Penggolongan Biaya Komponen Harga Pokok Produksi .1 Biaya Bahan Baku

6.2 Penggolongan Biaya Komponen Harga Pokok Produksi 6.2.1 Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan bibit krisan yang sudah berakar adalah media yang digunakan dalam kultur jaringan, yaitu media ½ MS dan biaya bahan penolong. Media ½ MS diperoleh dari penjumlahan aquades, bahan kimia makro, bahan kimia mikro, ZPT IAA, agar-agar, dan gula yang digunakan. Bahan penolong terdiri dari pestisida, sekam bakar, polybag, rootone, plastik wrap, karet, tissue gulung, spirtus, dan mata pisau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Biaya bahan baku PT. Inggu Laut Abadi Tahun 2007 dan Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya Bahan Baku PT. Inggu Laut Abadi Tahun 2007 dan 2008 Bulan 2007 Rp 2008 Rp Januari 2.993.614 3.196.907 Februari 3.131.614 3.334.907 Maret 3.261.614 3.464.907 April 3.369.614 3.572.907 Mei 3.254.614 3.457.907 Juni 3.392.614 3.595.907 Juli 3.236.114 3.439.407 Agustus 3.193.614 3.396.907 Sepetember 2.949.614 3.152.907 Oktober 3.090.114 3.292.407 November 3.147.114 3.349.407 Desember 3.185.114 3.387.407 Sumber: PT. Inggu Laut Abadi, 2007 dan Intra Lab, 2008 diolah Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa biaya bahan baku per bulan yang dikeluarkan perusahaan cenderung berfluktuasi, baik untuk tahun 2007 maupun tahun 2008. Pada tahun 2007, fluktuasi terbesar terjadi dari bulan Agustus ke September. Pestisida dan pupuk yang digunakan pada Bulan Agustus maupun September mencapai sembilan jenis. Namun, total biaya pestisida dan pupuk pada Bulan Agustus sebesar Rp 1.380.000 lebih besar Rp 244.000 dibanding biaya pestisida dan pupuk pada Bulan September yang hanya sebesar Rp 1.136.000. Total biaya yang berbeda ini dilatarbelakangi oleh beragamnya jenis dan frekuensi pemakaian pestisida serta pupuk yang digunakan pada bulan yang bersangkutan. Hal yang sama terjadi pada tahun 2008 yang juga mengalami fluktuasi terbesar dari bulan Agustus ke September. Tingginya biaya bahan baku pada bulan Agustus yang mencapai Rp 3.396.907 disebabkan oleh adanya pembelian jenis pestisida yang harga pasarnya cukup mahal, yaitu curzate dan proclam dimana penggunaan kedua jenis pestisida ini pada Bulan Agustus tergolong tinggi. Namun, meskipun biaya bahan baku pada bulan Agustus lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya, bukan berarti harga pokok produksinya pun menjadi lebih tinggi karena ada komponen biaya lain yang diperhitungkan ke dalam harga pokok produksi yaitu biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

6.2.2 Biaya Tenaga Kerja

Perhitungan biaya tenaga kerja diperoleh dari biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Biaya tenaga kerja terdiri dari biaya tenaga kerja tetap dan biaya tenaga kerja variabel. Biaya tenaga kerja yang bersifat tetap yaitu gaji karyawan bagian laboratorium, kebun GH, dan upah tenaga kerja harian. Sedangkan biaya tenaga kerja yang bersifat variabel yaitu upah lembur dan uang makan karyawan yang hanya diberikan berdasarkan jumlah hari kerja dalam sebulan.. Biaya tenaga kerja tetap jumlahnya lebih besar dari biaya tenaga kerja variabel Lampiran 6 dan Lampiran 7. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa biaya tenaga kerja tetap, baik untuk tahun 2007 maupun tahun 2008 jumlahnya lebih besar dibanding dengan biaya tenaga kerja variabel. Total biaya tenaga kerja tetap pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 62.302.500, sedangkan total biaya tenaga kerja variabelnya mencapai Rp 24.300.000. Demikian halnya pada tahun 2008 dimana total biaya tenaga kerja tetap sebesar Rp 64.800.000 dan total biaya tenaga kerja variabelnya mencapai Rp 28.200.000. Tabel 10. Biaya Tenaga Kerja PT. Inggu Laut Abadi Tahun 2007 dan Tahun 2008 2007 2008 Bulan T Rp V Rp T Rp V Rp Januari 4.660.500 1.850.000 5.400.000 2.350.000 Februari 4.960.500 1.850.000 5.400.000 2.350.000 Maret 4.960.500 1.850.000 5.400.000 2.350.000 April 4.960.500 1.850.000 5.400.000 2.350.000 Mei 4.960.500 1.850.000 5.400.000 2.350.000 Juni 5.400.000 2.000.000 5.400.000 2.350.000 Juli 5.400.000 2.000.000 5.400.000 2.350.000 Agustus 5.400.000 2.000.000 5.400.000 2.350.000 Sepetember 5.400.000 2.000.000 5.400.000 2.350.000 Oktober 5.400.000 2.350.000 5.400.000 2.350.000 November 5.400.000 2.350.000 5.400.000 2.350.000 Desember 5.400.000 2.350.000 5.400.000 2.350.000 TOTAL 62.302.500 24.300.000 64.800.000 28.200.000 Sumber: PT. Inggu Laut Abadi, 2007 diolah Biaya tenaga kerja baik variabel maupun tetap pada tahun 2007 cenderung mengalami peningkatan yang didasari oleh adanya peningkatan keuntungan perusahaan. Perusahaan menetapkan kebijakan bahwa ketika perusahaan mengalami peningkatan keuntungan, maka gaji serta upah karyawan akan ditingkatkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perusahaan. Adapun untuk tahun 2008, biaya tenaga kerja tetap dan variabelnya adalah sama. Hal ini terkait dengan belum adanya biaya tenaga kerja aktual yang dikeluakan perusahan pada tahun 2008, sehingga seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk biaya tenaga kerja diasumsikan sama dengan bulan Desember tahun 2007.

6.2.3 Biaya Overhead Pabrik BOP

Komponen biaya lain selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja yang diperhitungkan dalam penetapan harga pokok produksi yaitu biaya overhead pabrik BOP. Pembebanan BOP didasarkan pada biaya yang hanya berkaitan langsung dengan proses produksi. Jenis BOP yang dimasukkan ke dalam perhitungan harga pokok produksi adalah biaya yang sesungguhnya terjadi. BOP terdiri dari BOP tetap dan BOP variabel. BOP yang bersifat tetap terdiri dari biaya listrik kebun dan kantor, biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan laboratorium dan inventaris kantor, Gaji karyawan administrasi dan umum, serta biaya penyusutan yang terdiri dari penyusutan LAF, laboratorium, GH, AC, dan autoklaf. Sementara itu, biaya BOP variabel hanya terdiri dari biaya bahan bakar gas. Biaya pemeliharaan dan perbaikan terdiri dari biaya pembelian lampu essential, paranet, pisau skapel, sprayer, fitting lampu, gunting pinching, dan alat listrik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9. Berdasarkan Lampiran 8 dan 9 dilihat bahwa besarnya BOP untuk tahun 2007 dan 2008 cenderung berfluktuasi. BOP terbesar terjadi pada bulan Desember, yaitu sebesar Rp 5.525.433,333 baik untuk tahun 2007 maupun tahun 2008. Tingginya BOP pada Bulan Desember disebabkan oleh besarnya biaya pemeliharaan dan perbaikan, seperti pembelian paranet sejumlah 100 m 2 untuk perbaikan GH-4. Jumlah BOP yang sama, baik pada tahun 2007 maupun 2008 dilatarbelakngi oleh adanya asumsi seperti dikemukakan diawal. Adapun biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Pemilihan metode tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa LAF, laboratorium, GH, AC, dan autoklaf akan menghasilkan barang secara merata sepanjang umur ekonomisnya. Tingginya BOP pada Bulan Desember disebabkan oleh besarnya biaya pemeliharaan dan perbaikan, seperti pembelian paranet sejumlah 100 m 2 untuk perbaikan GH-4. Biaya pemeliharaan dan perbaikan ini sebaiknya dapat dikurangi. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan pemeriksaan rutin terhadap inventaris laboratorium dan kantor yang telah disebutkan di atas, sehingga kerusakan dapat diketahui dengan segera dan langsung dapat diperbaiki jika terjadi kerusakan, tidak perlu menunggu sampai rusak berat. Jika telah terjadi kerusakan yang cukup parah, maka biaya untuk memperbaikinya akan bertambah besar.

6.3 Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode