3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tujuan sosial pemilik untuk mempertahankan harga jual per bibit yang dapat dijangkau oleh petani. Pemilik
berupaya agar harga jual yang ditetapkan perusahaan sesuai dengan daya beli petani yang umumnya rendah. Harga jual yang selama ini ditetapkan perusahaan
sebesar Rp. 200 per bibit memang sudah sesuai dengan daya beli petani. Dikatakan sesuai dengan daya beli petani karena harga tersebut terbilang rendah
bila dibandingkan harga yang ditetapkan pesaing-pesaing perusahaan. Harga jual yang rendah ini dilatarbelakangi oleh adanya persediaan bahan kimia untuk
kegiatan kultur jaringan perusahaan yang masih tersedia sampai saat ini, tepatnya sampai penelitian ini dilakukan. Penggunaan bahan kimia ini berpengaruh pada
perhitungan biaya produksi yang dilakukan perusahaan karena dari awal berproduksi sampai sekarang harga yang digunakan untuk bahan kimia tersebut
adalah harga saat itu harga pada pembelian awal. Penggunaan harga lama ini tentu saja akan berdampak pada rendahnya biaya produksi yang ditetapkan
perusahaan. Biaya produksi yang rendah akan menyebabkan harga pokok produksi yang rendah pula, dan pada akhirnya harga jual per bibit pun akan relatif
rendah. Terkait dengan tujuan sosial pemilik di atas, maka perusahaan berupaya
untuk mempertahankan harga jualnya harga jual yang selama ini dietapkan perusahaan. Namun, tujuan tersebut terkendala oleh adanya peningkatan biaya
produksi yang dialami perusahaan terutama biaya bahan baku. Bahan kimia yang merupakan bahan baku utama dalam kegiatan kultur jaringan diperkirakan akan
habis pada tahun 2008 ini. Jika persediaan bahan kimia habis, maka tentu saja
perusahaan harus melakukan pembelian bahan kimia baru dengan harga yang berlaku saat ini harga pada tahun 2008. Harga bahan kimia saat ini dapat
dipastikan mengalami perubahan, dan perubahan tersebut cenderung ke arah peningkatan mengingat adanya inflasi dan faktor-faktor ekonomi lain. Dengan
harga bahan kimia yang relatif mengalami peningkatan tersebut, perusahaan membutuhkan metode penetapan harga pokok produksi yang tepat guna
membantu perusahaan dalam memperkirakan harga jual per bibit yang diproduksi. Dalam menganalisis permasalahan ini, akan diawali dengan identifikasi kebijakan
perusahaan dalam penetapan biaya produksi untuk kemudian dilakukan analisis terhadap kebijakan penetapan harga pokok produksi ketika harga bahan baku
mengalami peningkatan
3.2.1 Identifikasi Kebijakan Perusahaan dalam Penetapan Biaya Produksi Sebelum
mengidentifikasi kebijakan yang diterapkan perusahaan dalam
penetapan biaya produksi, perlu diketahui bagaimana perusahaan menetapkan komponen-komponen yang termasuk dalam biaya produksi, serta perlu juga
diketahui harga bahan kimia yang digunakan perusahaan dalam penetapan harga pokok produksi saat ini.
3.2.2 Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Setelah melakukan identifikasi kebijakan perusahaan dalam penetapan
biaya produksi, maka akan dicari penetapan harga pokok produksi optimal yang memperhitungkan kenaikan harga bahan kimia dengan menggunakan metode full
costing dan variable costing. Metode Activity Based Costing ABC tidak digunakan pada penelitian ini karena tidak tersedianya data dan tidak
terpenuhinya salah satu syarat dalam metode ABC yaitu mengenai biaya penelitian dan pengembangan karena PT. Inggu Laut Abadi belum memiliki
lembaga penelitian dan pengembangan tersendiri. Perusahaan memang memiliki divisi RD namun tugas dan tanggung jawab divisi tersebut merupakan bagian
dari proses produksi perusahaan. Kemudian hasil analisis dengan kedua metode tersebut akan dibandingkan dengan metode penetapan harga pokok produksi yang
dijalankan perusahaan guna mengetahui metode mana yang menghasilkan harga pokok produksi per unit terendah, sehingga diharapkan sesuai dengan daya beli
petani. Analisis perbandingan dan penghematan ini akan menentukan kebijakan penetapan harga pokok produksi yang optimal, sehingga diharapkan akan
membantu manajemen perusahaan dalam merumuskan strategi alternatif penetapan harga pokok produksi yang akan diterapkan perusahaan untuk
kemudian digunakan dalam memperkirakan harga jual per bibit yang diproduksi.
Gambar 5. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Gambar 5. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
Tujuan Sosial Pemilik: Mempertahankan harga jual
yang dapat dijangkau petani
Identifikasi Kebijakan Perusahaan dalam Penetapan Biaya produksi
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi HPP
Metode Perusahaan
Full Costing
Analisis Perbandingan antar Metode Penetapan HPP
Perumusan Metode Alternatif Penetapan HPP
Masalah: Metode Penetapan Harga Pokok Produksi yang Tepat ketika Harga
Bahan Kimia Naik
Biaya Overhead Pabrik BOP
Variable Costing
PT. Inggu Laut Abadi Perusahaan Bibit Krisan
Biaya produksi mengalami Peningkatan
IV . METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian