19
sayuran , seperti buah
tomat , buah
cabai , polong
kacang panjang , dan buah
ketimun .
Namun demikian, dapat dijumpai pula, buah tidak sejati yang digolongkan sebagai
buah-buahan , seperti
jambu monyet yang sebetulnya merupakan
pembesaran dasar bunga, buah yang sejati adalah bagian ujung yang berbentuk seperti mangkuk,
Dalam bidang pertanian
, buah merupakan ovari
yang telah masak, bersama-sama dengan bijinya dari sesebuah
pokok yang ber
bunga . Namun,
apabila berkata tentang buah, dari segi masakan, yang dimaksudkan dengan buah ialah hasil daripada pokok-pokok yang boleh dimakan begitu saja. Akan
tetapi, sebahagian daripada buah-buahan juga kadangkala boleh dianggap sebagai
sayur-sayuran . Kebanyakan buah mengandungi
air . Buah juga
mempunyai serat makanan
pada kulit, benih
, dan bagian berserat. Biasanya buah juga mengandung
besi dan
gula , serta sedikit
protein dan
lemak .
2.5. Model Transportasi
Metode transportasi merupakan bagian dari program linier. Taha 1993 mendefinisikan bahwa metode transportasi merupakan bentuk khusus dari
pemprograman linier. Metode ini digunakan dalam mendistribusikan suatu barang dari daerah penghasil produsen ke sejumlah daerah tujuan agar biaya
pengorbanan yang dikeluarkan menjadi minimum. Menurut Handoko 1983 model transportasi merupakan suatu model
yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama ke tempat-tempat yang membutuhkan secara
optimal. Model ini digunakan untuk meminimumkan biaya pengiriman barang dari
20
daerah asal origin ke daerah tujuan destination. Persoalan transportasi berkenaan dengan suatu program distribusi serta pengangkutan barang tertentu
dari daerah sumber ke beberapa tempat tujuan, sehingga dengan program itu diperoleh jumlah ongkos angkut yang sekecil-kecilnya Simarmata, 1982.
Model ini berkaitan dengan rencana biaya terendah untuk mengirimkan produk dari produsen ke sejumlah tujuan. Model ini dapat diperluas secara
langsung untuk mencakup situasi-situasi praktis dalam bidang pengendalian mutu, penjadwalan dan penugasan tenaga kerja di antara bidang-bidang lainnya.
Model transportasi berusaha menentukan sebuah rencana trasportasi sebuah barang dari daerah sumber ke sejumlah tujuan. Data dalam model ini
mencakup : 1. Tingkat penawaran dari daerah sumber dan jumlah permintaan di setiap
tujuan. 2. Biaya trasportasi per unit barang dari daerah sumber ke setiap tujuan.
Tujuan dari model ini adalah menentukan jumlah yang harus dikirimkan dari daerah sumber produksi ke setiap tujuan sedemikian rupa sehingga biaya
tranportasi total diminimumkan. Asumsi dari model ini adalah bahwa biaya transportasi di sebuah rute
tertentu adalah proporsional secara langsung dengan jumlah unit yang dikirimkan. Definisi unit transportasi akan bervariasi tergantung pada jenis
barang yang dikirimkan. Menurut Dimyanti 1994, ciri-ciri khusus persoalan transportasi ini adalah :
1. Terdapat daerah sumber dan tujuan tertentu. 2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari daerah sumber
produksi dan yang diminta oleh setiap tujuan tertentu. 3. Komoditas yang dikirimkan atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan
besarnya sesuai dengan permintaan atau kapasitas sumber.
21
4. Ongkos pengangkutan dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya tertentu. Bentuk umum model transportasi dengan tujuan meminimumkan biaya dapat
diformulasikan sebagai berikut : Fungsi Tujuan :
Minimalisasi
=
=
m 1
- i
1
Z
n j
ij ij
X C
Dengan syarat bahwa batasan-batasan : n
1,2,...., i
n 1
i
= ≤
= j
ij
a X
n 1,2,....,
j
m 1
j
= ≥
= i
ij
b X
X
ij
0 i = 1, 2, ….m ; j = 1, 2, …, n Dimana :
C
ij
= biaya transportasi per unit dari tempat asal ke i ke tempat tujuan ke-j X
ij
= menentukan berapa unit yang diangkut dari Sentra Agro Mandiri ke setiap tempat tujuan
a
i
= jumlah unit yang tersedia pada tempat asal ke-i sumber b
j
= jumlah unit yang diminta oleh tempat tujuan ke-j. m = jumlah daerah sumber
n = jumlah daerah tujuan Model transportasi dari sebuah jaringan dengan m sumber dan n tujuan
dapat dilihat pada gambar 2. Sebuah sumber dan tujuan diwakili dengan sebuah node busur yang menghubungkan sebuah sumber dengan sebuah tuuan
mewakil rute pengiriman barang tersebut. Jumlah penawaran di sumber i adalah ai dan permintaan di tujuan j adalah bj. Biaya unit transportasi antara sumber i
dan tujuan j adalah C
ij.
22 Menurut Winardi 1987 pemecahan masalah transportasi yang
menyangkut tiga buah daerah produksi dan tiga buah pasar dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber Tujuan
S C D
Gambar 2. Model Pemecahan Masalah Transportasi yang Menyangkut Tiga Daerah Produksi dan Tiga Pasar Winardi, 1987
Huruf S berhubungan dengan kapasitas output, huruf D berhubungan dengan permintaan pasar dan huruf C berhubungan dengan biaya-biaya
pengangkutan. Suatu model transportasi dinyatakan seimbang bila total penawaran
sama dengan total permintaan yaitu :
=
j i
b a
. Dalam kenyataan sehari- hari, batasan ini tidak selalu terpenuhi. Yang sering terjadi adalah jumlah
permintaan lebih besar dari jumlah penawaran. Jika jumlah permintaan melebihi penawaran, maka dibuat suatu sumber
dummy yang akan menambah jumlah penawaran, yaitu sebanyak
−
i j
a b
. Sebaliknya, jika jumlah penawaran lebih besar daripada jumlah permintaan,
maka dibuat suatu tujuan dummy untuk menyerap kelebihan tersebut, yaitu sebanyak
−
j i
b a
. 2
1 2
n 1
m
23 Ongkos transportasi per unit C
ij
dari sumber dummy ke seluruh tujuan adalah nol. Hal ini dapat dipahami karena pada kenyataannya dari sumber
dummy tidak terjadi pengiriman. Begitu pula dengan ongkos transportasi per unit dari daerah sumber ke tujuan dummy adalah nol.
Sumber ditulis dalam baris-baris dan tujuan dalam kolom-kolom. Tabel tersebut mempunyai kotak bernilai m × n. Biaya transportasi per unit C
ij
dicatat pada kotak kecil di bagian atas setiap kotak. Permintaan dari setiap tujuan
terdapat pada baris paling bawah, sementara penawaran setiap sumber dicatat pada kolom paling kanan. Kotak pojok kanan bawah menunjukkan bahwa
penawaran sama dengan permintaan S=D. Variabel X
ij
pada setiap kotak menunjukkan jumlah barang yang diangkut dari sumber i ke tujuan j yang akan
dicari Mulyono, 1991.
2.6. Penelitian Terdahulu