP per kapita negara tujuan
memberikan pengaruh negatif terhadap aliran perdagangan teh Indonesia. Nilai koefisien variabel GDP per kapita negara tujuan adalah sebesar -0,1669. Hal ini
menunjukkan bahwa, jika GDP per kapita di salah satu negara tujuan ekspor teh Indonesia meningkat sebesar satu persen maka aliran perdagangan teh
Indonesia ke negara-negara tujuan akan menurun sebesar 0,1669 persen dari jumlah sebelumnya, ceteris paribus.
Meskipun demikian, variabel GDP per kapita negara tujuan ekspor teh tidak signifikan dan tidak berbeda nyata dengan nol pada pengujian hipotesis
statistik-t pada taraf lima persen maupun 15 persen. Hal ini disebabkan karena teh bukanlah kebutuhan primer bagi manusia primmy consumption. Khususnya
teh curah yang selama ini diekspor adalah produk setengah jadi dan merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan oleh industri, baik sebagai bahan baku
utama maupun sebagai bahan baku tambahan pada proses pengolahan. Berdasarkan uji t, diperoleh t
hitung
yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai t
tabel
dengan derajat bebas 23. Dengan demikian, bagi negara pengimpor variabel tersebut tidak menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan bagi
negara importir untuk mengimpor teh Indonesia. Koefisien slope pada variabel GDP per kapita negara tujuan yang bertanda negatif, mengindikasikan bahwa
negara dengan GDP per kapita yang lebih besar memiliki aliran perdagangan teh yang kecil. Sebaliknya, negara dengan GDP per kapita yang lebih kecil memiliki
aliran perdagangan teh yang besar.
Lampiran 2 menunjukkan bahwa, negara yang memiliki GDP per kapita yang lebih tinggi dibandingkan negara tujuan ekspor teh sebelum krisis moneter
adalah Singapura yaitu sebesar 32810 dollar AS, sedangkan negara tujuan ekpsor teh yang memiliki GDP per kapita yang rendah adalah Afganistan yaitu
sebesar 112 dollar AS. Negara tujuan ekspor teh yang memiliki GDP per kapita yang lebih tinggi dibandingkan negara lain setelah krisis moneter adalah Amerika
Serikat yaitu sebesar 41768 dollar AS, dan Afganistan adalah negara dengan tingkat GDP per kapita yang rendah yaitu sebesar 218 dollar AS.
Dilihat dari segi volume aliran perdagangan ekspor teh Indonesia sebelum krisis moneter ke Singapura lebih besar dibandingkan dengan volume
ekspor teh ke Afganistan yaitu sebesar 1953 ton dan 570 ton. Demikian juga halnya dengan volume aliran perdagangan ekspor teh Indonesia setelah krisis
moneter, menunjukkan bahwa Amerika Serikat memiliki volume yang lebih besar dibandingkan Afganistan yaitu sebesar 6510,97 ton dan 1169,06 ton. Hal ini
menunjukkan bahwa GDP per kapita bukan menjadi faktor utama yang mempengaruhi aliran perdagangan teh Indonesia ke negara-negara tujuan
ekspor. Pertumbuhan GDP suatu negara yang besar dapat menjadi indikator
pertumbuhan ekonomi dari negara tersebut. Walaupun demikian, perlu dicermati apakah pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor teh Indonesia sepenuhnya
berdampak positif kepada peningkatan perekonomian nasional Indonesia khususnya untuk ekspor teh. Kenyataannya peningkatan perekonomian negara
tujuan ekspor teh Indonesia bisa jadi disebabkan oleh perkembangan produk- produk andalan ekspor negara tersebut yang tentunya dapat mengancam produk
ekspor nasional Indonesia. Di satu sisi, terjadinya pertumbuhan ekonomi di negara-negara lain
mungkin baik bagi perekonomian kita, karena ini berarti pasar bagi produk ekspor
kita menjadi semakin luas. Akan tetapi, bila ditinjau dari segi lain, pertumbuhan ekonomi di negara-negara lain bisa berarti meningkatnya persaingan bagi
barang-barang ekspor kita. Pertumbuhan kapasitas suatu perekonomian akan sangat menguntungkan jika negara tersebut dapat menjual sejumlah produksi
yang telah bertambah banyak itu ke pasar dunia. Pada sisi lain, manfaat-manfaat pertumbuhan itu mungkin saja akan lebih
dinikmati oleh orang-orang asing, dan bukannya oleh penduduk domestik seandainya yang terjadi adalah penurunan harga ekspor negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi berarti suatu pergeseran ke luar dari batas kemungkinan produksi di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi ini bisa bersumber dari adanya
peningkatan jumlah sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara atau bisa juga disebabkan oleh peningkatan efisiensi atas penggunaan segenap sumber daya
tersebut.
5.2.2 Populasi Negara Tujuan Ekspor N