Krisis Moneter Perdagangan Luar Negeri

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Krisis Moneter

Timbulnya krisis berkaitan dengan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS secara tajam, yakni sektor ekonomi luar negeri dan kurang dipengaruhi oleh sektor riil dalam negeri. Meskipun demikian, kelemahan sektor riil dalam negeri mempunyai pengaruh terhadap melemahnya nilai tukar rupiah. Krisis terjadi karena terdapat ketidak seimbangan antara kebutuhan akan valas dalam jangka pendek dengan jumlah devisa yang tersedia, hal ini menyebabkan nilai dollar AS melambung dan tidak terbendung. Oleh karena itu, tindakan yang harus segera didahulukan untuk mengatasi krisis ekonomi ini adalah pemecahan masalah utang swasta luar negeri, membenahi kinerja perbankan nasional, mengembalikan kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap kemampuan ekonomi Indonesia, menstabilkan nilai tukar rupiah pada tingkat yang nyata dan tidak kalah penting adalah mengembalikan stabilitas sosial dan politik 9 . Krisis diindikasikan dengan tingginya tingkat inflasi yang terjadi. Inflasi yang tinggi menyebabkan depresiasi rupiah terhadap dollar yang sangat tajam. Dalam hal ini, maka harga barang-barang domestik relatif lebih murah dibandingkan harga barang-barang luar negeri. Dengan demikian, akan mendorong peningkatan ekspor dan penduduk domestik hanya akan membeli sedikit barang dari luar negeri. 9 http:www.ekonomirakyat.orgedisi 3artikel 3.htm. 20 Mei 2007.

3.1.2 Perdagangan Luar Negeri

Perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi. Perdagangan diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas keinginan dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman perang dan sebagainya tidak termasuk dalam arti perdagangan yang dimaksud. Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masing. Perdagangan dalam arti khusus mempunyai implikasi yang sangat fundamental, yaitu bahwa perdagangan akan terjadi apabila paling tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan atau manfaat dan tidak ada pihak lain yang merasa dirugikan. Dua negara akan melakukan perdagangan jika kedua negara tersebut memperoleh keuntungan. Apabila salah satu negara memperoleh keuntungan sementara negara lainnya mengalami kerugian, maka hal ini akan mendorong penolakan terhadap perdagangan. Pembagian manfaat dari perdagangan antara pihak-pihak yang melakukan pertukaran ditentukan oleh kekuatan masing-masing dalam proses tawar-menawar. Menurut Smith dalam Salvatore 1997, perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut. Apabila suatu negara lebih efisien daripada negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibandingkan negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing. Melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. Melalui proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien dan output kedua komoditi yang diproduksi akan meningkat. Hubungan perdagangan antara suatu negara dengan negara lain terjadi karena adanya perbedaan potensi dan sumberdaya, biaya produksi, harga, selera, ketersediaan barang dan jasa, jumlah penduduk dan pendapatan negara. Perdagangan antar dua negara awalnya timbul karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran, juga karena adanya keinginan untuk memperluas pasar sehingga dapat meningkatkan devisa negara. Perdagangan internasional merupakan hal yang sangat penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi dan merumuskan kebijakan-kebijakan perdagangan. Asumsi-asumsi teori perdagangan internasional menurut Heckscher-Ohlin dalam Salvatore 1997 adalah : 1. Di dunia hanya terdapat dua negara negara A dan negara B, dua komoditi komoditi X dan Y dan dua faktor produksi tenaga kerja dan modal. 2. Kedua negara tersebut memiliki dan menggunakan metode atau tingkat teknologi produksi yang sama. 3. Selera atau preferensi-preferensi permintaan para konsumen yang ada di kedua negara sama. 4. Terdapat persaingan yang sempurna dalam pasar produk tempat perdagangan kedua komoditi dan juga dalam faktor produksi. Harga terbentuk oleh kekuatan pasar. 5. Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam ruang lingkup masing- masing negara, namun tidak ada mobilitas faktor antar negara atau internasional. 6. Biaya transportasi, tarif atau berbagai hambatan lainnya yang dapat mengurangi volume arus perdagangan barang yang berlangsung di antara kedua negara tersebut tidak ada. 7. Perdagangan internasional yang terjadi di antara kedua negara sepenuhnya seimbang jumlah barang atau jasa yang diekspor dan diimpor dari kedua negara adalah sama. 8. Semua sumber daya produktif atau faktor produksi yang ada di masing- masing negara dapat digunakan secara penuh dalam kegiatan produksi. Suatu negara akan mengekspor suatu komoditi misalnya teh ke negara lain apabila harga domestik di negara A sebelum terjadi perdagangan internasional relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang relatif lebih rendah di negara A tersebut disebabkan karena adanya kelebihan penawaran excess supply yang berarti produksi domestik melebihi konsumsi domestiknya. Di lain pihak, negara B mengalami kelebihan permintaan karena konsumsi domestik melebihi produksi domestiknya excess demand sehingga harga menjadi lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka proses terciptanya harga komoditi relatif ekuilibrium dengan adanya perdagangan, yang ditinjau dari analisis keseimbangan parsial. Sebelum terjadinya perdagangan internasional, keseimbangan di negara A ada di titik E E dengan jumlah produksi sebesar Q a dan harga yang terjadi adalah P 1 . Keseimbangan negara B di titik E I dengan jumlah produksi sebesar Qa’ sedangkan harga yang terjadi sebesar P 3 . Setelah adanya perdagangan internasional, negara A akan berproduksi dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif suatu komoditi misalnya teh sebesar P 1 , sedangkan negara B akan berproduksi dan mengkonsumsi di titik A ’ dengan harga P 3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung di atara kedua negara tersebut, harga relatif suatu komoditi akan berkisar anara P 1 dan P 3 seandainya kedua negara tersebut cukup besar kekuatan ekonominya. Apabila harga yang berlaku di atas P 1 , maka negara A akan memasok atau memproduksi suatu komoditi lebih banyak daripada tingkat permintaan konsumsi domestik. Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor ke negara B. Dilain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P 3 , maka negara B akan mengalami peningkatan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong negara B untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas suatu komoditi misalnya teh dari negara A. Proses terjadinya perdagangan antara negara A dan negara B dapat dilihat pada Gambar 1. Negara A Hubungan Perdagangan Negara B Internasional Gambar 1. Perdagangan Internasional Keseimbangan Parsial Salvator, 1997 Secara spesifik, bahwa struktur harga relatif P 1 adalah kuantitas suatu komoditi yang ditawarkan QS sama dengan kuantitas yang diminta QD oleh konsumen di negara A. Kurva negara A memperlihatkan bahwa pada harga relatif P 2 akan terjadi kelebihan penawaran QS apabila dibandingkan dengan tingkat permintaan untuk suatu komoditi QD, dan kelebihan itu sebesar BC. Kuantitas BC itu merupakan kuantitas suatu komoditi yang akan diekspor oleh negara A pada harga relatif P 2 . BC sama dengan B’C’ pada negara B, dan disitu C D x B s x Q P 2 P 3 P 1 A E E Ekspor Qb Qa Qc B ’ Impor S i D i Q P 3 A ’ C ’ E I Qc ’ Qa ’ Qb ’ S w D w Q B ” A ” A ” E w Qw terletak titik E I yang berpotongan dengan kurva penawaran ekspor suatu komoditi dari negara A. Keseimbangan di pasar internasional menunjukkan bahwa, pada harga relatif P 2 akan terjadi kelebihan permintaan QD yang lebih besar dari QS sebesar B’C’. Kelebihan itu sama artinya dengan kuantitas suatu komoditi yang akan diimpor oleh negara B berdasarkan harga relatif P 2 . Penawaran ekspor pada pasar internasional digambarkan oleh kurva Sw yang merupakan excess supply dari negara A. Permintaan impor digambarkan oleh kurva Dw yang merupakan excess demand dari negara B. Keseimbangan di pasar dunia terjadi pada titik Ew yang menghasilkan harga dunia sebesar P 2 dimana negara A mengekspor sebesar Qa-Qc yang sama dengan jumlah impor negara B Qa’-Qc’. Jumlah ekspor dan impor tersebut ditunjukkan oleh volume perdagangan sebesar Qw di pasar dunia. Barang-barang yang akan dijual ke luar negeri adalah barang-barang yang biaya produksinya relatif murah dibandingkan dengan ongkos pembuatannya di negara lain, dalam arti kalau diekspor akan dapat dijual dengan menguntungkan. Sebaliknya barang-barang yang akan diimpor adalah barang yang biaya produksinya di dalam negeri terlalu tinggi, atau yang sama sekali belum bisa diproduksi.

3.1.3 Aliran Perdagangan dan Gravity Model