potong lainnya semakin mengalami peningkatan sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya taraf hidup masyarakat sebagai
akibat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin tingginya budaya masyarakat. Merujuk pada data-data tersebut diatas dapat dikatakan bahwa usaha
pengembangan bunga potong krisan memiliki prospek yang cerah.
2.3 Penelitian Terdahulu
Selama ini penelitian tentang perhitungan harga pokok produksi telah banyak dilakukan. Perhitungan harga pokok sangat penting untuk dilakukan
mengingat harga pokok merupakan salah satu dasar perusahaan dalam penentuan harga jual produk yang diproduksi. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu
tentang perhitungan harga pokok produksi. Dalam penelitian Rahany 2003 tentang penetapan harga pokok produksi
kecap dengan pendekatan Activity Based Costing di PT. Surabraja Food Industry, Cirebon, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi
dan penetapan harga pokok produksi yang dilakukan peruasahaan tersebut kemudian membandingkannya dengan metode perhitungan harga pokok produksi
yang dilakukan oleh peneliti yaitu Activity Based Costing sehingga diketahui metode mana yang lebih efisien digunakan perusahaan.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa PT. Surabraja yang memproduksi tiga jenis kecap yaitu kecap manis, kecap asin, dan kecap manis sedang yang terbagi
kedalam tujuh kelompok. Dalam menghitung harga pokok produksinya, perusahaan tersebut menggunakan metode full costing dimana biaya dibebankan
pada produk berdasarkan pemacu volume produksi. Kelompok produk yang bervolume besar lebih tepat menggunakan metode konvensional full costing.
Pada metode konvensional, produk dengan jumlah yang besar akan dibiayai biaya overhead yang besar pula sehingga harga pokok produksinya akan lebih tinggi.
Sebaliknya, produk yang bervolume rendah, perhitungan harga pokok produksinya akan lebih tinggi jika menggunakan Activity Based Costing sehingga
metode yang tepat digunakan adalah metode konvensional full costing Penelitian Ivana 2004 yang berjudul Analisis Penentuan Harga Pokok
Produksi Karkas dengan menggunakan metode Full Costing, Variable Costing, dan Activity Based Costing ABC pada Rumah Potong Ayam RPA Asia Afrika,
Bogor, Jawa Barat bertujuan untuk mengetahui metode yang paling tepat digunakan perusahaan dalam menetapkan harga pokok produksinya dengan cara
membandingkan metode yang digunakan perusahaan dengan ketiga metode yang digunakan peneliti dalam menganalisis.
Metode full costing
menghasilkan harga pokok rata-rata tertinggi dari ketiga metode yang digunakan. Harga pokok rata-rata terendah diperoleh dengan
menggunakan metode variable costing. Jika menggunakan metode activity based costing
, harga pokok rata-rata berada diantara metode full costing dan variable costing
. Dari segi laba, metode variable costing menghasilkan laba tertinggi,
sedangkan metode full costing menghasilkan laba terendah dari ketiga metode yang digunakan. Metode Activity Based Costing ABC menghasilkan laba yang
besarnya berada diantara laba yang diperoleh kedua metode tersebut. Lestari 2006, dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi
Pasta Ubi Jalar Ipomea batatas L. Kaitannya dengan Perencanaan Laba Jangka Pendek Perusahaan di PT. Galih Estetika, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang
bertujuan untuk menganalisis proses produksi pasta ubi jalar yang dilakukan perusahaan, menganalisis metode penetapan harga pokok produksi pasta ubi jalar,
dan menganalisis perbandingan perhitungan harga pokok perusahaan dengan metode full costing dalam kaitannya dengan perencanaan laba jangka pendek
perusahaan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa PT. Galih Estetika masih kurang tepat
dalam melakukan penetapan harga pokok produksi, karena hanya untuk perhitungan satu kontainer sedangkan jumlah produksi untuk tiap kontainer
berbeda-beda. Selain itu juga belum tepat dalam mengelompokkan unsur-unsur biaya pembentuk biaya produksi dan harga pokok produksi karena memasukkan
biaya sewa kontainer dalam perhitungannya, padahal sewa kontainer merupakan biaya non produksi karena termasuk biaya pemasaran. Perhitungan harga pokok
produksi yang tepat adalah dengan menggunakan metode full costing karena metode ini memperhitungkan seluruh biaya produksi baik yang bersifat tetap
maupun variabel. Penelitian Roslinawati 2007 yang berjudul Analisis Penetapan Harga
Pokok Produksi Benih Padi pada PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa Barat dengan menggunakan metode full costing dan variable costing.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan harga pokok produksi mana yang akan memberikan pendapatan yang optimal bagi perusahaan.
Metode full costing
menghasilkan harga pokok produksi yang berada dibawah harga pokok produksi metode perusahaan dan di atas harga pokok
produksi dengan menggunakan metode variable costing, sehingga metode full costing
ini dianggap paling tepat karena berada di tengah-tengah, artinya tidak
terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Harga pokok produksi yang terlalu tinggi akan menghasilkan harga jual yang tinggi, sehingga petani akan merasa
kesulitan untuk membeli, sedangkan harga pokok produksi yang terlalu rendah akan menyebabkan dicabutnya subsidi karena perusahaan dianggap sudah dapat
berdiri sendiri dan menghasilkan laba sendiri. Dengan mengacu pada penelitian terdahulu, penelitian ini pun
menganalisis metode penetapan harga pokok produksi yang tepat untuk kemudian direkomendasikan ke perusahaan. Jika dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya, penelitian ini akan dilaksanakan pada perusahaan bibit yang berproduksi dengan kultur jaringan. Selain itu, penelitian ini tidak hanya
melakukan evaluasi terhadap penetapan harga pokok produksi periode-periode sebelumnya tetapi juga melakukan perkiraan-perkiraan harga pokok produksi
pada beberapa periode kedepan, sehingga diharapkan dapat membantu perusahaan dalam memperkiraan harga jual yang ditetapkan. Perhitungan harga pokok
produksi dilakukan dengan menggunakan metode full costing dan variable costing yang dilakukan di PT. Ingu Laut Abadi, Cianjur, Jawa Barat. Metode yang
menghasilkan harga pokok per bibit terendah akan dijadikan dasar bagi perusahaan dalam penentuan harga jual bibit yang diproduksi.
III. KERANGKA PEMIKIRAN