78 kilogram dan 334 kilogram dan jumlah permintaan minimum masing-
masing adalah sebesar 344 kilogram, 409 kilogram dan 268 kilogram, maka nilai dual pricenya tidak akan berubah.
6.8. Analisis Penyimpangan
Salah satu cara untuk mencari alokasi suatu produk yang paling optimum dengan biaya yang paling minimum dari berbagai daerah sumber ke berbagai
daerah tujuan adalah dengan cara perhitungan optimalisasi distribusi. Pada kenyataanya distribusi aktual Sayuran dan buah untuk bulan Februari 2008
berbeda dengan distribusi optimalnya atau mengalami penyimpangan. Penyimpangan yang terjadi memberikan dampak pembiayaan. Total biaya yang
dapat diminimumkan dengan alokasi sayuran dan buah pada saat kondisi optimum adalah sebesar Rp.1.462.115,00. Total biaya pada kondisi riil adalah
sebesar Rp.9.197.040,00 sedangkan pada kondisi optimum sebesar Rp.7.734.925,00.
Perbedaan total biaya ini karena adanya perbedaan alokasi sayuran dan buah pada saat kondisi optimum dengan kondisi riil. Perbedaan biaya yang
disebabkan adanya perbedaan jumlah sayuran dan buah yang harus diangkut atau didistribusikan dari daerah sumber ke berbagai daerah tujuan pemasarnnya
dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9. Rincian mengenai alokasi tersebut dapat dilihat dari alokasi sayuran dan buah di daerah tujuan Hotel Pangrango 2, Mid
East, Café Gue, Bunaken, Imah Hejo, Steak Shake dan Café D’Namii. Perbedaan antara distribusi riil dengan alokasi yang optimum ke daerah tujuan
Hotel Pangrango 2 adal sebesar 5 kilogram. Untuk memenuhi permintaan dari daerah tujuan Cafe Gue dengan mempertimbangkan biaya yang paling minimum
maka hanya didistribusikan dari daerah produksi Petani Langsung sebanyak 298 kilogram. Jumlah distribusi pada saat kondisi optimum ini dapat memenuhi
79 pemintaan dari daerah tujuan pemasaran Mid East dan dapat dipenuhi oleh dua
daerah sumber saja sebesar 334 kilogram dari daerah produksi Pasar Bogor dan 9 kilogram dari daerah produksi Petani sedangkan pada kondisi riil sebesar 235
kilogram dari daerah produksi Pasar Bogor, 67 kilogram dari daerah produksi Pasar Induk Kemang dan 39 kilogram dari daerah produksi Petani serta 2
kilogram merupakan faktor dummy. Pada kondisi riil jumlah sayuran dan buah yang didistribusikan ke daerah
tujuan Bunaken adalah sebesar 201 kilogram dari daerah produksi Pasar Bogor, 12 kilogram kilogram dari daerah produksi Pasar Induk Kemang dan 57
kilogram dari daerah produksi Petani serta 50 kilogram merupakan faktor dummy. Namun pada saat kondisi optimum terjadi, hanya satu daerah sumber
yang seharusnya mendistribusikan sayuran dan buahnya untuk memenuhi permintaan yaitu daerah produksi Pasar Induk Kemang sebesar 320 kilogram.
Permintaan sayuran dan buah dari daerah tujuan Steak Shake adalah sebesar 475 kilogram. Pada kondisi optimal semua jumlah ini dapat dipenuhi
dengan distribusi sayuran dan buah yang berasal dari daerah produksi Pasar Bogor dan Pasar Induk Kemang untuk daerah tujuan Steak Shake.
Sedangkan pada kondisi riil jumlah sayuran dan buah yang didistribusikan ke daerah tujuan tersebut sebesar 456 kilogram. Penyimpangan yang terjadi pada
daerah tujuan ini adalah sebesar 19 kilogram. Pada saat kondisi optimum terjadi jumlah sayuran dan buah yang didistribusikan ke daerah tujuan Café D’Namii
adalah sebanyak 306 kilogram. Kondisi ini tidak dapat memenuhi semua kebutuhan sayuran dan buah sehingga terjadi penyimpangan dari jumlah riil
yang dibutuhkan yaitu sebesar 334 kilogram dan penyimpangannya sebesar 28 kilogram.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa pada kondisi optimal yaitu dengan mempertimbangkan minimalisasi biaya transportasi, maka
80 jumlah permintaan sayuran dan buah yang dapat dipenuhi oleh Sentra Agro
Mandiri adalah permintaan sayuran dan buah dari daerah tujuan pemasaran Hotel Pangrango 2, Imah Hejo dan Café D’Namii. Terpenuhinya permintaan dari
ketiga daerah tujuan hanya oleh Pasar Bogor. Sedangkan daerah tujuan Bunaken dapat terpenuhinya permintaannya hanya oleh daerah produksi Pasar
Induk Kemang saja. Dan daerah tujuan Cafe Gue dapat terpenuhinya permintaannya hanya oleh daerah produksi Petani, untuk daerah tujuan Mid East
dan Steak Shake masing-masing oleh daerah produksi Pasar Bogor dan Petani untuk daerah tujuan Mid East sedangkan Pasar Bogor dan Pasar Induk
Kemang untuk daerah tujuan Steak Shake. Jumlah permintaan sayuran dan buah dari daerah tujuan Cafe D’Namii
dengan mempertimbangkan minimalisasi biaya transportasi hanya dapat dipenuhi sebanyak 306 kilogram oleh Sentra Agro Mandiri. Kondisi ini
memberikan gambaran bahwa terdapat sebanyak 28 kilogram permintaan sayuran dan buah dari daerah tujuan Cafe D’Namii yang tidak dapat terpenuhi
oleh Sentra Agro Mandiri dalam kondisi optimal.
81
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Alokasi distribusi yang dilakukan oleh Sentra Agro Mandiri selama Bulan Februari ternyata tidak optimal ini dikarenakan Sentra Agro Mandiri
mengalokasikan sayuran dan buahnya berdasarkan jumlah permintaan dan jarak tempuh pada masing-masing daerah tujuan pemasarannya.
2. Besarnya biaya distribusi merupakan akumulasi dari beberapa macam biaya, diantaranya biaya bongkar muat dan biaya penanganan handling.
Total biaya distribusi yang dikeluarkan oleh Sentra Agro Mandiri dari satu daerah sumber ke salah satu daerah tujuan pemasarannya tidak sama.
Sehingga menyebabkan penyimpangan biaya transportasi antara distribusi optimal dengan distribusi riil sebesar Rp.1.462.115,00.
3. Alokasi distribusi sayuran dan buah pada kondisi optimum yang didistribusikan ke Wilayah Kota Bogor dan sekitarnya Hotel Pangrango
2, Mid East, Café Gue, Bunaken, Imah Hejo, Steak Shake dan Café D’Namii, direkomendasikan masing-masing sebesar 550 kilogram, 343
kilogram, 298 kilogram, 320 kilogram, 410 kilogram, 475 kilogram dan 306 kilogram. Kondisi optimum ini dapat tetap dipertahankan dengan asumsi
bahwa jumlah permintaan sayuran dan buah dari beberapa daerah tujuan pemasaran di Wilayah Kota Bogor dan sekitarnya, jumlah produksi dan
total biaya distribusinya tidak mengalami perubahan atau tetap.