biji kakao Indonesia di negara Jerman semakin meningkat, diduga aliran perdagangan biji kakao Indonesia ke negara tersebut akan meningkat.
Indonesia sebagai negara eksportir biji kakao, sebaiknya meningkatkan volume ekspornya dan memperluas pasar ke negara-negara yang memiliki
potensi ekonomi yang besar, yaitu populasi yang besar dan nilai tukar mata uang negara tujuan yang terapresiasi, dengan jarak yang lebih dekat. Selain itu,
Indonesia dapat memperluas pasar ke negara-negara tujuan baru dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan biji
kakao Indonesia. Meningkatkan ekspor biji kakao Indonesia ke negara Uni Eropa, perlu dirumuskan suatu kebijakan yang merangsang para petani untuk
melakukan fermentasi biji kakao sebelum diekspor.
2.5 Perbedaan dan Persamaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah menganalisis bagaimana pengaruh krisis moneter yang terjadi di Indonesia
terhadap aliran perdagangan teh dengan menggunakan variabel dummy untuk sebelum dan setelah krisis. Selain itu, penelitian ini membandingkan negara
tujuan ekspor yang memiliki potensi terbesar aliran perdagangan teh Indonesia baik sebelum dan sesudah krisis berdasarkan pada variabel-variabel yang
mempengaruhinya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
menganalisis bagaimana pengaruh variabel-variabel bebas terhadap aliran perdagangan suatu komoditi ekspor. Persamaan lainnya adalah menggunakan
regresi linier berganda dengan metode pendekatan yang paling umum yaitu OLS Ordinary Least Square atau metode kuadrat terkecil. Perbedaan dan
persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Lampiran 1.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Krisis Moneter
Timbulnya krisis berkaitan dengan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS secara tajam, yakni sektor ekonomi luar negeri dan kurang dipengaruhi
oleh sektor riil dalam negeri. Meskipun demikian, kelemahan sektor riil dalam negeri mempunyai pengaruh terhadap melemahnya nilai tukar rupiah.
Krisis terjadi karena terdapat ketidak seimbangan antara kebutuhan akan valas dalam jangka pendek dengan jumlah devisa yang tersedia, hal ini
menyebabkan nilai dollar AS melambung dan tidak terbendung. Oleh karena itu, tindakan yang harus segera didahulukan untuk mengatasi krisis ekonomi ini
adalah pemecahan masalah utang swasta luar negeri, membenahi kinerja perbankan nasional, mengembalikan kepercayaan masyarakat dalam dan luar
negeri terhadap kemampuan ekonomi Indonesia, menstabilkan nilai tukar rupiah pada tingkat yang nyata dan tidak kalah penting adalah mengembalikan stabilitas
sosial dan politik
9
. Krisis diindikasikan dengan tingginya tingkat inflasi yang terjadi. Inflasi
yang tinggi menyebabkan depresiasi rupiah terhadap dollar yang sangat tajam. Dalam hal ini, maka harga barang-barang domestik relatif lebih murah
dibandingkan harga barang-barang luar negeri. Dengan demikian, akan mendorong peningkatan ekspor dan penduduk domestik hanya akan membeli
sedikit barang dari luar negeri.
9
http:www.ekonomirakyat.orgedisi 3artikel 3.htm. 20 Mei 2007.
3.1.2 Perdagangan Luar Negeri
Perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi. Perdagangan diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan
atas keinginan dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman perang dan sebagainya tidak termasuk dalam arti
perdagangan yang dimaksud. Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi pertukaran tersebut dari sudut
kepentingan masing-masing. Perdagangan dalam arti khusus mempunyai implikasi yang sangat
fundamental, yaitu bahwa perdagangan akan terjadi apabila paling tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan atau manfaat dan tidak ada pihak lain yang
merasa dirugikan. Dua negara akan melakukan perdagangan jika kedua negara tersebut memperoleh keuntungan. Apabila salah satu negara memperoleh
keuntungan sementara negara lainnya mengalami kerugian, maka hal ini akan mendorong penolakan terhadap perdagangan. Pembagian manfaat dari
perdagangan antara pihak-pihak yang melakukan pertukaran ditentukan oleh kekuatan masing-masing dalam proses tawar-menawar.
Menurut Smith dalam Salvatore 1997, perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut. Apabila suatu negara lebih efisien
daripada negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibandingkan negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua
negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing. Melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan
absolut, menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. Melalui proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara
yang paling efisien dan output kedua komoditi yang diproduksi akan meningkat.
Hubungan perdagangan antara suatu negara dengan negara lain terjadi karena adanya perbedaan potensi dan sumberdaya, biaya produksi, harga, selera,
ketersediaan barang dan jasa, jumlah penduduk dan pendapatan negara. Perdagangan antar dua negara awalnya timbul karena adanya perbedaan
permintaan dan penawaran, juga karena adanya keinginan untuk memperluas pasar sehingga dapat meningkatkan devisa negara. Perdagangan internasional
merupakan hal yang sangat penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi dan merumuskan kebijakan-kebijakan perdagangan. Asumsi-asumsi teori
perdagangan internasional menurut Heckscher-Ohlin dalam Salvatore 1997 adalah :
1. Di dunia hanya terdapat dua negara negara A dan negara B, dua
komoditi komoditi X dan Y dan dua faktor produksi tenaga kerja dan modal.
2. Kedua negara tersebut memiliki dan menggunakan metode atau tingkat
teknologi produksi yang sama. 3.
Selera atau preferensi-preferensi permintaan para konsumen yang ada di kedua negara sama.
4. Terdapat persaingan yang sempurna dalam pasar produk tempat
perdagangan kedua komoditi dan juga dalam faktor produksi. Harga terbentuk oleh kekuatan pasar.
5. Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam ruang lingkup masing-
masing negara, namun tidak ada mobilitas faktor antar negara atau internasional.
6. Biaya transportasi, tarif atau berbagai hambatan lainnya yang dapat
mengurangi volume arus perdagangan barang yang berlangsung di antara kedua negara tersebut tidak ada.
7. Perdagangan internasional yang terjadi di antara kedua negara
sepenuhnya seimbang jumlah barang atau jasa yang diekspor dan diimpor dari kedua negara adalah sama.
8. Semua sumber daya produktif atau faktor produksi yang ada di masing-
masing negara dapat digunakan secara penuh dalam kegiatan produksi. Suatu negara akan mengekspor suatu komoditi misalnya teh ke negara
lain apabila harga domestik di negara A sebelum terjadi perdagangan internasional relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di
negara B. Struktur harga yang relatif lebih rendah di negara A tersebut disebabkan karena adanya kelebihan penawaran excess supply yang berarti
produksi domestik melebihi konsumsi domestiknya. Di lain pihak, negara B mengalami kelebihan permintaan karena konsumsi domestik melebihi produksi
domestiknya excess demand sehingga harga menjadi lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka proses terciptanya harga komoditi relatif
ekuilibrium dengan adanya perdagangan, yang ditinjau dari analisis keseimbangan parsial. Sebelum terjadinya perdagangan internasional,
keseimbangan di negara A ada di titik E
E
dengan jumlah produksi sebesar Q
a
dan harga yang terjadi adalah P
1
. Keseimbangan negara B di titik E
I
dengan jumlah produksi sebesar Qa’ sedangkan harga yang terjadi sebesar P
3
. Setelah adanya perdagangan internasional, negara A akan berproduksi
dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif suatu komoditi misalnya teh sebesar P
1
, sedangkan negara B akan berproduksi dan mengkonsumsi di titik A
’
dengan harga P
3.
Setelah hubungan perdagangan berlangsung di atara kedua negara tersebut, harga relatif suatu komoditi akan berkisar anara P
1
dan P
3
seandainya kedua negara tersebut cukup besar kekuatan ekonominya.
Apabila harga yang berlaku di atas P
1
, maka negara A akan memasok atau memproduksi suatu komoditi lebih banyak daripada tingkat permintaan
konsumsi domestik. Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor ke negara B. Dilain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P
3
, maka negara B akan mengalami peningkatan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan
produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong negara B untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas suatu komoditi misalnya teh dari negara A.
Proses terjadinya perdagangan antara negara A dan negara B dapat dilihat pada Gambar 1.
Negara A Hubungan Perdagangan Negara B Internasional
Gambar 1. Perdagangan Internasional Keseimbangan Parsial Salvator, 1997
Secara spesifik, bahwa struktur harga relatif P
1
adalah kuantitas suatu komoditi yang ditawarkan QS sama dengan kuantitas yang diminta QD oleh
konsumen di negara A. Kurva negara A memperlihatkan bahwa pada harga relatif P
2
akan terjadi kelebihan penawaran QS apabila dibandingkan dengan tingkat permintaan untuk suatu komoditi QD, dan kelebihan itu sebesar BC.
Kuantitas BC itu merupakan kuantitas suatu komoditi yang akan diekspor oleh negara A pada harga relatif P
2
. BC sama dengan B’C’ pada negara B, dan disitu
C
D
x
B
s
x
Q P
2
P
3
P
1
A E
E
Ekspor
Qb Qa
Qc B
’
Impor
S
i
D
i
Q P
3
A
’
C
’
E
I
Qc
’
Qa
’
Qb
’
S
w
D
w
Q B
”
A
”
A
”
E
w
Qw
terletak titik E
I
yang berpotongan dengan kurva penawaran ekspor suatu komoditi dari negara A. Keseimbangan di pasar internasional menunjukkan
bahwa, pada harga relatif P
2
akan terjadi kelebihan permintaan QD yang lebih besar dari QS sebesar B’C’. Kelebihan itu sama artinya dengan kuantitas suatu
komoditi yang akan diimpor oleh negara B berdasarkan harga relatif P
2
. Penawaran ekspor pada pasar internasional digambarkan oleh kurva Sw
yang merupakan excess supply dari negara A. Permintaan impor digambarkan oleh kurva Dw yang merupakan excess demand dari negara B. Keseimbangan di
pasar dunia terjadi pada titik Ew yang menghasilkan harga dunia sebesar P
2
dimana negara A mengekspor sebesar Qa-Qc yang sama dengan jumlah impor negara B Qa’-Qc’. Jumlah ekspor dan impor tersebut ditunjukkan oleh volume
perdagangan sebesar Qw di pasar dunia. Barang-barang yang akan dijual ke luar negeri adalah barang-barang
yang biaya produksinya relatif murah dibandingkan dengan ongkos pembuatannya di negara lain, dalam arti kalau diekspor akan dapat dijual dengan
menguntungkan. Sebaliknya barang-barang yang akan diimpor adalah barang yang biaya produksinya di dalam negeri terlalu tinggi, atau yang sama sekali
belum bisa diproduksi.
3.1.3 Aliran Perdagangan dan Gravity Model
Aliran perdagangan barang dan jasa antar negara merupakan perpindahan barang dan jasa antar negara. Analisis aliran perdagangan adalah
analisis yang menjelaskan hubungan antara volume produk yang diperdagangkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Suatu model yang
telah digunakan secara luas untuk mempelajari faktor penentu perdagangan adalah gravity model.
Nama gravity model terinspirasi dari pengamatan terhadap pengaruh positif dari ukuran pasar dan pengaruh negatif dari jarak diantara berbagai
daerah dalam perdagangan. Tinbergen 1962 dan Poyhonen 1963 adalah yang pertama menerapkan persamaan gravity model untuk meneliti aliran
perdagangan internasional. Keduanya mengembangkan persamaan pertama tentang gravity model melalui spesifikasi terhadap total ekspor sebagai fungsi
dari GNP Gross National Product dan jarak diantara negara yang melakukan perdagangan Deardorff, 1984. Sejak itu, gravity model telah menjadi suatu
instrumen populer dalam menganalisa pardagangan luar negeri secara empiris
10
. Linnemann 1966 mengembangkan gravity model dengan menyertakan
variabel populasi dan GNP. Gravity model digunakan untuk menganalisis pola aliran perdagangan bilateral antara negara-negara dalam satu daerah tertentu.
Menurut model ini, barang ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran ekonomi masing-masing negara GDP, populasi masing-masing negara,
jarak antar negara. Gravity model saat ini sudah lazim dipakai sebagai metode standar untuk
mengevaluasi potensi perdagangan suatu produk atau jasa antar negara yang berbeda. Secara fisik, gravity model didasarkan pada peramalan potensi
perdagangan melalui variabel jarak, papulasi dan GNP dari negara tersebut. Argumen yang melatar belakangi pemakaian gravity model, bahwa negara yang
lebih besar dan kaya akan lebih banyak melakukan perdagangan luar negeri bila dibandingkan dengan negara yang lebih kecil dan miskin dimana jarak yang
semakin jauh dianggap bukan sebagai hambatan. Gravity model berkaitan dengan long-range equilibrium aliran
perdagangan dan sebagai model ideal untuk membandingkan perdagangan dari
6
International Trade, Tecnologi Innovation and Income : A Gravity Model Approach, www.google.com. 20 Mei 2007
dua daerah atau dari dua sistem ekonomi yang berbeda Partanen, 1998. Gravity model dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor ekonomi yang
mempengaruhi perdagangan bilateral di antara dua negara. Secara umum gravity model dirumuskan sebagai berikut Oktaviani dalam Situmorang, 2001 :
Tij =f Y
i
, Y
j
, F
ij
Dimana: T
ij
= nilai dari aliran perdagangan dari negara i ke negara j Y
i
= gross domestic product dari negara i Y
j
= gross domestic product dari negara j Fij
= vektor dari faktor-faktor yang menunjang atau menghambat perdagangan
Selanjutnya Bergstrand 1985 menerapkan persamaan gravity dari keseimbangan model perdagangan dunia. Variabel gravity yang digunakan
dalam persamaannya meliputi jarak, harga dan nilai tukar. Varibel-variabel yang terdapat dalam gravity model dalam kondisi keseimbangan pasar, yaitu : faktor-
faktor ekonomi yang mempengaruhi aliran perdagangan pada daerah asal dan daerah tujuan, serta faktor-faktor lainnya yang rnempengaruhi aliran
perdagangan Oktaviani dalam Yunita 2006, dengan persamaan gravity model sebagai berikut :
X
ij
= α
o
Y
i α1
Y
j α2
C
ij α3
T
ij α4
P
i α5
P
j α6
E
ij α7
e
ij
dimana: Xij
= volume komoditas yang diperdagangkan dari negara i ke negara j
Yi = pendapatan negara i
Yj = pendapatan negara j
Cij = biaya transportasi antara negara i dan negara j
Tij = faktor lain yang mempengruhi perdagangan antar negara
Pi = harga komoditas pada negara i
Pj = harga komoditas pada negara j
Eij = nilai tukar mata uang
eij = error
Erkilla-Widgren 1994 menyatakan bahwa pada saat kita mengevaluasi potensi perdagangan luar negeri antara dua negara, salah satu negara tersebut
harus dijadikan sebagai faktor tak bebas dalam siklus ekonominya. Pendekatan yang dilakukan dapat secara analitis melalui gravity model dimana long-run
equilibrium perdagangan dicapai melalui analisis beberapa variabel utama yang menggambarkan kondisi ukuran ekonomi, permintaan dan biaya.
Gravity model tidak hanya digunakan untuk menganalisa aliran perdagangan secara agregat, tetapi juga dapat diterapkan terhadap aliran
perdagangan satu komoditi. Penelitian serupa terhadap satu komoditi telah dilakukan juga oleh Oktaviani 2000 dalam Yunita 2006, yang melakukan
analisis terhadap aliran perdagangan kapas dengan menyertakan volume kapas yang diperdagangkan, pendapatan perkapita negara tujuan, jarak antara negara
asal dan negara tujuan, harga komoditi dan nilai tukar di negara tujuan sebagai variabel di dalam model, yang dirumuskan sebagai berikut :
Log X
ij
= b
o
+ b
1
log Y
j
+ b
2
log D
ij
+ b
3
log P
i
+ b
4
log N
j
+ E
j
Dimana : X
ij
= volume komoditas yang diperdagangkan dari negara i ke negara j Y
j
= gross national product negara j D
ij
= jarak antara negara i dan j P
i
= harga komoditas pada negara i N
j
= populasi penduduk di negara j E
j
= nilai lukar di negara j Menurut Oktaviani dalam Yunita 2006, dalam makalahnya yang berjudul
TheIndonesian Import Demand and Trade of Cotton Permintaan Impor dan Aliran Perdagangan kapas ke Indonesia, variabel yang mempengaruhi adalah
pendapatan per kapita Y
j
, jarak antar negara pengekspor dengan Indonesia D
ij
, harga FOB kapas di Negara eksportir P
j
, jumlah penduduk N
j
, dan nilai tukar mata uang asing E
j
. Dengan demikian, persamaan aliran perdagangannya adalah : Xij = fY
j,
D
ij
, P
j,
N
j,
E
j
.
1. Gross Domestic Product GDP Per Kapita Negara Tujuan Y
j
Variabel pendapatan yang digunakan untuk mewakili perdagangan teh Indonesia adalah GDP yang menyatakan pendapatan total dan pengeluaran total
nasional pada output barang dan jasa Mankiw, 2000. GDP sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian.
GDP suatu negara adalah ukuran kapasitas untuk memproduksi komoditi ekspor negara tersebut. GDP menggambarkan keadaan perekonomian suatu
negara. Tingkat pendapatan lebih tinggi, maka pembelanjaan domestik menjadi lebih tinggi dan sebagai akibatnya terjadi peningkatan produksi domestik dan
impor.
2. Populasi Negara Tujuan N
j
Pertambahan populasi dapat mempengaruhi ekspor melalui dua sisi yaitu, penawaran dan permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan populasi dapat
diartikan penambahan tenaga kerja untuk melakukan produksi komoditi ekspor. Pertambahan populasi dari sisi permintaan, akan menyebabkan bertambah
besarnya permintaan domestik di negara pengimpor.
3. Jarak Antara Negara Indonesia dengan Negara Tujuan D
ij
Variabel jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Jarak tersebut mengurangi aliran
perdagangan yang diwakilkan dari biaya transportasi. Semakin jauh jarak, semakin besar biaya transportasi, maka akan semakin rendah volume ekspor
produk semakin rendah aliran perdagangan
11
. Biaya transfortasi memberikan pengaruh langsung yang sangat besar terhadap perdagangan internsional, yakni
dengan meningkatnya harga atau komoditi yang diperdagangkan. Hal ini dapat dilihat baik bagi negara pengekspor maupun bagi negara pengimpor. Biaya
transfortasi juga dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh terhadap perdagangan
11
The Gravity Model of Trade, zamronisalimeconomic.tripod.com. 20 Mei 2007
internasional secara tidak langsung, yakni melalui pengaruh yang ditimbulkan terhadap pemilihan lokasi penyelengaraan produksi dan pusat-pusat industri
secara internasional. Adanya biaya transfortasi, maka hanya komoditi-komoditi tertentu yang
akan diperdagangkan. Produk-produk yang selisih harganya lebih besar daripada biaya transfortasinya yang akan diperdagangkan. Apabila perdagangan dalam
kondisi ekuilibrium, maka selisih harga relatif atas komoditi-komoditi yang diperdagangkan di antara kedua negara akan persis sama dengan biaya
transfortasinya
4. Harga Teh Di Negara Tujuan P
j
Perbedaan harga komoditi relatif antara dua negara merupakan refleksi dari keunggulan komparatif dua negara tersebut dan menjadi dasar untuk
melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Harga komoditi dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan berhubungan positif,
dengan semua faktor yang lain tetap sama. Dengan demikian, semakin tinggi harga suatu komoditi, maka semakin besar jumlah komoditi yang akan
ditawarkan, dan sebaliknya semakin rendah harga suatu komoditi maka semakin sedikit jumlah komoditi yang akan ditawarkan.
5. Nilai Tukar Mata Uang Negara Tujuan Terhadap Dollar AS ER
j
Nilai tukar perdagangan suatu negara lazim didefinisikan sebagai rasio harga ekspor komoditi suatu negara terhadap harga komoditi impornya. Jadi,
nilai tukar perdagangan dari suatu negara merupakan kebalikan dari nilai tukar perdagangan negara lain yang menjadi mitra dagangnya. Kurs exchange rate di
antara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan.
Secara umum, istilah nilai tukar perdagangan mengacu pada nilai tukar perdagangan komoditi commodity term of trade. Peningkatan atau perbaikan
nilai tukar perdagangan di suatu negara dianggap menguntungkan bagi negara itu sendiri, karena harga yang diperoleh dari ekspornya akan meningkat secara
relatif terhadap harga-harga yang harus dibayarkan untuk memperoleh produk- produk impor.
Kondisi nilai tukar seperti terapresiasinya mata uang domestik negara tujuan ekspor terhadap dollar AS membuat harga suatu komoditi luar negeri
relatif lebih murah dibandingkan harga suatu komoditi domestik yang relatif lebih mahal. Dengan demikian, penduduk domestik berkeinginan membeli lebih
banyak barang impor. Hal ini tentunya akan mendorong terjadinya peningkatan volume impor dari negara tujuan, karena negara tujuan membutuhkan sedikit
uang untuk membeli barang Impor.
6. Variabel Dummy D
Variabel dummy adalah variabel yang menjelaskan yang bersifat kualitatif. Menentukan apakah variabel terikat berkaitan dengan suatu variabel
bebas apabila faktor kualitatif mempengaruhi keadaan, maka hubungan ini diselesaikan melalui pembentukan variabel dummy. Variabel dummy digunakan
untuk menentukan hubungan antara variabel bebas kualitatif dengan variabel terikat.
Faktor-Faktor Lain yang tidak Dapat Dijelaskan Oleh Model a.
Hambatan Perdagangan Proteksionisme
Hambatan perdagangan adalah regulasi atau peraturan pemerintah yang bertujuan membatasi perdagangan. Hambatan perdagangan dibuat untuk
mempengaruhi secara langsung jumlah barang dan jasa yang diekspor atau diimpor. Biasanya hambatan perdagangan digunakan untuk melindungi industri
domestik dari pesaing asing, baik dengan menerapkan pajak impor tarif atau membatasi jumlah barang dan jasa yang diimpor kuota.
Pihak yang diuntungkan dari adanya hambatan perdangan adalah produsen dan pemerintah. Bentuk-bentuk hambatan perdangangan di antaranya
adalah tarif atau bea cukai, kuota, subsidi yang berupa bantuan keuangan, pinjaman dengan bunga rendah dan lain-lain, muatan lokal, peraturan
administrasi dan peraturan antidumping
12
.
b. Selera
Di setiap negara atau masyarakat, bukan hanya indikator-indikator ekonomi saja yang mengalami perubahan, namun selera juga dapat berubah
baik secara individual maupun secara nasional. Demikian pula, perubahan dalam selera juga dapat mempengaruhi kekuatan permintaan dan penawaran suatu
negara yang melakukan perdagangan. Perubahan selera di antara negara- negara yang melakukan perdagangan akan mengubah posisi tawar-menawar
dari negara-negara tersebut, dengan demikian akan mepengaruhi volume produk atau jasa yang diperdagangkan.
c. Pesaing
Pesaing timbul karena adanya dua negara atau lebih berusaha untuk mendapatkan sumber daya konsumen yang sama dari negara lain. Persaingan
tidak hanya terjadi di antara sesama negara-negara yang menghasilkan barang dan jasa yang sama. Sifat dan derajat persaingan suatu negara bergantung pada
lima faktor yaitu ancaman pendatang baru, daya tawar menawar pembeli pelanggan, daya tawar menawar pemasok, ancaman produk atau jasa sutitusi
jika ada dan kekuatan persaingan di antara negara.
12
http:id.wikipedia.orgwikiHambatan Perdagangan. 11 Januari 2008.
3.1.4 Ekspor dan Nilai Tukar
Sebagian besar negara di dunia ini menganut sistem perekonomian terbuka, dan ada beberapa negara yang menganut sistem perekonomian
tertutup. Dengan demikian, berarti mengekspor barang dan jasa ke luar negeri, mengimpor barang dan jasa dari luar negeri. Dalam kenyataannya, dunia ini
terdiri dari banyak negara dan jenis komoditi yang diperdagangkan pun sangat banyak dan bervariasi.
Oleh sebab itu, pengukuran nilai tukar perdagangan tidak semata-mata didasarkan pada perhitungan rasio harga antar dua komoditi saja melainkan
harus dirinci berdasarkan suatu indeks yang jauh lebih kompleks dan rumit. Indeks tersebut harus mencakup harga-harga dari berbagai komoditi yang
diekspor dan diimpor oleh negara-negara yang bersangkutan. Para ekonom membedakan kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs
riil. Kurs nominal nominal echange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara yang melakukan perdagangan, sedangkan kurs riil real exchange rate
adalah harga relatif ekspor-impor dari barang-barang di antara dua negara. Kurs riil kadang-kadang disebut sebagai term of trade. Kurs riil menyatakan
tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs riil tidak berbeda dengan harga relatif
dari suatu barang. Harga barang domestik dan barang luar negeri mempengaruhi permintaan terhadap barang tersebut.
Apabila kurs riil tinggi, maka barang-barang luar negeri relatif lebih murah dan barang-barang domestik relatif lebih mahal. Dengan demikian, penduduk
domestik berkeinginan membeli lebih banyak barang impor, sedangkan barang yang akan diekspor sedikit. Jika kurs riil rendah, maka barang-barang luar negeri
relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah. Dalam hal ini,
karena barang-barang domestik lebih murah, penduduk suatu negara hanya akan membeli sedikit barang impor dan lebih banyak barang yang akan diekspor.
3.1.5 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda adalah analisis yang berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel variabel tak bebas pada satu atau lebih variabel
lain variabel bebas dengan maksud menaksir dan atau meramalkan nilai variabel tak bebas berdasarkan nilai yang diketahui dari variabel bebas. Model
regresi yang terdiri lebih dari satu variabel bebas disebut model regresi berganda Gujarati, 1991.
Pendekatan yang paling umum dalam menentukan garis paling cocok disebut sebagai metode kuadrat terkecil Ordinary Least SquareOLS. Metode
kuadrat terkecil digunakan untuk menghitung persamaan garis lurus yang meminimisasi jumlah kuadrat jarak antara titik data X-Y dengan garis yang diukur
ke arah vertikal Y. Dengan demikian, dapat diperoleh intersep dan slope sehingga didapatkan garis regresi yang menunjukkan trend data secara baik.
Mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau belum, terdapat beberapa kriteria yang memerlukan pengujian sacara statistik. Indikator
untuk melihat kebaikan model adalah : R
2
, F-
hitung
dan nilai t-
hitung
. Ukuran ini digunakan untuk menunjukkan signifikansi model yang diperoleh secara
keseluruhan. Dalam model regresi berganda, dapat terjadi keterkaitan antara variabel
bebas yang disebut multikolinieritas. Multikolinieritas merupakan keadaan dimana variabel bebas pada model regresi berganda saling berhubungan erat.
Kekuatan multikolinieritas diukur melalui faktor varian inflasi. Dalam analisis regresi berganda, data cross-section dan time series terdapat masalah
autokorelasi. Autokorelakasi terjadi ketika sederetan pengamatan dari waktu ke
waktu saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Pertukaran atau perdagangan timbul karena salah satu atau lebih pihak melihat adanya manfaatkeuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari
pertukaran tersebut. Pembagian manfaat dari perdagangan antara pihak-pihak yang melakukan pertukaran ditentukan oleh kekuatan masing-masing dalam
proses tawar-menawar. Setiap negara berbeda dengan negara lainnya ditinjau dari sudut sumber
alamnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur ekonomi dan sosialnya. Perbedaan-perbedaan itu menimbulkan
pula perbedaan barang yang dihasilkan, biaya yang diperlukan, serta mutu dan kuantitasnya. Oleh karena itu, mudah dipahami adanya negara yang lebih unggul
dan lebih istimewa dalam memproduksi hasil tertentu. Hal ini memungkinkan karena ada barang yang hanya dapat diproduksi di
daerah dan pada iklim tertentu, atau karena suatu negara mempunyai kombinasi faktor-faktor produksi yang lebih baik dari negara lainnya, sehingga negara itu
dapat menghasilkan barang yang lebih bersaing. Apabila keunggulan suatu negara dalam memproduksi suatu jenis barang disebabkan karena faktor alam,
maka negara tersebut disebut memiliki keunggulan mutlak absolute advantage. Selanjutnya bilamana suatu negara dapat memproduksi suatu jenis barang yang
lebih baik dan lebih murah disebabkan lebih baiknya kombinasi faktor-faktor produksi tenaga kerja, modal dan dalam pengolahannya, maka negara tersebut
memiliki keunggulan komparatif dalam perbandingan biaya karena produktivitasnya yang lebih tinggi.
Permasalahan dalam krisis ekonomi terkait sekitar kurs nilai tukar valas dalam hal khususnya rupiah terhadap dollar AS yang melambung tinggi. Apabila
dihadapkan dengan pendapatan masyarakat dalam rupiah yang tetap, bahkan dalam beberapa hal turun ditambah PHK, padahal harga dari banyak barang naik
cukup tinggi, kecuali sebagian sektor pertanian dan ekspor. Krisis moneter yang melanda Indonesia telah menyebabkan rupiah mengalami depresiasi yang besar.
Pada sisi lain merosotnya nilai tukar rupiah secara tajam juga membawa hikmah. Terjadinya depresiasi rupiah, maka harga barang-barang dalam negeri
lebih murah dibandingkan harga barang-barang luar negeri. Dengan demikian, akan lebih sedikit barang impor yang dibeli masyarakat dan akan lebih banyak
mendorong ekspor. Orang-orang di luar negeri akan membeli beranekaragam produk dari Indonesia.
Secara umum impor barang menurun tajam, daya saing produk dalam negeri dengan tingkat kandungan impor rendah meningkat, sehingga bisa
menahan impor dan merangsang ekspor khususnya yang berbasis pertanian. Krisis moneter menyebabkan terjadinya fluktuasi volume ekspor teh Indonesia
dan aliran perdagangan teh Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor. Adakalanya produksi dari suatu negara belum dapat dikonsumsi
seluruhnya di dalam negeri, dengan demikian akan mendorong negara tersebut untuk memperdagangkan hasil produksi tersebut ke negara lain di luar batas
negaranya. Hasil produksi Indonesia pada umumnya sampai kini masih belum dapat dipergunakan seluruhnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sebab
masih terdiri dari bahan-bahan setengah jadi seperti teh. Teh yang diekspor ke luar negeri digunakan sebagai bahan baku untuk
industri di negara-negara maju. Sebaliknya untuk kebutuhan dalam negeri masih harus diimpor berjenis-jenis barang konsumsi hasil industri, yang sangat dibatasi
oleh kemampuan devisa negara untuk membiayainya yang sebagian besar bersumber dari ekspor hasil pertanian.
Menganalisis aliran perdagangan teh ke titik konsumsi ke berbagai negara tujuan ekspor teh, digunakan suatu persamaan yang menyertakan
berbagai faktor gravity model yang diperhitungkan. Penganalisaan aliran perdagangan teh Indonesia menggunakan persamaan regresi berganda dengan
metode kuadrat terkecil Ordinary Least SquareOLS. Pemakaian metode OLS harus memenuhi beberapa asumsi agar dapat digunakan yaitu normalitas,
homoskedastisitas dan multikolinieritas, dan beberapa pengujian hipotesis seperti koefisien determinasi R
2
, uji F dan t. Persamaan tersebut diterapkan terhadap faktor-faktor ekonomi dan non-
ekonomi seperti GDP per kapita, jarak, populasi dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dollar AS serta keadaan perekonomian Indonesia baik sebelum
dan setelah krisis moneter yang diwakili oleh dummy untuk melihat hubungan dan pengaruhnya terhadap aliran perdagangan teh. Melalui aliran perdagangan
ini akan diketahui negara tujuan yang memilki potensi terbesar terhadap aliran perdagangan teh Indonesia serta perkembangannya, baik sebelum dan setelah
krisis moneter. Alur kerangka pemikiran operasional analisis aliran perdagangan teh Indonesia sebelum dan setelah krisis moneter secara singkat dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Aliran Perdagangan Teh Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis Moneter
Fluktuasi aliran perdagangan teh
Krisis moneter Indonesia
Depresiasi kurs riil Term Of Trade
Variabel-variabel yang mempengaruhi aliran perdagangan teh Indonesia
Analisis Gravity model Dengan Regresi
Berganda
Perkembangan aliran perdagangan teh Indonesia sebelum dan setelah krisis moneter
Aliran Perdagangan Teh Indonesia
Fluktuasi ekspor teh
Pengaruh krisis moneter, serta variabel-variabel ekonomi dan non ekonomi terhadap aliran
perdagangan teh Indonesia
IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Sumber Data