Harga Teh Indonesia di Negara Tujuan P

dengan derajat bebas 23 yaitu sebesar 1,714. Variabel ini juga memiliki nilai P value yang lebih kecil dari α = lima persen yaitu 0,001, sehingga variabel nilai tukar negara tujuan ekspor teh terhadap dollar AS tersebut signifikan dan berbeda nyata dengan nol pada pengujian hipotesis statistik t dengan taraf lima persen. Dengan demikian, variabel nilai tukar dollar AS merupakan faktor penting dan hambatan yang perlu dipertimbangkan dalam aliran perdagangan teh Indonesia ke negara-negara tujuan, karena dapat mempengaruhi besarnya volume ekspor. Tanda negatif pada variabel nilai tukar dollar AS terhadap mata uang negara tujuan, mengindikasikan bahwa negara dengan nilai tukar dollar AS yang tinggi memiliki volume perdagangan internasional yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara yang nilai tukar dollar AS-nya rendah. Berdasarkan Lampiran 2, Inggris merupakan negara yang memiliki nilai tukar tertinggi terhadap dollar AS yaitu 0,96 per US dollar sebelum krisis dan 0,81 per US dollar setelah krisis. Pada tahun 1995 volume ekspor teh Indonesia ke Inggris sebesar 7117 ton dan 15456,3 ton pada tahun 2006.

5.2.5 Harga Teh Indonesia di Negara Tujuan P

j Perdagangan internasional pada dasarnya terjadi karena adanya perbedaan harga yang terbentuk pada masing-masing negara. Perbedaan harga ini disebabkan salah satu negara lebih efisien dibandingkan negara lain dalam menghasilkan suatu komoditi tertentu, sedangkan negara lain lebih efisien dalam menghasilkan komoditi lainnya. Dengan demikian, masing-masing negara akan melakukan spesialisasi terhadap salah satu komoditi yang mengandung keunggulan komparatif dan mengekspor sebagian outputnya ke negara lain. Perbedaan relatif harga-harga atas berbagai komoditi antar dua negara, pada dasarnya mencerminkan keunggulan komparatif bagi masing-masing. Harga juga yang menjadi pijakan setiap negara dalam melangsungkan hubungan dagang yang saling menguntungkan. Harga relatif ekuilibrium setelah perdagangan berlangsung, merupakan harga relatif bersama yang berlaku di negara pengekspor dan negara pengimpor. Harga ini pula yang sekaligus akan menyeimbangkan hubungan dagang di antara kedua negara tersebut. Tinggi rendahnya harga teh di pasar internasional sangat dipengaruhi kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan negara- negara yang melakukan perdagangan. Berdasarkan hasil analisis regresi gravity model aliran perdagangan teh Indonesia, menunjukkan bahwa koefisien harga memiliki slope yang negatif. Variabel ini memberikan pengaruh yang negatif terhadap aliran perdagangan teh, sehingga dapat mempengaruhi besarnya aliran perdagangan teh Indonesia. Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga teh Indonesia di pasar internasional, maka akan menurunkan aliran perdagangan teh Indonesia ke negara-negara tujuan dengan nilai koefisien sebesar -1,1025. Hal ini berarti, apabila terjadi kenaikan harga teh Indonesia di negara tujuan sebesar satu persen, maka aliran perdagangan teh Indonesia ke negara tujuan akan berkurang sebesar 1,1025 persen dari jumlah sebelumnya, ceteris paribus. Variabel harga teh Indonesia di negara tujuan signifikan dan berbeda nyata dengan nol pada pengujian hipotesis statistik t dengan taraf 15 persen. Berdasarkan uji t, diperoleh t hitung yang lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel pada derajat bebas 23. Selain itu, nilai P value variabel ini yang lebih kecil dari α = 15 persen yaitu 0,127. Hal ini menunjukkan bahwa harga merupakan hambatan maupun faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya aliran perdagangan teh Indonesia ke negara-negara tujuan baik sebelum dan setelah krisis moneter. Harga teh Indonesia ditentukan oleh situasi penawaran dan permintaan di pasar internasional. Harga menjadi murah pada saat persediaan besar dan mahal pada saat persediaan rendah atau sedikit. Sesuai dengan hukum permintaan bahwa konsumen cenderung menginginkan harga yang relatif lebih murah. Kenaikan harga teh Indonesia merupakan kenaikan harga impor bagi negara tujuan ekspor. Hal ini dapat menyebabkan berpalingnya negara pengimpor kepada produsen atau negara Iainnya yang memiliki harga ekspor lebih rendah atau kepada produsen lain yang memiliki harga ekspor yang sama, namun dengan kualitas teh yang lebih baik. Berdasarkan Lampiran 2, pada tahun 1995 Jepang adalah negara dengan harga ekspor teh tertinggi yaitu sebesar 1,553 per kg dengan volume ekspor 1172 ton. Australia merupakan negara dengan harga ekspor teh tertinggi pada tahun 2006 yaitu 3,360 per kg dengan volume ekspor 2858,28 ton.

5.2.6 Sebelum dan Setelah Krisis Moneter Dummy